Kuliner Lumajangan.

Mencicipi Kesegaran Baso Aci Pawon Buk Is Tanpa MSG

Penulis : lumajangsatu.com -
Mencicipi Kesegaran Baso Aci Pawon Buk Is Tanpa MSG
Semangkok Baso Aci Pawon Buk Is.

Lumajang (Lumajangsatu.com)-Berbeda dengan baso aci pada umumnya yang terbuat dari olahan tepung, namun baso aci Pawon Buk Is ini terbuat dari olahan tepung sagu dan daging. Selain tekstur basonya yang kenyal dan empuk, produk ini menawarkan kesegaran kuah yang tidak mengandung MSG.

"Baso aci ini tanpa MSG,kita mengganti MSG dengan kaldu racikan istimewa sehingga cita rasa  ini begitu kuat," kata owner Pawon Buk Is,  Cindra Mega kepada Lumajangsatu.com

Untuk Anda yang ingin makan makanan yang tidak mengandung vetsin dan tidak berlemak tinggi, Baso Aci ini bisa menjadi pilihan. Menyantap semangkuk hangat bakso aci ketika musim hujan cukup menggugah selera. Jika dibelah, baso aci di sini memiliki isi sedikit daging cincang dan tetelan atau tulang muda.

Dalam semangkuk baso aci lidah anda akan merasakan berbagai macam tekstur. Mulai dari kenyalnya bakso aci sampai krispinya batagor mini.

Bagi Anda pecinta pedas, kesegaran kuah kaldu akan bertambah jika diberi perasan jeruk limau dan beberapa sendok sambal atau saus.Kuliner baso aci ala Lumajang ini memang sedang digandrungi di kalangan anak muda. Strategi promosi juga gencar dilakukan lewat Instagram @pawonbuk_1s.

"Rasanya enak, gurih, dan bikin nagih. Pedasnya pas dan segar. Banyak varian menu dan harganya terjangkau untuk anak sekolah," ujar salah satu pembeli, Rida (18 tahun).(Ind/red)

Editor : Redaksi

Opini

Euthanasia dan Perawatan Paliatif, Dilema Etik Antara Hak Hidup dan Hak Untuk Mengakhiri Penderitaan

Lumajang - Saat ini dunia ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang pesat dan sudah sangat maju khusus pada bidang kesehatan. Dengan adanya kemajuan tersebut segala hal akan menjadi lebih mudah untuk dilakukan, seperti dalam hal mendiagnosis penyakit dan menentukan kemungkinan waktu kematian seseorang dengan tingkat akurasi tinggi dan hal tersebut dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan logis. Bahkan para dokter kini pun juga dapat memberikan bantuan dalam mengakhiri kehidupan pasien  dengan kondisi medis yang memiliki tingkat kesembuhan relatif rendah atau dalam kondisi penyakit terminal. Proses ini dikenal dengan istilah Euthanasia (Fahrezi & Michael, 2024).