Gaya Hidup

Puluhan Mahasiswa Jawa-Bali Ikuti Bromo Tengger Semeru Birdwatching Competition

Lumajang (lumajangsatu.com) - Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) menggelar lomba pengamatan burung dan fotografi. Ratusan mahasiwa se Jawa-Bali ikut dalam event yang digelar selama 3 hari tersebut. Dalam lomba ini, rausan peserta yang dibagi menjadi 60 tim diwajibkan berkemah di hutan sambil mengamati pergerakan burung dikawasan hutan TNBTS. Kegiatan mengambil tema "Bromo Tengger Semeru Birdwatching Competition".Selama tiga hari, para peserta berkemah di Ranu Darungan yang masih assri dan belum terjamah. Setiap tim berjumlah 3 orang diminta untuk melakukan pengamatan dan membuat sketsa burung dan mengabadikan menggunakan lensa foto. Tak mudah bagi peserta untuk menjumpai burung, karena harus masuk hutan dan mendaki gunung untuk mendapatkan sebanyak mungkin spesies burung. Di TNBTS, diperkirakan masih dihuni oleh sekitar 138 spesies burung.“Selama tiga hari ini, kita melakukan pengamatan baik di jalur tebing hutan. Banyak sekali burung-burung disini yang mungkin dibilang menarik antara lain-lain alap-alap capung, spa hutan, terus sikatan inon dan yang paling menarik itu adalah paruh kodok jawa,” ujar Muhammad Biya salah seorang peserta.Bromo Tengger Semeru Birdwatching Competition baru pertma kali digelar oleh TNBTS. Tujuannya ingin mengetahui dan mendata berpa jumlah spesies burung yang masih ada di kawasan hutan TNBTS."Tujuan kami mengadakan kegiatan lomba pengamatan burung ini, di taman nasional ini adalah pertama kita ingin mengetahui seberapa banyak jenis burung yang ada di taman nasional, ini secara sebagian, namun secara keseluruhan ada sekitar 138 jenis burung yang ada di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru ini," jelas Achmad Sudjoto, Kepala Bidang 2 TNBTS.Bagi sketsa burung dan fotonya memenuhi standart yang diinginkan dewan juri, maka berhak meneirma hadiah dari pengelola TNBTS. Hadiah berupa kamera dan juga uang pembinaan 5 juta rupiah. Karena respon positif, kegitan serupa akan digelar setiap tahun.(Yd/red)

Do'a Lintas Iman di Pura Mandara Giri Semeru Agung Untuk Rohingya

Lumajang (lumajangsatu.com) - Puluhan orang dari berbagai agama di Kabupaten Lumajang Minggu siang (17/09) berkumpul di Pura Mandara Giri Semeru Agung, Senduro untuk melakukan doa lintas iman bagi tragedi kemanusiaan Rohingya. Mereka datang dari berbagai daerah di Lumajang bersama beberapa tokoh agama masing-masing. Komunitas lintas iman ini memang secara rutin bertemu setiap bulan dalam acara "Temu Lintas Iman Lumajang", dan tempatnya pun berpindah-pindah bergiliran. Format kegiatan yang digagas oleh Jaringan Gusdurian Lumajang ini selalu dimulai dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya, diskusi, apresiasi seni dan doa lintas iman.Tema diskusi kali ini adalah tentang tragedi kemanusian Rohingya di Myanmar. Dari diskusi yang juga dihadiri oleh Camat Senduro dan beberapa Kades di Kecamatan Senduro ini menyimpulkan bahwa Rohingya bukanlah konflik agama, tapi murni tragedi kemanusiaan. Oleh karenanya semua umat beragama seyogjanya bahu membahu menolong Rohingya.A'ak Abdullah Al-Kudus selaku Presidium Jaringan Gusdurian Jawa Timur menyatakan bahwa Gusdurian menolak dengan keras genosida yang dilakukan militer Myanmar terhadap etnis Rohingya, dan mendesak agar operasi militer tersebut segera dihentikan.Sementara itu Edy Sumianto Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kabupaten Lumajang menyatakan sangat prihatin dengan kondisi di Myanmar. Karena bagi umat Hindu semua orang adalah saudara, tidak boleh ada yang disakiti apalagi dibunuh, siapun dia, apapun etnisnya."Kami memiliki ajaran Tatwamasi dan Ahimsa, yang menganggap orang lain sebagai diri kita sendiri, sehingga tidak boleh disakiti, sebaliknya harus saling mengasihi" terang Edy.(Yd/red)

