kesehatan lumajang

Komisi D Minta Dinkes Segera Tangani Bokong Melepuh Di Desa Umbul

Lumajang(lumajangsatu.com) - Adanya dugaan pelayanan kesehatan Bidan, ER dan suaminya TR yang menyebabkan bekas suntikan dibokong pasien melepuh di Desa Umbul Kecamatan Randuagung. Komisi D DPRD Lumajang meminta Dinas Kesehatan untuk segera melakukan tindakan dan penanganan. Komisi D berharap Dinkes melakukan evaluasi terhadap Bidan yang diduga menyebabkan bokong pasien melepuh. "DInkes selaku pembina bidan dan diketaui si Bidan adalah PNS, harus bisa melakukan reward dan punishment," terang Ketua Komisi D, Sugianto di Gedung wakil Rakyat, Selasa(03/03). Menurut dia, pihaknya amat menyayangkan korban dari dugaan malpraktik Bidan sangat banyak. Dinkes diharapkan melakukan kajian serta meminta keterangan pada Bidan. "Meski kejadian pada Bidan di Umbul bisa menimpa Bidan lainya, Dinkes saya harap melakukan pembinaan pada profesi bidan dinaungannya," terang pria yang istri bekerja sebagai Bidan itu. Sekedar diketahui, Dinkes sudah melakukan langkah awal dengan mengobati pasien yang diduga bokongnya melepuh akibat suntikan bidan dan suaminya. Dinkes juga melakukan pemantauan perkembangan mengenai sejumlah pasien yang diduga mencapai puluhan.(ls/red)

Warga Diduga Korban Malpraktek Terus Bertambah

Lumajang(lumajangsatu.com)- Jika Jum'at (27/02) lalu jumlah penderita luka melepuh yang diduga korban Malpraktek Bidan E-N dan T-R di Desa Umbul Kecamatan Kedungjajang Lumajang berjumlah 54 orang, pagi ini tercatat bertambah  hingga 64 orang yang berasal dari Desa sebelah, Senin (02/03/2015). "tambah lagi mas, dan tidak hanya warga saya saja tapi juga ada dari desa sebelah seperti Desa Wonorejo dan Banyuputih," ungkap Bawon Kepala Desa Umbul saat dikonfirmasi lumajangsatu.com. Lebih lanjut ia berjanji akan terus memberikan pelayanan terbaiknya dengan terus memberikan pengobatan gratis pada warganya hingga sembuh. "Gratis, dan saya sudah minta ke Dinas Kesehatan agar terus mengobati warga saya  sampai sembuh total," janjinya. Sementara warga yang sempat diobati jum'at lalu kembali ke Balai Desa untuk memeriksakan perkembangan hasil pengobatannya. "Alhamdulillah sudah mulai kering, meskipun masih terasa nyeri dan gatal" ujar Trialis salah satu warga. (Mad/red)

Bawon ; Kami Akan Terus Pantau Perkembangan Kesehatan Warga

Lumajang(lumajangsatu.com)- Pasca pengobatan massal yang dilakukan di balai Desa Umbul Kecamatan Kedungjajang Lumajang Jum'at (27/02) kemarin, Kepala Desa Umbul menegaskan pihaknya bersama Dinas Kesehatan Kabupaten Lumajang akan kembali melakukan pemeriksaan terkait perkembangan kesehatan warga yang diduga korban Malpraktek  Oknum Bidan E-N. "Senin besok ini mas kami bersama Dinas Kesehatan akan kembali melakukan pemeriksaan terkait perkembangan kesehatan warga saya," ungkapnya Bawon Kepala Desa Umbul saat dikonfirmasi lumajangsatu.com, Sabtu (28/02/2015). Menurutnya, dari 54 warga yang diobati oleh tim kesehatan dari Dinas Kesehatan Lumajang, yang mengalami luka melepuh di pinggulnya, masih banyak lagi warga yang mengalami hal serupa namun tidak hadir pada jum'at lalu. "Yang datang kemarin masih sekitar separunya mas, dan masih banyak yang belum diobati karena tidak hadir," tambahnya. Terkait penanganan kasus ini, pihaknya bersama korban telah mengadukan kejadian tersebut ke Polsek Setempat beberapa hari yang lalu. Dan masih akan kembali ditanyakan terkait perkembangan selanjutnya. "Sebenarnya sudah kami adukan, dan rencananya dalam waktu dekat kami akan tanyakan kembali terkait perkembangan kasus ini," ujarnya. Sementara rumah Oknum Bidan atas nama E-N, yang terletak tidak jauh dari Kantor Desa setempat terlihat sepi sejak beberapa hari terakhir. "Tutup terus, tidak seperti biasanya yang selalu buka baik siang maupun sore hari," ujar Ida salah satu warga. (Mad/red)

