Lumajang(lumajangsatu.com)- Oknum Pegawai Negeri Sipil (PNS) Dinas Kehutanan Kabupaten Lumajang bernama Efendi (42) warga Gomble kelurahan Kepuharjo, gang Mangga digrebek warga saat berada di rumah janda, di Perum Tukum Indah Kecamatan Tekung, Sabtu (18/10/2014). Saat berada di rumah Indriani (40) blog Y nomor 11, oknum PNS tersebut menggunakan sepeda motor plat merah N 2395 YP. Saat di grebek oleh belasan warga sekitar, kedua sejoli tersebut sudah hilang dan diperkirakan lari dari pintu belakang. Karena tidak mendapati apa yang dicarinya, warga akhirnya menyegel sepeda motor plat merah yang terparkir di depan rumah janda anak satu itu. Penggerebekan oknum PNS Dinas Kehutanan tersebut berawal saat salah seorang warga melihat kedatangan dari PNS tersebut. Warga yang mulai memantau sejak seminggu terakhir langsung melakukan pengerebekan. "Warga sudah resah mas, karena ini sudah di pantau beberapa hari terakhir oleh warga," ujar Bambang Ketua RW Setempat. Sementara itu, Imam Suryadi Kepala Dinas kehutanan membenarkan adanya nama Efendi sebagai PNS dilingkungan Dinas Kehutanan. Namun, ia tidak mengetahui adanya penggrebekan yang diduga menimpa anak buahnya itu saat berada di rumah janda beranak satu di perum Tukum Indah.(Mad/yd/red)
Gaya Hidup
Pembuat Baling-baling TLTA di Desa Maubaukul NTT Berasal Dari Lumajang
Waingapu(lumajangsatu.com)- Potensi energi terbarukan Indonesia dapat dimanfaatkan pada sebuah desa terpencil Maubaukul, Kabupaten Waingapu, Nusa Tenggara Timur (NTT). Dengan demikian, desa tersebut bisa menikmati listrik. Sumber listrik juga memanfaatkan piranti hasil karya anak bangsa. Dirilis Kaltim Post, TLTA itu digagas dan didesain Ricky Elson, satu di antara empat anak muda yang dijuluki Dahlan Iskan sebagai Putra Petir karena memiliki keahlian langka dalam mengembangkan mobil listrik. Sebelum dipanggil pulang ke Indonesia untuk mengembangkan mobil listrik nasional, Ricky berkarier selama 14 tahun di Jepang dengan puluhan paten di bidang mobil listrik di negara tersebut. Baling-baling di TLTA berasal dari kayu pinus yang dibuat anak-anak muda dari Lumajang, Jawa Timur. Baterainya merupakan produksi perusahaan dalam negeri, Nipres, dengan dana sumbangan program CSR PT Pertamina. "Keunggulan TLTA ciptaan Ricky adalah sudah bisa menghasilkan listrik pada kecepatan angin 3 meter per detik," jelas Dahlan di lokasi TLTA Maubaukul. Kini puluhan rumah di desa terpencil itu sudah teraliri listrik. Dahlan hadir bersama Ricky Elson dan Tri Mumpuni, tokoh yang selama ini giat mengembangkan listrik alternatif untuk perdesaan. Untuk sampai ke Maubaukul, rombongan menempuh perjalanan sekitar 50 km dari Waingapu. Dahlan menyetir sendiri kendaraan yang membawa rombongan tersebut. Perjalanan melintasi padang savana yang kering dan berbatu. Hal itu berimbas pada kondisi ban dan velg yang penyok di sana sini. "Saya tidak bisa membedakan batu tajam dan batu bergigi," ungkap Dahlan. Tidak ada ban cadangan yang dibawa dalam perjalanan tersebut. Namun, karena didorong semangat menyaksikan sebuah desa terpencil yang menikmati listrik untuk kali pertama dari hasil kreasi anak bangsa, Dahlan dan rombongan sampai di Maubaukul selepas tengah hari setelah menempuh perjalanan hampir tiga jam.(Red)
Aboge Gelar Sholat Idul Adha Senin Pagi
