Di Harjalu ke 760 Tahun, Bupati Gelar Istighosah Agar Terhindar dari Bala Bencana Allah SWT
Lumajang(lumajangsatu.com) - Menyambut Perayaan Hari Jadi Lumajang (Harjalu) ke 760 tahun. Bupati Lumajang, As'at Malik bersama toko agama, tokoh masyarakat dan pejabat mengelar Istighosah di pendopo Kabupaten, Selasa(01/12) malam.
Istighosah digelar di awal perayaaan Harjalu, dikarenakan dalam pengertiannya meminta pertolongan agar dihilangkan atau terlepas dari bala bencana. Istighosah berisi doa permintaan pada Allah, itulah yang diperintahkan.
"Kita sebagai mahluk ciptaan Allah SWT, hanya mampu berserah ke pada-Nya. Kita berharap Lumajang dijauhkan dari bala bencana," ujar As'at Malik.
Disadur dari berbagai sumber soal pentingnya Istighosah sebagai berikut :
Memahami Istighosah
Ibnu Taimiyah berkata bahwa makna istighotsah adalah,
Ø·ÙÙÙب٠اÙÙغÙÙÙØ«Ù
Meminta bantuan (pertolongan).[1] Yang dimaksud adalah meminta dihilangkan kesulitan.[2]
Istighosah termasuk doa. Namun doa sifatnya lebih umum karena doa mencakup istiadzah (meminta perlindungan sebelum datang bencana) dan istighosah (meminta dihilangkan bencana).[3]
Istighosah adalah Ibadah
Dalil-dalil berikut menunjukkan bahwa istighosah termasuk ibadah dan tidak boleh dipalingkan kepada selain Allah.
Allah Taala berfirman,
ÙÙÙÙا تÙدÙع٠ÙÙÙ٠دÙÙÙ٠اÙÙÙÙÙÙ ÙÙا ÙÙا ÙÙÙÙÙÙعÙÙÙ ÙÙÙÙا ÙÙضÙرÙÙÙÙ ÙÙØ¥ÙÙÙ ÙÙعÙÙÙت٠ÙÙØ¥ÙÙÙÙÙ٠إÙØ°Ùا ÙÙÙ٠اÙظÙÙاÙÙÙÙÙÙÙ (106) ÙÙØ¥ÙÙÙ ÙÙÙÙسÙسÙÙ٠اÙÙÙÙÙ٠بÙضÙرÙÙ ÙÙÙÙا ÙÙاشÙÙÙ ÙÙÙ٠إÙÙÙÙا ÙÙÙÙ ÙÙØ¥ÙÙÙ ÙÙرÙدÙÙ٠بÙØ®ÙÙÙر٠ÙÙÙÙا رÙادÙÙ ÙÙÙÙضÙÙÙÙÙ ÙÙصÙÙب٠بÙÙÙ ÙÙÙÙ ÙÙØ´Ùاء٠ÙÙÙ٠عÙبÙادÙÙÙ ÙÙÙÙÙ٠اÙÙغÙÙÙÙر٠اÙرÙÙØÙÙÙÙ (107)
Dan janganlah kamu menyembah apa-apa yang tidak memberi manfaat dan tidak (pula) memberi mudharat kepadamu selain Allah; sebab jika kamu berbuat (yang demikian), itu, maka sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk orang-orang yang zalim. Jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tak ada yang dapat menolak kurniaNya. Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Yunus: 106-107). Guru kami, Syaikh Sholih Al Fauzan hafizhohullah berkata, Ayat ini menunjukkan larangan berdoa kepada selain Allah dan termasuk syirik yang menafikan tauhid.[4] Syaikh Sholih Al Fauzan berkata mengenai ayat 107 bahwa doa dan ibadah lainnya hanya boleh ditujukan pada Allah dan doa yang ditujukan pada selain-Nya termasuk kesyirikan karena tidak dapat mendatangkan manfaat dan menolak bahaya.[5]
Ayat di atas menunjukkan pula bahwa pada hakekatnya, setiap bencana dan musibah yang menghilangkan adalah Allah semata. Jika ada suatu perkara bisa dihilangkan oleh makhluk dalam perkara yang ia mampu, maka itu hanyalah sebab. Namun hakekatnya Allah yang menakdirkan itu semua dengan izin-Nya.[6] Sehingga jika seseorang menujukan satu amalan kepada makhluk dalam perkara yang hanya bisa dilakukan oleh Allah, maka itu termasuk kesyirikan.