Nyamuk Berkurang, Warga Wotgalih Ucapkan Terima Kasih Pada Tim BP dan Dinkes

Lumajang(lumajangsatu.com)- Setelah dilakukan fogging oleh Dinas Kesehatan bersama tim Muhammad Nur Purnamasidi (Bang Poer-BP) anggota DPR RI dari frkasi Golkar, warga mengaku jumlah nyamuk mulai berkurang. Bahkan, warga tidak lagi mendegar ada masyarakat terjangkit penyakit demam berdarah 9DB) di desa Wotgalih Kecamatan Yosowilangun. "Kami ucapkan terima kasih kepada bang Poer dan tim serta Dinas Kesehatan yang telah melakukan fogging untuk memutus dan memebunuh nyamuk yang membawa virus demam berdarah," ujar Lestari Ama Kades Wotgalih, Selasa (24/02/2015). Setelah dilakukan fogging, saat ini warga sudah mulai faham tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan sehingga tidak menjadi sarang nyamuk. Warga kata Lestari mulai sadar untuk mengubur, menguras dan menutup tempat-tempat yang biasanya dijadikan nyamuk untuk berkembang biak. "Warga mulai sadar mas, bahwa demam berdarah itu sangat berbahaya dan bisa mengakibatkan meninggal. Saat ini warga juga mulai memberantas nyamuk dengan membasmi jentik-jentiknya," paparnya. Sementara itu, Azizah salah satu Tim BP menyatakan bahwa kegiatan sosial akan terus dilakukan oleh Tim BP dan juga oleh bang Poer yang mendapatkan kepercayaan warga Lumajang-Jember menjadi wakil rakyat di senayan. "Kita akan terus lakukan kegiatan sosial, baik itu kesehatan, pendidikan dan kegiatan sosial-sosial yang lainnya," terang perempuan dengan panggilan Zizi itu. Sebelumnya diberitakan, warga desa Wotgalih banyak menderita demam berdarah dan banyak yang harus dirawat dirumah sakit. Akhirnya, Dinas Kesehatan bersama Tim BP melakukan fogging dan sosialisasi pentingnya melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN).(Yd/red)

Tim Bang Poer Bersama Dinas Kesehatan Lakukan Fogging di PP Ulil Albab Desa Wotgalih

Lumajang(lumajangsatu.com)- Bersama dengan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Lumajang, Tim Relawan Muhammad Nur Purnamasidi (Bang Poer-BP) melakukan fogging di Ponpes Ulil Albab Desa Wotgalih Kecamatan Yosowilangun. Kegiatan fogging dilakukan karena ditempat tersebut banyak warga yang terserang demam berdarah (DB). "Kegiatan ini sebagai bentuk kepedulian dari Tim BP bersama Dinas Kesehatan Lumajang, karena DB merupakan penyakit yang sangat berbahaya dengan daya tular yang sangat cepat," ujar Pudoli Sandra SH,. MH, Koodinator Tim Bang Poer wilayah Lumajang-Jember, Jum'at (20/02/2015). Sementara itu, Lestari Ama Kades Wotgalih menyambut baik kegiatan fogging yang dilakukan Dinas Kesehatan bersama Tim BP. Dia berharap dengan fongging yang dilakukan bisa mencegah penyebaran nyamauk demam berdarah menularkan virus berbahayanya.  "Kami sangat senang mas, semoga warga kami tidak akan lagi yang tertular demam berdarah lagi," terangnya kepada lumajangsatu.com. Hal senada juga disampaikan Ida Rahmawati Bidan Desa Wotgalih. Menurutnya, banyak warga Wotgalih yang terjangkit virus demam berdarah. Namun, karena warga tidak faham dengan panas yang menyerang itu, sehingga dianggap sebagai demam biasa. "Warga yang terjangkit DB banyak mas, namun yang terdata hanya beberapa saja yakni warga yang dirujuk ke rumah sakit karena sudah cukup parah," terangnya. Muhammad Zainuddin S.PdI ketua Tim BP wilayah Lumajang menyatakan bahwa kegiatan sosial akan terus dilakukan di Lumajang. Tak hanya fongging saja, namun kegiatan yang lainnya akan diagendakan selama satu tahun kedepan. "Kita juga akan lakukan kegiatan sosial yang lainnya juga mas," pungkasnya.(Yd/red)

