Tips Kesehatan

Tips Mencegah Bibir Kering dan Pecah-pecah Selama Puasa

Penulis : lumajangsatu.com -
Tips Mencegah Bibir Kering dan Pecah-pecah Selama Puasa
Tips hadapi supaya bibir tidak pecah

Lumajang (Lumajangsatu.com)-Sudah bukan hal aneh jika saat berpuasa bibir menjadi kering dan bahkan pecah-pecah. Bagaimana tidak, selama berpuasa tubuh tidak mendapatkan asupan cairan selama 13-14 jam.

Tapi jangan khawatir, dr Karin Wiradarma dari Klinik Estetika Ambrosia pun memberikan sedikit tips untuk mencegah bibir kering selama bulan puasa ini.

"Pakai lipbalm jangan lupa, sering-sering bawa lipbalm di dalam tas kalau dikit-dikit kering cepat pakai lipbalm," anjurannya saat ditemui di kliniknya.

Lipbalm berfungsi untuk melembabkan kulit bibir agar tidak kering atau pecah-pecah. Bagi pria pun tidak masalah menggunakannya, dr Karin menyarankan memakai lipbalm yang natural tidak berwarna.

Selain menggunakan lipbalm, dr Karin juga menganjurkan untuk mengonsumsi sayur dan buah yang banyak mengandung vitamin yang bisa mencegah bibir kering dan pecah-pecah. Hidrasi tubuh pun sangat berpengaruh, maka cukupilah asupan air sebanyak 8 gelas per hari.

"Dibagi saja, sahur 2 gelas, buka 3 gelas, mau tidur 3 gelas," tandasnya.(Ind/red)

Editor : Redaksi

Lumajang Maju dan Makmur

Bak Lautan Manusia di Lapangan Jokarto Lumajang Sholawat Doa Bersama Cak dan Ning

Lumajang - Dalam rangka membangun kedamaian dan persatuan di wilayah Lumajang, relawan paslon 01 (Cak Thoriq – Ning Fika) bersama Gus Hafidzul Ahkam dari Probolinggo dan jamaah Riyadhul Jannah Lumajang mengadakan acara Sholawat & Do’a Bersama. Acara ini berlangsung di Lapangan Desa Jokarto Kecamatan Tempeh Kabupaten Lumajang Kamis, (21/11/2024) malam.

Opini

Euthanasia dan Perawatan Paliatif, Dilema Etik Antara Hak Hidup dan Hak Untuk Mengakhiri Penderitaan

Lumajang - Saat ini dunia ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang pesat dan sudah sangat maju khusus pada bidang kesehatan. Dengan adanya kemajuan tersebut segala hal akan menjadi lebih mudah untuk dilakukan, seperti dalam hal mendiagnosis penyakit dan menentukan kemungkinan waktu kematian seseorang dengan tingkat akurasi tinggi dan hal tersebut dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan logis. Bahkan para dokter kini pun juga dapat memberikan bantuan dalam mengakhiri kehidupan pasien  dengan kondisi medis yang memiliki tingkat kesembuhan relatif rendah atau dalam kondisi penyakit terminal. Proses ini dikenal dengan istilah Euthanasia (Fahrezi & Michael, 2024).