Lumajang (lumajangsatu.com) - Seiring dengan munculnya tas kresek keberadaan Panjang Ilang semakin terkikis. Panjang Ilang terbuat dari janur yang dibuat bungkus kue dan nasi untuk acara hajatan khitan atau sunat (kendurenan).
Budaya
Video Jejak Budaya Menulis Lumajang Kuno
Lumajang (lumajangsatu.com) - Budaya tulis menulis ternyata sudah lama dilakukan oleh orang Lumajang kuno. Jejak-jejak peninggalan karya sastranya tergores dibatu kaki GUnung Semeru. Peninggalan sejarah berada dan tersimpan di Museum Daerah Lumajang di Kawasan wonorejo Terpadu. Bisa di klik video diatasnya. (ls/red)
Do'a Lintas Iman di Pura Mandara Giri Semeru Agung Untuk Rohingya
Lumajang (lumajangsatu.com) - Puluhan orang dari berbagai agama di Kabupaten Lumajang Minggu siang (17/09) berkumpul di Pura Mandara Giri Semeru Agung, Senduro untuk melakukan doa lintas iman bagi tragedi kemanusiaan Rohingya. Mereka datang dari berbagai daerah di Lumajang bersama beberapa tokoh agama masing-masing. Komunitas lintas iman ini memang secara rutin bertemu setiap bulan dalam acara "Temu Lintas Iman Lumajang", dan tempatnya pun berpindah-pindah bergiliran. Format kegiatan yang digagas oleh Jaringan Gusdurian Lumajang ini selalu dimulai dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya, diskusi, apresiasi seni dan doa lintas iman.Tema diskusi kali ini adalah tentang tragedi kemanusian Rohingya di Myanmar. Dari diskusi yang juga dihadiri oleh Camat Senduro dan beberapa Kades di Kecamatan Senduro ini menyimpulkan bahwa Rohingya bukanlah konflik agama, tapi murni tragedi kemanusiaan. Oleh karenanya semua umat beragama seyogjanya bahu membahu menolong Rohingya.A'ak Abdullah Al-Kudus selaku Presidium Jaringan Gusdurian Jawa Timur menyatakan bahwa Gusdurian menolak dengan keras genosida yang dilakukan militer Myanmar terhadap etnis Rohingya, dan mendesak agar operasi militer tersebut segera dihentikan.Sementara itu Edy Sumianto Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kabupaten Lumajang menyatakan sangat prihatin dengan kondisi di Myanmar. Karena bagi umat Hindu semua orang adalah saudara, tidak boleh ada yang disakiti apalagi dibunuh, siapun dia, apapun etnisnya."Kami memiliki ajaran Tatwamasi dan Ahimsa, yang menganggap orang lain sebagai diri kita sendiri, sehingga tidak boleh disakiti, sebaliknya harus saling mengasihi" terang Edy.(Yd/red)
Wow..!! 3 Destinasi Wisata Lumajang Isi Pameran Majapahit Travel Fair 2017
Lumajang (lumajangsatu.com) - Majapahit Travel Fair 2017 di gelar di Grand City Convex Surabaya, Jawa Timur 13-16 april. Destinasi wisata Lumajang mendapatkan kehormatan mengisi tiga stand sekaligus, di stand Kabupaten, Provinsi dan Kementrian Pariwisata.
Karapan Kerbau, Antara Tradisi, Hobi dan Gengsi
Lumajang (lumajangsatu.com) - Karapan Kerbau (kebo) yang digelar di Desa Banyuputih Kidul Kecamatan Jatiroto antara Tradisi, Hobi dan Gengsi. Betapa tidak, hadiah bagi para pemenang juga tidak sebanding dengan biaya yang dikeluarkan untuk merawat kerbau.Edy, salah satu peserta dan pemilik kerbau karapan mengaku harus menyiapkan ratusan butir telur bebek untuk jamu kerbau sebelum bertanding. Sekali diminumkan, 50 butir telur, dicampur jahe dan kunci dan persiapannya dua bulan sebelum pertandingan."Telur satu kerbau bisa 300 butir mas, jadi karena hobi saja bukan karena hadiahnya. Hadiahnya terlalu kecil untuk biaya perawatannya," jelas Edy, Minggu (02/04/2017).Hal senada juga disampaikan Syahrul, menurutnya antar pemilik kerbau juga menjaga gengsi. Jika selalu menang dalam pertandingan, maka harga jual kerbau bisa mahal, bisa sampai 50 juta pererkor."Kalau sering menang, peranakannya juga bisa mahal harganya mas. Biasanya jika sering menang kalau dijual bisa laku 50 juta perekor, namun rata-rata tidak dijual," jelasnya.H. Husain, ketua panitia karapan kerbau mengaku kegitan tersebut untuk menyambut masa tanam padi oleh petani. Disamping itu, untuk mempereerat silaturrahim antar pemilik kerbau di Lumajang dan sudah jadi tradisi."Ini adalah tradisi petani disini mas, sehingga dijadikan ajang silaturrahim antar pemilik kerbau," pungkasnya.(Yd/red)