Forum Komunikasi Wartawan Lumajang Terbentuk, Arif Ulinuha JTV Terpilih Aklamasi

Lumajang(lumajangsatu.com) - Insan Jurnalis Lumajang dari kalangan media massa harian membentuk Forum Komunikasi Wartawan Lumajang (FKWL). Terpilih secara musyarawah, Arif Ulinuha Reporter JTV sebagai Koordinator, Abdul Rahman sebagai Sekretaris dan Nur Hadi Wicaksono sebaai Bendhara. Terbentuknya, FKWL didasari menjalin kerukunan dan komunikasi wartawan yang sehari-hari di wilayah Lumajang. Apalagi sesuai amanat Pers Indonesia, Kebebasan Pers dari rakyat untuk rakyat. "FKWL sebagai wadah wartawan di Lumajang dalam peningkatan Sumber Daya Manusia," kata Harry Purwanto, reporter beritajatim.com, di gedung pertemuan Kantor Diklat Lumajang, Selasa(17/02/2015). "Adanya FKWL selain untuk sebagai wadah komunikasi wartawan dalam mengawal pembangunan Lumajang," ujar Babun Wahyudi, Pimred Lumajangsatu.com. "Dengan adanya FKWL akan menjadikan wartawan di Lumajang memiliki profesionalisme dalam berjurnalistik," jelas Fatah, pimred wartalumajang. "FKWL sebagai wadah wartawan dalam jurnalistik baik kedalam dan keluar," ujar Ulum, Wartawan BeritaMetro. Arif Ulinuha selaku koordinator dari FKWL mengaku amanah yang diberikan rekan wartawan sebuah tanggung jawab besar. Karena prinsip dari Wartawan adalah menjadi Pers Sehat Masyarakat Cerdas. "Wartawan adalah profesi yang tidak semua orang bisa melakukan, karena ini mewakili masyarakat. Wartawan Cerdas, Masyarakat Lumajang Hebat," papar Alumnus IAIN Sunan Ampel itu.(ls/yd/red)