Luar Biasa, Pelukis Cilik Lumajang Pameran Lukisan di KWT

Lumajang (lumajangsatu.com) - Talenta-talenta berbakat di Lumajang terus berkumpul untuk berkreasi bagi daerah. Puluhan pelukis cilik asal Lumajang Sabtu malam (0209) menggelar karya mereka di acara Temu Karya Seni Lumajang yang bertempat di rest area KWT, Wonorejo, Lumajang.Para pelukis yang mayoritas usia TK dan SD ini berasal dari Sanggar Tangkai binaan pelukis Iskandarsyah. Para pelukis memamerkan lukisan-lukisan mereka dari berbagai aliran terutama lukisan dekoratif.Palukis-pelukis cilik berbakat tersebut adalah Arya Janitra M.R, Aqilah Dieni T.D, A. Qisty Maudy S, Diky Oelama I, M. Alfabian Putra E, M. Hayat Nasron, Nanda Khoirunisa, Nikesha Tsabita S, Ravina Natasha T, Rianti Sulistyo, Syah Kertodirjo I, Syih Jeny Iskandar, Victoria Cai dan William Cai.Suasana KWT yang biasanya selalu sepi di malam hari menjadi ceria dan penuh warna oleh gelak tawa dan tingkah mereka yang bermain di acara pameran yang ala kadarnya ini. Selain pameran lukisan ditampilkan juga pembacaan puisi dan lagu.A'ak Abdullah Al-Kudus menyatkan, acara Temu Karya Seni Lumajang ini digagas bersama oleh seniman Lumajang sebagai ruang silaturrahmi antar seniman Lumajang dan sebagai media apresiasi karya seni Lumajang. Acara ini digelar sebulan sekali setiap sabtu malam minggu pertama, mulai jam 19.00 - 22.00 wib."acara ini terbuka untuk umum, siapapun boleh hadir dan boleh menampilkan karya seninya," jelas A'ak Minggu,  (03/09/2017)Sementara itu Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Lumajang, Deni Rohman AP, yang juga hadir dalam acara ini sangat senang dan berharap acara ini bisa terselenggara secara rutin setiap bulan. Karena dengan acara ini, Dinas bisa berkomunikasi langsung dengan para pelaku seni di Lumajang. "Salah satu tugas saya adalah mengembangkan seni budaya di Lumajang, maka saya berharap bisa bekerjasama dengan semua seniman di Lumajang agar sesuai dengan harapan para pelaku seni di Lumajang" tegas Deni Rohman.Salah seorang seniman yang hadir menyatakan bahwa selama ini dia merasa sendirian dalam berkesenian di Lumajang, tapi dengan adanya acara Temu Karya Seni Lumajang ini saya sekarang sudah tak lagi merasa sendiri.(Yd/red)

Teatrikal "Tak Sae Darurat Maling Sapi", Ramaikan Karnaval Ranuyoso

Lumajang (lumajangsatu.com) - Jika karnaval Agustusan biasanya menampilkan tari-tarian, lain halnya di Ranuyoso. Peserta karnaval malah menampilkan teatrikal darurat maling sapi, sebagai bentuk protes atas kondisi keamanan diwilayah Lumajang utara.Team Remas Asshofy Dusun Berbaur Desa Ranuyoso menampilkan tatrikal dengan tema "Tak Sae Darurat Maling Sapi" Rabu (30/08). Peserta itu mengarak replika sapi besar, yang diarak oleh pemaian yang berpenampilan sebagi polisi, kasun, kepala desa hingga pelaku maling sapi."Ini bentuk protes dari masyarakat Ranuyoso mas, soalnya yang namanya rasa aman bagi pemilik sapi sangat mahal," ujar Hamedi salah seorang penonton, Kamis (31/08/2017).Wilayah utara memang sangat rawan dengan aksi pencurian sapi. Bahkan, ribuan sapi yang sudah hilang dan para pelaku masih bebas berkeliaran.Fahrur Rozi, Ketua GP Ansor Lumajang meminta pemeirntah segera melakukan kosolidasi agar mengumpulkan semua elemen masyarakat. bahkan, Ansor siap jika diminta membentuk Pasukan Keaman Rakyat (Kamra) jika dibutuhkan oleh pemeirntah atau desa."Kita minta agar pemerintah hadir memberikan rasa aman kepada warganya. Kami dari Ansor siap jika dibutuhkan untuk bentuk Kamra dan bekerja bersama dengan elemen masyarakt untuk melakukan pengamanan," pungkasnya.(Yd/red)