Meriah, Karapan Kerbau di Jatiroto Sambut Musim Tanam
Lumajang (lumajangsatu.com) - Menjelang masa tanam padi, para petani Desa Banyuputih Kidul Kecamatan Jatiroto menggelar Karapan Kerbau (Kebo). Puluhan kerbau mengikuti acara karapan yang digelar rutin setiap tahun sebagai bentuk syukur atas musim panen padi."Ini untuk menyambut masa tanam padi dan rasa syukur atas panen padi yang telah dilakukan oleh para petani," ujar H. Husain, ketua panitia Karapan Kerbau, Minggu (02/04/2017).Acara Karapan Kerbau digelar selama 3 hari, 1-3 Maret 2017. Ada 40 pasang kerbau yang ikut dalam kegiatan tersebut dan biasanya jika datang semua bisa sampai 100 pasang kerbau."Pesertanya 40 pasang mas, kalau pas datang semua biasanya sampai 100 pasang," jelasnya.Panitia menyediakan hadiah pertama 1 juta dan hadiah 2 dan 3 masing-masing kambing. Ada dua kelas yakni kelas A dan B bagi kerbau dewasa dan kerbau yang masih muda (anakan). "Ada dua kelas mas, ada untuk yang besar dan ada untuk yang anakan," pungkasnya.Acara karapan kerbau banyak menarik masyarakat untuk menonton karena sangat jarang digelar. Meski cuaca sangat panas, masyarakat tetap semangat melihat kerbau-kerbau berlari dilumpur.(Yd/red)
Arakan Ogoh-ogoh Sambut Nyepi di Pura Mandara Giri Semeru Agung Meriah
Lumajang (lumajangsatu.com) - Arak-arakan Ogoh-ogoh menyambut hari raya Nyepi tahun 1939 Caka berjalan lancar dan meriah (27/03). Ribuan umat hindu dan warga tumpah ruah disepanjang jalan arak-arakan kawasan Pura Mandara Giri Semeru Agung."Alhamdulillah mas, tadi malam kegiatan arak-arakan Ogoh menyambut hari raya Nyepi umat Hindu berjalan lancar dan aman," ujar Rasmin, Camat Senduro kepada lumajangsatu.com, Selasa (28/03/2017).Setelah mengarak Ogoh-ogoh, umat Hindu selama 24 jam akan melakukan Nyepi di rumah masing-masing. Senduro yang masyarakatnya pluralisme, sangat menghargai sebuah perbedaan tersebut.Meski beda agama, warga Senduro bisa hidup rukun dan berdampingan. Bahkan, kerja bhakti untuk tempat peribadatan tidak memandang agama, namun semua warga bahu membahu."Di Senduro sangat menjaga toleransi kerukunan beragama mas, jadi jangan heran, jika ada yang bangun masjid, umat Hindu dan Nasrani juga ikut kerja bahkti, begitu juga sebaliknya," jelas mantan Camat Tempursari itu.Saat hari raya Nyepi, warga Non Hindu juga sangat menghormati umat Hindu yang menggelar Nyepi. Sejumlah aktifitas di pusat Keramaian Sednuro juga nampak lengang. "Warga senduro sangat menghargai saudarnya yang sedang melaksanakan ibadah suci," pungkasnya.(Yd/red)
H.M. Nur Purnamasidi Anggota DPR RI Sapa Suku Tengger di Negeri Atas Awan
Lumajang (lumajangsatu.com) - H. M. Nur Purnamasidi, anggota DPR RI Komisi XI menyapa suku Tengger di Desa Argosari Kecamatan Senduro (Desa Negeri Atas Awan B 29). Kehadiran politisi Golkar itu menjelang peryaan hari raya Nyepi 1939 Caka, yang dimulai dengan arak-arakan Ogoh-ogoh."Saya melakukan serap aspirasi dengan warga Tengger di Lumajang dan juga menyampikan sejumlah bantuan," ujar bang Poer sapaan akrabnya itu, Senin (27/03/2017).Ismail, Kepala Desa Argosari mengucapkan terima kasih kepada H. M. Purnamasidi karena berkenan hadir di desa yang terpencil tersbut. Kades berharap kepada Bang Poer agar menjadi wakil rakyat yang memperjaungkan kepentingan rakyat dan membawa aspirasi rakyat desa ke pusat."Saya berterima kasih kepada pak Pur, karena dengan kedatngan beliau kita kenal wakil rakyat kita yang ada di Jakarta," jelasnya.Kedantangan bang Poer bersamaan dengan kegitan arak-arakan Ogoh-ogoh untuk menyambut Nyepi. Dimana, umat Hindu akan melakukan puasa, tidak keluar rumah, tidak menyalkan lampu, tidak menyuarakan bunyi-bunyian dan tidak bekerja selama 24 jam.(Yd/red)
Nyepi 1939 Caka, Akan Diawali Arakan Ogoh-ogoh di Pura Mandara Giri Semeru Agung
Lumajang (lumajangsatu.com) - Umat Hindu Lumajang akan melaksanakan sejumlah upacara suci menyambut hari raya Nyepi tahun Caka 1939. Hari Sabtu (25/03) umat Hindu akan menggelar upacara Melasti di Pantai Watu Pecak Desa Selok Awar-awar Kecamatan Pasirian sebagai penyucian diri.