Inilah Sambutan Ketua Dewan Pers Di Hari Pers Nasional 2015

PIDATO SAMBUTAN KETUA DEWAN PERS  PADA HARI PERS NASIONAL DI BATAM, 9 FEBRUARI 2015 Bismillahirrahmanirrahiim. Assalamuâalaikum warahmatullahi wabarokatuh. Bapak Wakil Presiden  Bapak Ketua MPR  Bapak Menteri Komunikasi dan Informatika. Bapak para Pejabat Negara dan Pemerintahan. Gubernur Provinsi Kepulauan Riau. Para Bupati, Walikota, dan seluruh jajaran Pemerintah di daerah,  baik sipil dan militer. Keluarga besar pers Indonesia. Hadirin yang saya mulyakan.     Atas nama keluarga besar pers Indonesia, khususnya peserta HPN, saya sampaikan terima kasih atas kehadiran Bapak Wakil Presiden pada HPN ini. Kehadiran Bapak, merupakan suatu penghargaan nyata terhadap seluruh komunitas pers Indonesia dimanapun mereka berada. Tidak dapat dibantah, pers berperan besar dalam perjalanan bangsa Indonesia, baik sebelum maupun sejak kemerdekaan. Bapak Wakil Presiden dan hadirin yang saya mulyakan.     Sebelum menyentuh langsung hal-hal berkenaan dengan pers, izinkan saya terlebih dahulu mencatat pernyataan filosof Inggris Francis Bacon yang lahir pada pertengahan abad ke-16 (1561) dan meninggal pada abad ke-17 (1626). Dalam bidang ilmu pengetahuan, Bacon adalah pemula yang berpendapat betapa penting eksperimen dan observasi dalam kegiatan keilmuan. Bacon adalah penemu yang tidak sengaja, bahwa es dapat dipergunakan sebagai pengawet makanan, seperti daging. Ketika berbicara mengenai cara memajukan ilmu, Bacon mengambil tamsil kehidupan laba-laba, semut, dan lebah. Laba-laba membuat sarang yang bergelantung di udara dari air liur yang diproduksi dari tubuhnya sendiri. Laba-laba ketika membuat sarang sama sekali tidak memanfaatkan material sekitarnya, karena hanya menggunakan air liurnya sendiri dan semata-mata untuk dirinya sendirinya. Laba-laba tidak membuat suatu kemajuan atau perubahan apapun. Memang tidak merugikan pihak lain, tetapi juga tidak memberi manfaat pada pihak lain. Bagaimana dengan semut? Semut kata Bacon, tidak pernah berhenti mengangkut berbagai material (daun, binatang yang mereka tangkap bersama dan lain-lain). Tetapi semut hanya sekedar mengangkut dan mengumpulkan, tanpa mengubah bahan-bahan tersebut agar memberi manfaat lebih lanjut. Barangkali satu-satunya pelajaran dari kerja semut adalah mereka selalu bekerja atas dasar gotong royong, atas dasar kebersamaan. Selanjutnya, bagaimana dengan lebah? Lebah kata Bacon, tidak hanya bersama-sama mengumpulkan bahan-bahan (maksudnya: sari bunga), tetapi mencernanya dan mengubah bahan-bahan itu (maksudnya: menjadi madu). Dapat pula kita catat, hasil kerja lebah tidak hanya bermanfaat bagi kehidupan lebah itu sendiri, melainkan bagi makhluk lain, terutama manusia. Selain itu, meskipun seperti semut senantiasa hidup bersama, tetapi masing-masing lebah bekerja menemukan bunga untuk dihisap sarinya dan dibawa ke sarang untuk diolah menjadi sesuatu yang bermanfaat untuk kepentingan bersama atau makhluk lain. Dalam Islam, dikenal ajaran tentang kebaikan lebah, manusia dianjurkan meneladani kehidupan lebah. Hadirin yang saya mulyakan.     Saya yakin, baik pers maupun penyelenggara negara dan berbagai kekuatan sosial lainnya, sama-sama mendambakan sebesar-besarnya kemaslahatan setiap gerak dan pekerjaan kita, seperti kemaslahatan hasil kerja lelah kita. Agar menjadi sesuatu yang maslahat, kita semestinya tidak seperti semut yang sekedar memindahkan suatu benda dari satu tempat ke tempat lain. Pekerjaan itu harus diolah, dicerna dan ditransformasikan sehingga memberi sebesar-besarnya manfaat. Dalam konteks rakyat Indonesia, manfaat itu adalah sebesar-besarnya kemakmuran bagi sebanyak-banyaknya rakyat. Meminjam ungkapan Jeremy Bentham, filosof Inggris abada 18-19 (1748-1832), sebagai peletak dasar mazhab âutilitarianâ, menyatakan semua tindakan harus didasarkan pada: âMaximize pleasure and minimize painâ. Dalam ungkapan lain, Bentham menyatakan âthe greatest happiness for the greatest number.❠    Bagaimana prinsip ini jika ditinjau dari perspektif hubungan antara penyelenggara negara dan pers, agar hubungan itu tidak sekedar masing-masing membuat sarang sendiri atau sekedar memindahkan informasi seperti pekerjaan semut, melainkan hubungan yang tercerna dan bersifat transformatif untuk memaksimalkn kesentosaan seluruh publik atau sekurang-kurangnya kesentosaan bagi sebanyak-banyaknya publik.     