Lumajang(lumajangsatu.com)- Umat islam aboge di Dusun Gemuling, Lumpang, dan Baka Utara Desa Jenggrong Kecamatan Ranuyoso Lumajang, menggelar sholat Idul Adha 1435 H, pada senin pagi, atau sehari setelah ditetapkanya oleh Pemerintah, Senin (06/10/2014). Hal tersebut dilakukan, karena kepercayaan umat islam aboge terhadap penghitungan kalender jawa kuno. Dan telah dilakukan secara turun temurun. Menurut salah satu uztad jamaah aboge, Marsan (45), mengatakan, pihaknya bersama seluruh jamaah aboge masih berpedoman pada kitab Mujarrobah, atau kalender jawa kuno. "Dari dulu kita memang masih berpedoman pada kitab mujarrobah mas," Paparnya. Sedikitnya, seratus orang lebih, jamaah ikut melaksanakan sholat Idul Adha pada senin pagi ini. "Menurut penghitungan kami, Hari raya Idul Adha jatuh pada hari senin ini mas," Tambahnya. Setelah sholat Idul Adha, para jamaah bermaaf-maafaan dengan bersalaman kepada para jamaah yang lain. Namun sholat Idul Adha kali ini lebih sedikit dibanding dengan jamaah yang melaksanakan Sholat Idul Fitri lalu. (Mad/red)
Naqsyabandiyah: Perbedaan Hari Raya Idul Adha Adalah Rahmat
Lumajang(lumajangsatu.com)- Jama’ah Thoriqoh Naqsyabandiyah Kabupaten Lumajang berbeda dengan Naqsyabandiyah Padang yang telah melaksanakan shalat Idul Adha di Surau Baitul Makmur, Pasar Baru, Kecamatan Pauh, Padang, pada Jumat 3 Oktober pagi tadi. Meski metode hisab dan rukyat yang diterapkan bisa saja berbeda, namun Jama’ah Thoriqoh Naqsyabandiyah Kabupaten Lumajang menegaskan bahwa secara organisatoris berada dalam naungan Jam’iyah Ahl Al Thoriqoh Al Mu’tabaroh Al Nahdliyah (JATMAN) sebagai Badan Otonom Nahdlatul Ulama. Sehingga dalam penentuan waktu ibadah puasa ‘Arofah dan ‘Idul Adha mengikuti ikhbar dari Lembaga Falakiyah Nahdlatul Ulama bahwa awal bulan Dzulhijjah jatuh pada Jumat 26 September 2014 dan peringatan Hari Raya Idul Adha dipastikan jatuh pada Ahad 5 Oktober 2014. Sikap Jama’ah Thoriqoh Naqsyabandiyah Kabupaten Lumajang ini termasuk wujud kepatuhan terhadap Allah swt, RasulNya dan ulil amri dalam hal ini Nahdlatul Ulama dan Pemerintah melalui menteri agama yang telah menetapkan hari raya (Idul Adlha 10 Dzulhijjah) pada Hari Ahad 5 oktober 2014 melalui tatacara sesuai sunah, yaitu menentukan awal masuk Dzulhijjah dengan hadis sahih tentang rukyat atau istikmal 30 hari. Perbedaan yang terjadi selayaknya tidak memecah belah ummat, namun harus saling toleransi dan menghormati selama masih dalam koridor syari’at Islam, dan perbedan adalah rahmat. Justru yang perlu dikedepankan adalah makna dan substansi Idul Adha itu, yaitu mendekatkan diri kepada Allah melalui ibadah qurban dan ketauladanan keluarga Nabi Ibrahim as.(Mas’ud)
Hati-Hati Ojek Gadungan, Ojek B 29 Hanya Tarik Biaya 50 Ribu Saja
Lumajang(lumajangsatu.com)- Wisata puncak B 29 desa Argosari Kecamatan Senduro Kebupaten Lumajang semakian hari semakin banyak menyedot para wisatawan. Pemandangan yang santa indah, membuat para pengunjung ketagihan datang kemabli. Semakin banykanya pengunjung berdampat kepada warga sekitar yang menjadi jasa ojek untuk mengantar para pengunjung ketas puncak. Namun, para pengunjung harus berhati-hati dengan ojek yang biasanya mematok harga sangat mahal. "Kalau ojek yang dibawah binaan Dinas Pariwisata semuanya sama harganya, yakni 50 ribu antar jemput ke puncak B 29," ujar Yanto salah seorang ojek puncak B 29 kepada lumajangsatu.com, Minggu (29/09/2014). Menurutnya, dalam kondisi apapun baik medan sulit atau medan gampang, hari yang ramai pengunjung atau saat sepi, para tukang ojek tidak akan menaikkan harga. Akan tetapi ada sebagin tukang ojek yang terkdang memanfaatkan saat ramai pengunjung dengan mematok harga sampai 200 ribu. "Kalau kelompok ojek kami tidak ada kenaikan tarif meskipun saat ramai pengunjung," paparnya. Biasanya para tukang ojek yang mematok harga tinggi membidik pengunjung yang baru datng pertama kali. Para tukang ojek terkdang menunggu di pintu masuk desa Argosari. "Biasanya mereka bilang jalur yang menuju tempat ojek kami longsor sehingga tidak bisa dilewati," paparnya. Sementara itu, Gawat Sudarmanto kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lumajang mengaku akan terus melakukan pembinaan kepada para tukang ojek. Sebab, jika masih ada ojek yang tidak seragam B 29 lambat laun akan ditinggalkan pengunjung. "Kita akan terus lakukan pembinaan, sebab masih ada yang narget ongkos mahal B 29 pasti tidak akan pengunjungnya lagi," pungkasnya.(Yd/red)