Mayoritas orang yang melakukan istighosah dan doa adalah dalam rangka meminta rizki. Dan rizki adalah sesuatu yang diberi atau dihadiahi. Di dalamnya termasuk kesehatan, keselamatan, harta, makanan, tempat tinggal, hewan tunggangan, dan segala hal yang dibutuhkan oleh seseorang.[7] Dalam meminta rizki, kita diperintahkan untuk berharap pada Allah saja sebagaimana disebutkan dalam ayat,
Ø¥ÙÙÙ٠اÙÙÙØ°ÙÙÙ٠تÙعÙبÙدÙÙÙÙ ÙÙÙ٠دÙÙÙ٠اÙÙÙÙÙÙ ÙÙا ÙÙÙÙÙÙÙÙÙÙÙ ÙÙÙÙÙ٠رÙزÙÙÙا ÙÙابÙتÙغÙÙا عÙÙÙد٠اÙÙÙÙÙ٠اÙرÙÙزÙÙÙ ÙÙاعÙبÙدÙÙÙÙ ÙÙاشÙÙÙرÙÙا ÙÙÙ٠إÙÙÙÙÙÙ٠تÙرÙجÙعÙÙÙÙ
Sesungguhnya apa yang kamu sembah selain Allah itu adalah berhala, dan kamu membuat dusta. Sesungguhnya yang kamu sembah selain Allah itu tidak mampu memberikan rezki kepadamu; maka mintalah rezki itu di sisi Allah, dan sembahlah Dia dan bersyukurlah kepada-Nya. Hanya kepada-Nyalah kamu akan dikembalikan. (QS. Al Ankabut: 17). Syaikh Muhammad At Tamimi menyebutkan dalam kitab tauhid tentang fawaid dari ayat ini di mana beliau berkata, Meminta rizki tidak boleh ditujukan selain pada Allah semata. Sebagaimana meminta surga tidak boleh meminta kecuali dari-Nya.
Orang-orang yang berdoa termasuk di dalamnya istighosah disebut orang yang sesat sebagaimana disebutkan dalam ayat,
ÙÙÙÙÙ٠أÙضÙÙÙÙ ÙÙÙÙÙÙÙ ÙÙدÙعÙÙ ÙÙÙ٠دÙÙÙ٠اÙÙÙÙÙÙ ÙÙÙÙ ÙÙا ÙÙسÙتÙجÙÙب٠ÙÙÙ٠إÙÙÙÙ ÙÙÙÙÙ٠اÙÙÙÙÙÙاÙÙØ©Ù ÙÙÙÙÙ٠عÙÙ٠دÙعÙائÙÙÙÙ٠غÙاÙÙÙÙÙÙÙ (5) ÙÙØ¥ÙØ°Ùا ØÙØ´Ùر٠اÙÙÙÙاس٠ÙÙاÙÙÙا ÙÙÙÙÙ٠أÙعÙدÙاء٠ÙÙÙÙاÙÙÙا بÙعÙبÙادÙتÙÙÙÙÙ ÙÙاÙÙرÙÙÙÙ (6)
Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang menyeru (berdoa pada) sembahan-sembahan selain Allah yang tiada dapat memperkenankan (doa) nya sampai hari kiamat dan mereka lalai dari (memperhatikan) doa mereka? Dan apabila manusia dikumpulkan (pada hari kiamat) niscaya sembahan-sembahan itu menjadi musuh mereka dan mengingkari pemujaan-pemujaan mereka. (QS. Al Ahqaf: 5-6). Yang dimaksud sembahan-sembahan selain Allah yang tiada dapat memperkenankan (doa) nya bukanlah berhala. Karena yang digunakan kata ÙÙÙÙ, maka yang dimaksud adalah orang berakal. Sehingga yang dimaksud adalah mayit dan bukan berhala. Jadi ayat ini dimaksudkan bahwa orang yang berdoa pada selain Allah (termasuk istighosah), maka ia benar-benar sesat dan tidak ada yang lebih sesat darinya.[8]
Yang bisa mengabulkan doa ketika seseorang dalam kesulitan (baca: istighosah) hanyalah Allah semata. Allah Taala berfirman,
Ø£ÙÙÙ ÙÙÙÙ ÙÙجÙÙب٠اÙÙÙÙضÙØ·ÙرÙ٠إÙØ°Ùا دÙعÙاÙÙ ÙÙÙÙÙÙØ´ÙÙ٠اÙسÙÙÙØ¡Ù ÙÙÙÙجÙعÙÙÙÙÙÙÙ Ø®ÙÙÙÙÙاء٠اÙÙØ£ÙرÙض٠أÙئÙÙÙÙÙ ÙÙع٠اÙÙÙÙÙÙ ÙÙÙÙÙÙÙا ÙÙا تÙØ°ÙÙÙÙرÙÙÙÙ
Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi? Apakah disamping Allah ada tuhan (yang lain)? Amat sedikitlah kamu mengingati(Nya). (QS. An Naml: 62). Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin berkata, Jika selain Allah tidak bisa mengabulkan doa hingga hari kiamat, bagaimana mungkin engkau menjadikan selain Allah sebagai tempat untuk berisitghosah? Sehingga sungguh batil ketergantungan para hamba selain Allah ini dengan sesembahan-sesembahan mereka.[9]
Masih banyak ayat-ayat yang semisal di atas. Intinya, ayat-ayat tersebut menunjukkan bahwa istoghosah kepada selain Allah termasuk bagian dari doa. Sedangkan doa adalah ibadah. Begitu pula istighosah adalah ibadah. Dan memalingkan ibadah kepada selain Allah termasuk ekufuran dan syirik. (ls/red)
Editor : Redaksi