Sebagai konsekwensi demokrasi yang menjamin kebebasan atas dasar persamaan, hubungan antara penyelanggara negara dengan pers akan memberi manfaat sebesar-besarnya apabila dilandasi prinsip equal foot, yang berwujud saling percaya, saling jujur dan saling terbuka. Pers sekali-kali tidak layak dibiarkan berspekulasi mengenai suatu kebijakan atau tindakan karena tiada keterbukaan. Bagi pers yang sangat percaya pada niat baik suatu kebijakan atau tindakan, walaupun tidak terbuka, akan berusaha menyimpulkan pendapat yang akan memberi pembenaran (justifikasi), seperti mencari dasar pada jenis kekuasaan tradisional ekstra konstitusional seperti hak prerogatif, mencari dasar pada asas manfaat (utilitarian, doelmatigheid), menggunakan dasar di atas asas manfaat (?), dasar diskresi, atau dasar politik, yang seolah-olah segala sesuatu yang benar secara politik adalah suatu tindakan yang dapat dibenarkan. Kita tahu bahwa, pembenaran tidak selalu identik dengan kebenaran. Pembenaran dapat menjadi instrumen membenar-benarkan sesuatu yang tidak benar. Hubungan semacam ini bukan saja tidak sehat untuk pers tetapi untuk publik pada umumnya. Tidak mungkin seluruh pers diminta menemukan atau mengutarakan berbagai pembenaran atas sesuatu yang tidak atau belum pasti benar. Pers merdeka dan sehat tidak sekedar berperan sebagai penemu pembenaran, melainkan kebenaran itu sendiri sebagai suatu bentuk tanggungjawab kepada publik, bagi  pers merdeka dan sehat berlaku satu adagium: ânothing the truth but the thruth❠salah satu konsekwensi kewajiban tersebut, pers dibekali oleh kewajiban yang dapat menimbulkan anggapan pers berlebihan atau kebablasan. Di sini timbul persoalan: âsiapa sebab, siapa akibat, siapa aksi, siapa reaksi?❠Hadirin yang saya mulyakan     Bagaimana dengan ârumah tangga❠pers sendiri? Secara jujur cukup banyak persoalan internal pers. Pertama, persoalan mengenai cara-cara menterjemahkan hak atas kebebasan berekspresi yang memungkinkan ada pluralisme pikiran dan pendapat pada gilirannya pluralisme mendapat keberpihakan. Menjadi persoalan, ketika keberpihakan itu bersifat sikap partisan. Partisanship pers meskipun sulit dicegah, tetapi tetap dianggap tidak begitu layak. Dalam alam demokrasi, keberpihakan pers semestinya keberpihakan kepada publik, bukan terhadap kekuatan politik atau aliran politik tertentu. Pers partisanâsadar atau tidak sadarâdapat merendahkan diri sendiri karena kemungkinan melalaikan kewajiban menjunjung tinggi profesionalisme pers, kode etik pers, standar-standar jurnalistik, dan lain sebagainya. Kedua, pengaruh pemilik terhadap pers. Selain kemungkinan terlalu mengkedepankan pers sebagai usaha ekonomi, pengaruh yang meresahkan publik, ketika pemilik menjadi pelaku atau aktivis politik, kekuatan politik tertentu. Ini merupakan faktor paling utama yang menimbulkan partisanship pers. Ketiga, persoalan âpers abal-abalâ. Sesuatu yang semestinya tidak boleh ditolerir oleh kalangan pers sendiri. Dewan Pers menerima begitu banyak keluhan terhadap tingkah laku atau praktek pers abal-abal. Yang lebih memprihatinkan, tingkah laku abal-abal tidak hanya ada di pers yang memang abal-abal, tetapi dapat juga menghinggapi pers yang secara normatif memenuhi syarat-syarat sebagai pers tetapi bertingkah laku abal-abal. Salah satu wujud abal-abal yaitu menjadi pers atau membuat berita untuk mengancam, memeras, atau bentuk-bentuk manipulasi lainnya. Namun perlu dicatat, selain sebagai suatu penyakit bawaan, berkembangnya pers abal-abal atau tingkah laku abal-abal karena ada peluang. Salah satu peluang, karena obyek atau subyek berita juga mengandung berbagai penyakit yang bertentangan dengan kewajiban dan tanggung jawab sebagai pengelola kepentingan publik. Pada kesempatan ini, saya meminta HPN menegaskan pendirian menolak segala bentuk pers abal-abal dan menindak segala bentuk dan jenis pers abal-abal. Bapak Wakil Presiden. Izinkan saya atas nama pers menyampaikan rasa prihatin yang sangat mendalam atas berbagai hiruk pikuk politik dan publik sekarang ini. Dalam berbagai kesempatan, saya mengingatan pers, sekali-kali tidak boleh menjadi bagian dari hiruk pikuk itu kecuali dalam batas fungsi pers untuk menyampaikan informasi kepada publik. Pelajaran lama yang pernah diajarkan kepada saya  dan Bapak Wakil Presiden lebih dari 50 tahun yang lalu: âinti leadership adalah mengambil keputusanâ. Lebih baik pers mempertanyakan suatu keputusan dari pada pertanyaan kenapa tidak ada keputusan. Bapak Wakil Presiden dan hadirin yang saya mulyakan.  Demikian catatan singkat perjalanan pers kita sejak HPN yang lalu hingga hari ini. Sebelum mengakhiri sambutan ini, saya mengucapkan pula terima kasih yang dalam kepada Gubernur Provinsi Kepulauan Riau, Bupati, Walikota beserta seluruh aparatur pemerintah yang telah mendukung HPN ini. Tidak kurang, saya ucapkan terima kasih kepada seluruh rakyat Provinsi Kepulauan Riau atas perhatian terhadap HPN ini. Kepada para insan pers, marilah kita tanamkan semboyan: âpers hari ini lebih baik dari pers kemarin, dan pers besok lebih baik dari pers hari ini.❠Terima kasih. Wassalamualaikum wwb. Batam, 9 Februari 2015 Ketua Dewan Pers Bagir Manan     

