Lumajang (lumajangsatu.com) - Warga Pundungsari Kecamatan Tempursari memiliki rasa solidaritas yang tinggi. Warga tidak mau berdiam diri jika ada tentangganya sedang kesusuhan dan memerlukan bantuan.Puji Utomo (18) dan Septiana Fitriani (10) yang menderita diabetes turunan, warga langsung menggalang bantuan. Melalui kepala Dusun dan RT/RW digalang sumbangan kepada warga, meskipun dana yang terkumpul masih belum cukup untuk membiayai pengobatan Fitriani.
tempursari
Kisah Pilu Yatim Piatu Penderita Diabetes Warga Tempursari Lumajang
Lumajang (lumajangsatu.com) - Derita pilu datang dari kakak beradik penderita diabetes turunan. Puji Utomo (18) dan Septiana Fitriani (10) yatim piatu hidup berdua di Sukosari RT/RW 01/06 Desa Pundungsari Kecamatan Tempursari Kabupaten Lumajang.Kedua orang tua Puji dan Fitriani meninggal sekitar 5 tahun yang lalu juga karena diabetes. Awalnya, ayah Fitriani yang meninggal dan selang 2 tahun ibunya juga ikut meninggal.Fitriani kemudian ikut kakak pertamanya kurang lebih sekitar 3 tahun. Kakak Fitriani juga meningga sekitar umur 25 tahun karena diabetes dan Fitriani kemudian tinggal bersama kakak keduanya yakni Puji Utomo.Puji dan Fitriani juga menderita diabetes dan jika sudah kambuh maka sangat menyiksa keduanya. Sang kakak harus bekerja serabutan untuk bisa memenuhi kebutuhan hidup adik dan dirinya."Keduanya yatim dan piatu setelah kedua orang tuanya meninggal karena penyakit diabetes," ujar Abdul Rohman Sekretaris Desa Pundungsari, Minggu (25/11/2018).Kini, Fitriani sedang menjalani perawatan di rumah sakit karena diabetesnya kambuh. Fitriani memerlukan uluran bantuan semua pihak agar bisa bertahan hidup dan bisa mengobati penyakit diabetes yang dideritanya sejak lahir itu."Kami dari tetangga dan pihak desa sudah mengumpulkan donasi dan kita juga memerlukan uluran tangan dari para dermawan yang lain," imbuhnya.Bagi yang memiliki kemurahan hati bisa menghubungi nomor telefon dan WA an 0852 3652 9079 an Abdul Rohman (Sekdes Pundungsari).(Yd/red)
Rusak Parah Jalan Desa di Tempursari 16 Tahun Tak Pernah Diperbaiki
Lumajang (lumajangsatu.com) - Sudah hampir 16 tahun sejak dibangun tahun 2002 jalan yang menghubungkan Dusun Krajan danĀ Dusun Sukosari Desa Pundugsasri Kecamatan Tempursasri rusak parah. Setiap musim penghujan tiba, warga yang melintas harus berjibaku dengan lumpur dijalan."Kalau orang disini menyebut jalan itu adalah sungai mati mas," ujar Anang, salah seorang warga Sukosari Desa Pundungsari, Jum'at (09/11/2018).Sejak dibangun tahun 2002 hingga kini belum ada perbaikan sama sekali oleh pemerintah. Padahal, akses tersebut adalah jalan satu-satunya bagi warga dan juga menjadi askses ekonomi untuk mengangkut hasil bumi seperti cengkeh, kelapa, durian dan lainnya."Tahun 2002 dibangun, setelah dua tahun mulai mengalami kerusakan dan hingga kini belum pernah diperbaiki," paparnya.Setiap kali masuk musim pemilu, banyak sekali calon-calon anggota DPRD berjanji akan menjadikan perbaikan jalan sebagai prioritas. Namun, hal itu hanya janji belaka, karena hingga saat ini jalannya masih tetap rusak parah."Kalau pihak Desa informasinya sudah mengajukan usulan. Setiap kali musim pemilu pasti janji calon-calon itu adalah memprioritaskan pemangunan jalan ini," pungkasnya.(Yd/red)
Toleransi, Banser Tempursari Jaga HUT GKJW ke-80
Lumajang (lumajangsatu.com) - Sejumlah anggota Banser Tempursari melakukan penjagaan Greja Kristen Jawi Wetan (GKJW). Bertempat di Dusun Krajan Desa Tempursari, para Banser mengamankan kegiatan HUT GKJW yang ke 80 tahun.Abdul Rohman, Sekretaris PAC Ansor Tempursari menyatakan pihak panitia meminta bantuan kepada Banser untuk melakukan pengamanan acara. Hal itu sudah biasa dilakukan, sebagai bentuk toleransi beragama yang terus terjaga di Kecamatan Tempursari.greja kristen jawi wetan "Ini adalah bentuk toleransi antar umat beragama yang dilakukan oleh Banser Tempursari," ujar Rohman, Selasa (18/09/2018).
Dalam Sengketa, Satu Dusun di Tempursari Tak Miliki Sertifikat Tanah
Lumajang (lumajangsatu.com) - Sengketa lahan warga dengan Perhutani di Lumajang nampaknya tak kunjung usai. Di Desa Pundungsari Kecamatan Tempursari ada satu dusun Sukosari dimana seluruh tanahnya tidak satupun memiliki sertifikat.Abdul Rohman, Sekdesa Pundungsari menyatakan ada 360 hektar lahan yang dihuni oleh sekitar 416 kepala keluarga tidak bersetifikat. Dilahan itu, sudah berdiri banyak fasilitas umum, seperti masjid, gereja, sekolah, kantor Dusun dan lainnya."Dusun Sukosari di Desa Pundugsari tanahnya tidak ada yang bersertifikat mas. Dan sudah ditinggali berpuluh-pulih tahun oleh warga," papar Rohman, Senin (10/09/2018)
Cara Unik Warga Pundungsari Peringati HUT RI ke-73 Tahun
Lumajang (lumajangsatu.com) - Warga Desa Pundungsari Kecamatan Tempursari memperingati HUT RI ke-73 tahun. Yang menarik, peringatan itu tidak digelar di pusat keramaian, namun di tengah kebun kopi dan cengkeh sekitar 2 kilo meter dari perkampungan.Abdul Rohman, Sekdes Pundungsari menyatakan peringatan HUT RI ke-73 tahun juga bersamaan peresmian jalan rabat beton. Pembangunan jalan selebar 1 meter dan panjang 2 kilo meter itu dilakukan secara swadaya oleh warga.Desa Pundungsari"Makan bersama dalam rangka peringatan HUT RI ke-73 tahun dan juga peresmian jalan rabat beton yang dibangun secara swadaya oleh warga dari perkampungan hingga tengah kebun," jelas Rohman, Selasa (28/08/2018).Acara peringatan HUT RI ke-73 tahun juga dimeriahkan dengan atraksi jharan kepang. Semua kegiatan dilakukan oleh warga dengan dana swadaya untuk keselamatan bersama dan melimpahnya hasil panen kopi dan cengkeh."Ada atraksi jharan kepang dalam kegiatan peresmian jalan rabat beton dan juga peringatan HUT RI ke-73 tahun," paparnya.Dengan jalan yang sudah dibangun secara swadaya oleh warga, maka untuk mengangkut hasil perkebunan akan lebih mudah. Sebelum dibangun, jalan setapak itu tidak bisa dilalui saat musim hujan karena jalannya sangat licin dengan kondisi jalan yang menanjak dan menurun tajam.(Yd/red)