Peringati Lahirnya Bung Karno, GSNI Lumajang Gelar Diskusi Marhaenisme
Lumajang (lumajangsatu.com) - Dalam rangka memperingati Hari Lahirnya Soekarno, Dewan Pimpinan Cabang Gerakan Siswa Nasional Indonesia (DPC GSNI) Kabupaten Lumajang kembali menggelar diskusi rutin dengan tema “Membangkitkan Semangat Marhaenisme Sebagai Alat Perjuangan dalam Mempertahankan NKRI. Sabtu, (10/06/2017) di rumah pembina GSNI Cab. Lumajang Jl. Mulyorejo, Desa Labruk Kidul, Kec. Sumbersuko.
Diskusi tersebut dimoderatori oleh M. Agil Zawawi Ketua Umum GSNI Cab. Lumajang sedangkan yang menjadi narasumber yaitu Syarifudin Lubis, ST (Alumni GMNI Universitas Yudarta Pasuruan) dan Akbar Asyadul Haq, ST (Alumni GMNI Universitas Jember).
Acara diskusi yang diikuti kurang lebih 30 peserta ini dimulai pukul 16.00 WIB s/d 17.30 WIB kemudian dilanjutkan dengan buka puasa bersama.
Diskusi kali ini sangat istimewa selain dihadiri Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (PA GMNI) Cab. Lumajang juga dihadiri pembina Pelajar Islam Indonesia (PII) Lumajang.
“Alhamdulillah pada diskusi ini GSNI mengundang PA GMNI dan Pembina PII Lumajang, kedepan diacara diskusi selanjutnya kami berencana mengundang teman-teman IPNU, IPM dan PII Lumajang” Ujar M. Agil Zawawi Ketua Umum GSNI Lumajang.
Momentum bulan Bung Karno dimanfaatkan anggota GSNI Cab. Lumajang dengan menggelar berbagai kegiatan untuk mengenang dan meneladani perjuangan serta mempelajari pemikiran Soekarno.
“Bulan Bung Karno tahun ini GSNI Cab. Lumajang menggelar berbagai kegiatan diantaranya pada tanggal 1 Juni 2017 kemarin untuk memperingati Hari Lahirnya Pancasila, kami mengadakan kegiatan di Pondok Pesantren dan Panti Asuhan Izzatul Jannah yang dikemas dalam bentuk nonton film Biografi Soekarno dan Buka Puasa Bersama selanjutnya pada peringatan hari lahirnya Soekarno kita mengadakan diskusi tentang pemikiran Soekarno yaitu Marhaenisme kemudian dilanjutkan Buka Puasa Bersama PA GMNI dan GSNI Lumajang” Terangnya.
Pemateri pertama Syarifudin Lubis, ST menjelaskan tentang sejarah panjang Marhaenisme yang mana diambil dari seorang petani bernama Marhaen yang tinggal di Bandung yang saat itu dijumpai Soekarno sekitar tahun 1926-1927. Petani tersebut mempunyai berbagai faktor produksi sendiri termasuk lahan pertanian, cangkul dan lain-lain yang ia olah sendiri, namun hasilnya hanya cukup untuk kebutuhan hidup keluarganya yang sederhana. Kondisi ini kemudian memicu berbagai pertanyaan dalam benak Soekarno, yang akhirnya melahirkan berbagai dialektika pemikiran sebagai landasan gerak selanjutnya. Kehidupan, kepribadian yang lugu, bersahaja namun tetap memiliki semangat berjuang memenuhi kebutuhan hidupnya inilah, maka nama petani tersebut oleh Soekarno diabadikan dalam setiap rakyat Indonesia yang hidupnya tertindas oleh sistem kehidupan yang berlaku.
Selanjutnya Akbar Asyadul Haq, ST Menjelaskan bahwa GSNI adalah organisasi kader dan organisasi perjuangan di kalangan pelajar, sehingga diharapkan GSNI harus melakukan kerja nyata dimasyarakat dan mewujudkan sosialisme Indonesia seperti yang terkandung dalam ideologi Marhaenisme ajaran Soekarno.
Diskusi tersebut ditutup dengan buka puasa bersama, hal yang menarik pada acara buka puasa bersama adalah mereka makan tanpa menggunakan sendok dan menggunakan daun pisang sebagai alasnya.
“Saya sangat senang mengikuti diskusi yang diadakan teman-teman GSNI Cab. Lumajang selain saya mendapatkan ilmu saya juga merasakan kebersamaan, kesederhanaan dan gotong royong seperti yang tercermin pada saat berbuka puasa ini, selain makan tanpa menggunakan sendok kita juga menggunakan alas daun pisang untuk tempat nasi dan lauk. Terlihat tidak ada satupun diantara mereka yang saling berebut, ini sebagai bukti kalau kita semua bisa saling mengalah serta saling menghargai antar teman” Ujar Ananda Kenyo Anggota GSNI Komisariat SMK Negeri 1 Lumajang.(Red)
Jurnalis Warga: Yopi Aris Widiyanto
Editor : Redaksi