Potensi DB Masih Mengancam, Dinkes Siagakan Seluruh Petugas Kesehatan

Lumajang(lumajangsatu.com)- Hingga Bulan Januari hingga Februari 2015 kasus penderita demam berdarah (DB) baru mencapai 25 kasus. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya dengan bulan yang sama, kasusnya reltif menurun. Jika dilihat pada tahun sebelumnya pada bulan Januari 2014 jumlah penderita DB 29 orang, sedangkan pada Januari 2015 jumlah penderita terpatok pada angka 25, ujar Cahyo Prayitno Kasi Pemberantasan Penyakit Menular Dinas Kesehatan kabupaten Lumajang, Sabtu (07/02/2015). Dengan tidak adanya peningkatan jumlah penderita DB secara signifikan, maka Lumajang tidak masuk Kondisi Luar Biasa (KLB) demam berdarah. Karena curah hujan masih tinggi, kemungkinan penderita DB masih sangat besar, meskipun itu tidak diharapkan. Januari hingga Maret biasanya curah hujan masih tinggi, sehingga potensi peningkatan penderita DB masih ada, meskipun itu tidak kita harapkan, terangnya. Pihak Dinas Kesehatan telah menyiagakan seluruh petugas kesehatan mulai dari rumah sakit hingga tingkat desa. Pihak Dinkes juga telah membentuk Juru Pemantau Jentik (jumantik) yang bertugas untuk membasmi sarang-sarnag nyamuk bersama dengan masyarakat. Kita siagakan semua petugas kita dan kita juga bentuk jumantik bersama dengan warga, terangnya. Lebih lanjut Cahyo menjelaskan, dalam pemberantasan demam berdarah bukan pada pemberantasan nyamuknya. Namun, yang paling efektif adalah pemberantasan sarang yang dibuat oleh nyamuk untuk berkembang biak. Yang efektif adalah pemberantasan sarang nyamuk untuk berkembang biak. Sehingga fogging adalah langkah terakir dalam upaya pemberantasan demam berdara, pungkasnya.(Yd/rer)