PT Pos Indonesia Resmi Luncurkan Prangko B 29 Lumajang
Lumajang(lumajangsatu.com)- PT Pos Indonesia Cabang Lumajang resmi menggelar louncing prangko dengan gambar wisata puncak B 29 desa Argosari, Kabupaten Lumajang. Louncing prangko B 29 dillakaukan dengan melakukan touring IMPI Jawa-Bali dan juga diikuti oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Lumajang. Anton Krisna kepala PT Pos Indonesia Cabang Lumajang menyatakan, louncing prangko B 29, merupakan bentuk kepedulian PT Pos Indonesia untuk memajukan pariwisata. Seperti diketahui, B 29 merupakan salah satu icon baru wisata Kabupaten Lumajang yang saat ini sedang banyak dikunjungi wisatawan. "Mulai besok, prangko B 29 bisa didapatkan di seluruh kantor cabang PT Pos di seluruh Indonesia," ujar Anton saat menggelar louncing di puncak B 29 bersama IMPI dan masyarakat Argosari serta para pengunujung, Minggu (29/09/2014). Sementara itu, Gawat Sudarmanto Kepala Dinas kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lumajang menyambut baik louncing prangko B 29. Diharapkan, dengan prangko B 29, icon wisata Lumajang yang baru itu akan semakin banyak menyedot pengunjung baik dari lokal maupun manca negara. "Saya ucapkan terima kasih kepada PT Pos Indonesia Cabang Lumajang yang telah andil untuk mengenalkan wisata B 29 Lumajang," ujar Gawat. Louncing prangko B 29 juga disambut baik oleh warga Argosari, yang jelas akan merasakan dampak postifnya, jika B 29 menjadi jujukan wisata Nasional. "Saya atas nama warga Argosari berterima kasih kepada semua pihak, yang telah ikut andil mengenalkan wisata B 29 kepada masyarakat luas," ujar Ismail Kepala desa Argosari.(Yd/red)
Ikut Pameran Museum, Buah Genitu Lumajang Populer di Jatim
Lumajang(lumajangsatu.com)- Disamping terkenal sebagai kota Pisang, Lumajang juga mulai dikenal sebagai kota penghasil buah langka yakni Genitu atau yang juga disebut dengan Manicu. Buah tersebut berbentuk bulat dan agak kecoklatan ketika sudah matang. "Saat pameran dan lomba museum ekpo 2014 di Jawa Timur kita juga kenalkan buah asli Lumajang yakni Genitu," ujar Aries Purwanti, Arkeologi yang mengelola museum daerah Lumajang, Kamis (25/09/2014). Buah yang dibawa dari kaki Gunung Semeru tersebut menjadi rebutan peserta dan warga yang datang. Pasalnya, buah itu sangat manis dan tidak banyak ditemukan didaerah lain dengan kualitas sebagus di Lumajang. "Buah itu hanya ditemukan di Sekitar Bromo, Bondowoso dan sebagian Jember dan di daerah aslinya Lumajang" terangnya. Meski tanaman itu bisa tumbuh dimana saja, namun buahnya tak semanis dan tak sebanyak pohon Genitu yang tumbuh di Lumajang. Sehingga buah Genitu bisa disebut sebagai buah langka yang hanya bisa tumbuh baik dibeberapa daerah saja. "Di Bali pohon Genitu juga ada, tapi buahnya tidak semanis yang ada di Lumajang sehingga buah itu tidak begitu diminati," jelasnya. Di Bojonegoro buah genitu dikenal sebagai sawo susu, karena bentuknya mirip sawo namun isinya putih dan banyak mengandung air seperti susu. Buah Genitu juga dikenal sebagai buah yang bisa menambah fitalitas bagi kaum pria. "Kalau di Bojonegoro Genitu disebut sebagai Sawo Susu," pungkasnya.(Yd/red)
Operasi Pekat, Polisi Sisir 16 PSK di Lumajang Selatan