Pusaka Wedhung Mpu Sanibin, Bukti Cerita Dibalik Suburnya Kerajaan Lamajang

Lumajang (lumajangsatu.com) - Genap dua tahun usia Museum Daerah Lumajang langsung ketambahan satu koleksi baru. Pusaka asli Lamajang Wedhung Mpu Sanibin diserahkan oleh pihak ahli waris untuk dijadikan masterpiece Museum Daerah Lumajang.Indrijanto, Kabid Seni dan Budaya Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Lumajang menyatakan bahwa pusaka ini sudah terkenal hingga luar Lumajang. bahkan, ada dua daerah yang nampaknya sudah siap-siap mengklaim pusaka Mpu Sanibin sebagai pusaka asli daerahnya."Sebalum itu terjadi, maka kita jadikan pusaka Mpu Saninibin ini sebagai masterpiece dari Museum Daerah Lumajang," jelas Indri, Selasa (29/08/2017).Sementara itu, Aries Purwantini, Arkeologi di Museum Daerah Lumajang menyatakan bahwa pusaka Mpu Sanibin fungsinya bukan untuk perang namun pada fungi membuka lahan (babat alas). Perpindahan warga Madura ke Lamajang kala itu, membutuhkan alat untuk membabat alas dan juga mengelola pertanian Lamajang yang sangat subur."Pusaka Mpu Sanibin bukan untuk senjata perang, namun untuk pertanian seperti membuka lahan atau babat alas dijaman awal berdirinya Kerajaan Lamajang," terangnya.Pusaka Mpu Sanibin terkenal berasal dari wilayah Kunir. Sang pembuat sendiri yakni Mpu Sanibin dalam ceritanya tidak memiliki anak, namun banyak memiliki murid dan tersebar di seluruh Lumajang seperti di Tempeh dan Kedungjajang."Pusaka Mpu Sanibin ini terkenal dari wilayah Kunir, namun Mpu Sanibin banyak memiliki murid dan akhinya melanjutkan pembuatan alat-alat atau senjata untuk pertanian bukan peperangan," paparnya.Adanya Mpu yang kemudian membuat alat-alat pertanian tak lepas dari kondisi alam Lumajang yang sangat subur dibawah kaki gunung Semeru. Sehingga, banyak para Mpu yang kemudian membuat alat-alat pertanian agar Kerajaan Lamajang menjadi daerah kaya dan maju dengan kesuburan tanahnya.(Yd/red)

Pusaka Wedhung Mpu Sanibin Jadi Masterpiece Museum Dareah Lumajang

Lumajang (lumajangsatu.com) - Dua tahun usia Museum Daerah Lumajang ketambahan satu koleksi baru. Wedhung Mpu Sanibin, merupakan senjata (pusaka) asli Lumajang yang kemudian diserahkan oleh ahli warisnya agar ditempatkan di Museum Daerah Lumajang.Indriajanto, Kabid Seni dan Budaya Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Lumajang menyatakan bahwa senjata tersebut akan dijadikan masterpiece (hasil karya) Museum Daerah Lumajang. Harapannya, warga Lumajang dan luar Lumajang bisa mengetahui bahwa di Lumajang banyak meyimpan sejarah dan kebudayaan yang hebat."Kita angkat Wedhung Mpu Sanibin ini sebagai masterpiece dari Museum Daerah Lumajang dengan harapan Lumajang semakin dikenal dengan daerah yang kaya sejarah dan kebudayaaan," ujar Indrijanto, Selasa (29/08/2017).Wedhung Sanibin sudah terkenal kesejumlah daerah di Jawa Timur bahwkan luar pulau Jawa. Tak hanya itu, bahkan sudah ada informasi pusaka Mpu Sanibin tersebut akan diakui oleh daerah lain dengan diganti nama, namun bentuknya sama."Agar pusaka asli Lamajang ini tidak diakui oleh daerah lain, maka kita akan jadikan masterpiece dari museum dan pihak keluarga juga telah menyerahkan kepada kami," pungkasnya.(Yd/red)