Inilah Aksi Siskamling DBD Desa Kutorenon Dalam Membasmi Demam Berdarah

Lumajang(lumajangsatu.com)- Sejak didirikan pada bulan Desember 2013 keberadaan siskaling demam berdarah dengue (DBD) desa Kutorenon Kecamatan Sukodono sangat efektif untuk memberantas keberadaan nyamuk. Sehingga, desa Kutorenon dinyatakakan sebgai daerah bebas demam berdarah. "Alhamdulillah, sejak didirikan desember 2013 lalu, keberadaan siskamling DBD tetap eksis dan terus melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) setiap minggunya," ujar Ratno ketua RT I Dusun Krajan Desa Kutorenon, Jum'at (06/02/2015). Setiap satu Siskamling DBD berjumlah 6 orang yang beraggotakan dari para kader posyandu dan juga dibantu dari pihak puskesmas. Pada awalnya, dari 48 rumah yang ada di RT I, masih banyak ditemukan sarang jenti-jentik. Namun, setelah rutin dilakukan pengentrolan dengan melakukan aksi menguras, menutup dan membuang tempat sarang nyamuk dan pemberian abate maka tidak lagi ditemukan jentik-jentik. Rumah yang bebas jentik diberi tanda min, sedangkan rumah yang masih ditemukan jentik diberi tanda plus. "Kalau rumah yang ditemukan jentik-jentik kita beri tanda min dan yang bersih dari jentik kita beri tanda plus," terangnya. Disamping memberikan abate, para kader juga memasang ikan di kamar mandi, sehingga jentik-jentik langsung dimakan ikan. Warga juga menanam bunga lidah mertua yang diyakini mengeluarkan bau yang tidak disukai oleh nyamuk. Suksesnya Siskamling DBD yang memebuat desa Kutorenon bebas dari demam berdarah tak lepas dari peran serta aktif masyarakat. Dismaping itu, didukung oleh perangkat desa, bahkan kepala desa sesekali turun untuk memantau proses siskamling DBD. "Pak Kades saya sering turun dan melihat langsung, disamping peran serta semua perangkat hingga RT dan RW serta warga," terangnya. Sementara itu, Cahyo Prayitno Kasi Pemberantasan Penyakit menular Dinas kesehatan Lumajang menyatakan bahwa dalam pemberantasan demam berdarah yang terpenting adalah pemberantasan jentik-jentiknya. Sedangkan fogging adalah langkah terakhir untuk membunuh nyamuk. "Kalau proses berkembang biaknya sudah dibasmi, maka otomatis nyamuknya juga tidak ada. Sehingga fogging adalah langkah terakhir dalam pemberantasan demam berdarah," jelasnya.(Yd/red)

Aktif Siskamling DBD, Desa Kutorenon Bebas Demam Bedarah

Lumajang(lumajangsatu.com)- Untuk mewujudkan desa anti demam berdarah dengue (DBD), setiap minggu kader posyandu dibantu dari petugas puskesmas melakukan kamling demam berdarah. Kegiatan tersebut berupa pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Setiap tahunnya, Puskesmas SUkodono selalu mengadakan lomba desa bebas demam berdarah. Desa Kutorenon pada tahun 2014 masuk salah satu desa terbaik dalam melaksanakan kamling DB, sehingga hingga tahun 2015 desa Kutorenon dinyatakan negatif DB. "Kegiatan kamling DB untuk melakukan upaya pencegahan agar warga tidak terserang demam berdarah," ujar Dr. Zahrotul Ilmiah kepala puskesmas Sukodono saat mendampingi kegiatan PSN di desun Krajan RT I Desa Kutorenon Kecamatan Kedungjajang, Jum'at (06/02/2015). Kegiatan PSN tetap mengutamakan 3M yakni menguras, menutup dan menimbun tempat-tempat yang biasanya menjadi sarang bagi nyamuk untuk berkembang biak. Namun, jika diperlukan maka juga dilakukan 3 M plus untuk PSN, seperti pemberian ikan ditempat mandi atau penanaman tumbuhan yang mengeluarkan aroma yang tidak disukai nyamuk. "Yang prioritas tetap 3 M, namun jika diperlukan kita lakukan 3 M plus seperti pemberian ikan dan lainnya," jelasnya. Sementara itu, H. Faisal Rizal Kepala Desa Kutorenon menyatakan bahwa partisipasi masyarakat dalam PSN sangat besar. Para kader posyandu yang ada di setip dusun bergerak aktif untuk mengontrol tempat-tenmpat yang diduga menjadi sarang nyamuk berkembang biak. "Saya bangga dengan kader-kades posyandu, sehingga desa Kutoreneon saat ini menjadi desa anti demam berdarah," terang pria murah senyum itu.(Yd/red)