Lumajang(lumajangstau.com)- satuan Sabhara Polres Lumajang berhasil menjaring belasan pekerja seks komersial (PSK) melalui operasi pekat yang dilakukan oleh Polisi. Belasan PSK tersebut berasal dari beberapa lokasi yang ada di wilayah Lumajang seletan.AKP Edi Santuso, Kasat Sabhara Polres menyatakan, dalam operasi pekat yang digealar Selama sehari, polisi menjaring 16 PSK dari tiga titik eks lokalisai, 10 PSK dijaring dari eks lokalisasi Asem Telu desa Jarit, 4 dari lokalisasi Gunung Tambudesa Condro, dan 2 PSK dari wialayah desa Penaggal."10 dari Asem Telu, 4 dari gunung Tambu dan 2 dari desa Penanggal kecxamtan Candipuro," papar Edi kepada sejumlah wartawan, Rabu (24/09/2014).Setelah terjaring melalui operasi pekat, belasan PSK tersebut kemudian didata untuk dilakkukan sidang tipting. Sidang akan digelar di Pengadilan Negeri Lumajang. "Setleh diperiksa, mereka hari ini langsung disidang tipiring," jelasnya.Kasat Sabhara menuturkan, akan terus melakukan operasi pekat untuk menjaring para pejaja seks tersebut. Disamping itu polisi juga akan melakukan operasi premanisme disejumlah titik seperti terminal dan jalan lintas timur.(Yd/red)
Cak Ali, Peternak Burung Lovebird Handal di Lumajang
Lumajang(lumajangsatu.com)- Berangkat dari hobi, Cak Ali warga Desa Klanting Kecamatan Sukodono Lumajang, salah satu penggemar burung lovebird berhasil meraup rizki jutaan rupiah per bulan. Jenis burung-burung yang dipeliharanya pun terdiri dari dua belas jenis lovebird dari Lima Belas Pasang burungnya, yakni warna biru global, biru langit, violet, pastel hijau, pastel kuning, pastel putih, pastel biru hitam, hitam, albino, mata hitam, lutino mata hitam dan lutino mata merah. Semua burung tersebut ditaruh didalam sangkar berukuran tiga meter persegi Menurutnya, burung lovebird atau burung cinta ini merupakan salah satu burung dengan poster tubuh dan warna bulunya unik dan mungil. Pasalnya dari keunikan itulah ia tertarik untuk memelihara burung tersebut hingga akhirnya membudidayakannya. "Unik terus warnanya juga enak dipandang," papar Cak Ali saat dikonfirmasi sejumlah wartawan, Sabtu (20/09/2014). Selain itu, ketertarikannya pada burng cinta juga lantaran cara perawatannya yang tergolong mudah, makanannya hanya biji-bijian minumannya pun hanya cukup dengan air putih. "Pokoknya pagi dan sore diganti pakan dan minumannya, ya cukup dah," tambahnya. Dari dua belas jenis burung tersebut, Cak Ali bisa memperoleh uang tambahan jutaan rupiah per bulan yakni dengan cara menjual anakan burung-burung miliknya. Biasanya satu pasang burung bisa bertelur sebanyak lima hingga delapan, dan baru akan menetas setelah dua puluh satu hari dari telur yang dierami oleh induknya. Sementara harga yang dipatok olehnya tergantung dengan jenis dan warna burung, misalnya untuk Jenis Lutino Mata Merah per ekor ia menjual dengan harga Rp. 800.00 hingga Rp.1.000.000 per ekor. (Mad/red)
Jelang Idul Adha, Sapi Merah di Karak Keliling Desa
Lumajang(lumajangsatu.com)- Berbagai perayaan Jelang Idul Adha 1435 H, makin marak dilakukan oleh masyarakat lumajang. Salah satu warga lumajang keturunan darah madura sambut hari raya kurban dengan karak sapi merah keliling desa, Kamis (18/09/2014). Huda (20), salah satu warga Desa Krai keturunan darah madura, masih melestarikan tradisi nenek moyang, yakni dengan mengkarak sapi merah miliknya keliling Desa. Menurutnya, Tradisi ini sudah menjadi salah kebiasaan dan merupakan keharusan bagi para penggemar sapi merah atau sapi kerap, untuk mengkarak sapi-sapi milik mereka ketika menjelang Hari Raya Idul Adha. "Ya sudah menjadi tradisi mas, dan setiap tahun kita laksanakan," paparnya. Tradisi ini mempunyai makna filsafat bagi para penggemar sapi kerap, terutama bagi keturunan madura. Selain sebagai hiburan, tradisi ini dipercaya bisa menambah kecepatan sapi yang dikarak keliling desa. "Supaya nanti kalau dikerap bisa kencang mas, dan supaya selamat juga," tambahnya. Warga sekitar yang mendengar alunan musik khas madura itu, langsung keluar rumah untuk menonton karakan sapi tersebut. "Wah saya senang sekali mas, nonton karakan seperti ini selain juga menonton kerapannya," ungkap Hasan (34) warga setempat. Sapi ini di hiasi dengan hiasan khas adat madura, dan diiringi dengan musik khas serta penari-penari madura. (Mad/red)