Klub Tempo Doeloe SMA PGRI 1 dan SCS SMAGA Gelar Napak Tilas ke Kota Pahlawan Surabaya

lumajangsatu.com

Lumajang (lumajangsatu.com) - Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai para pahlawannya. Pernyataan bung Karno tersebut menjadi inspirasi bagi dua klub sejarah di Lumajang untuk menelusuri kembali jejak para tokoh besar yang memberikan perubahan bagi Indonesia. Dua klub itu adalah Klub Tempo Doeloe (KTD)  SMA PGRI 1 dan Studi  Club Sejarah (SCS) SMAN 3 Lumajang.

Pukul 03.00 dini hari (06/10/2016) puluhan siswa dari dua sekolah tersebut berbondong-bondong memasuki bis yang mengantarkan mereka ke kota pahlawan, Surabaya. Perjalanan lancar dan menyenangkan karena disertai dengan derai tawa para anggota klub sehingga tiada terasa sudah menempuh waktu selama 4 jam dan akhirnya tibalah di sebuah monumen kebanggaan arek Surabaya yang dikenal sebagai Tugu Pahlawan.

Baca juga: PT KAI dan Dishub Lumajang Tutup Perlintasan Kereta Api Liar

Di museum 10 November 1945 yang ada di samping tugu tersebut rombongan Klub Lumajang disambut oleh petugas museum dengan ramah. Petugas mengajak keliling para rombongan mulai dari diorama bung tomo ketika menyampaikan pidatonya ke arek-arek Surabaya, kemudian koleksi foto-foto pejuang, koleksi dokumen dan baju Mayjend Sungkono, koleksi senjata,  diorama dapur umum, koleksi sepeda kuno dan menonton film dokumenter 10 November 1945.

Perjalanan selanjutnya mengunjungi rumah kelahiran presiden pertama Indonesia yaitu Ir. Soekarno, rumah sederhana berwarna biru di antara deretan  rumah-rumah lainnya  terletak di sebuah gang yaitu jalan Pandean Gang IV/40. Di rumah inilah Soekarno lahir dan menghabiskan masa kecilnya sebelum pindah ke Blitar. Salah satu anggota KTD Tantra mengaku ini pertama kali saya ke rumah bung Karno, padahal saya sering sekali lewat di depan jalan Pandean ini karena kakak saya kuliah disini,.

Setelah puas menguak tempat masa kecil tokoh RI pertama, perserta lawatan jalan kaki sekitar 100 meter menuju rumah guru besar bangsa yang dimiliki Indonesia yaitu HOS Cokroaminoto yang terletak di jalan Peneleh gang VII/29-31, dari rumah inilah lahir tokoh-tokoh besar dengan beragam ideologinya hasil gemblengan dari Cokroaminoto sendiri antara lain Soekarno, Musso, Semaun, Kartosoewirdjo.

Tokoh yang memiliki semboyan setinggi-tinggi ilmu, semurni-murni tauhid dan sepintar-pintar siasat ini selalu memberikan wejangan kepada murid-muridnya jika ingin menjadi pemimpin besar agar menulis seperti wartawan dan berbicara seperti orator sehingga dapat kita ketahui bahwa para anak didiknya jago menulis dan berbicara dengan sudut pandang yang beraneka ragam.

Baca juga: 26 Ribu Warga Telah Berkunjung dan Manfaatkan Pelayanan di Mal Pelayanan Publik Lumajang

Pembina SCS Drs. Joni, M.Pd menyampaikan disinilah bung Karno di gembleng dengan berbagai ilmu, sehingga beliau menjadi orang berwibawa, mempunyai banyak pengetahuan dan disegani dunia. Kita harus belajar dari bung Karno ini dari kesederhanaan tampil merubah dunia, sehingga dalam kehidupan kita tidak boleh pantang menyerah,.

Hal senada disampaikan oleh pembina KTD Yuyun Choirotul Anis, S.Pd bahwa Cokroaminoto adalah guru bangsa, dia tidak memaksakan murid-muridnya untuk menjadi seperti dirinya sehingga kita mendapatkan tokoh-tokoh yang luar biasa meskipun ideologinya berbeda-beda, salah satu tokoh yang kemudian menjadi pemimpin bangsa ialah Soekarno dengan ideologi nasionalisnya.

Seusai dari rumah bung Karno perjalanan dilanjutkan tabur bunga ke makam Wage Rudolf Supratman, doa bersama dilakukan untuk mengenang jasa WR Supratman karena dengan lagu yang diciptakannya dapat membangkitkan nasionalisme Indonesia. Kemudian dilanjutkan ke rumah WR Supratman yang terletak di jalan Mangga 21.

Baca juga: Diskominfo Ajak Warga Selektif Terima Informasi Jelang Pilkada Lumajang 2024

Akhir napak tilas di Surabaya ini rombongan bertandang ke salah satu monumen kapal selam KRI Pasopati Torpedo 410 yang berlokasi di Embong Kaliasin, Genteng Surabaya. Kapal buatan Rusia pada tahun 1952 yang memiliki panjang 76 m, lebar 6,7 dan berat1,9 ton ini pernah terlibat dalam pertempuran di Laut Aru untuk membebaskan Irian Barat. Bimo anggota SCS menuturkan saya sangat senang bisa mengikuti kegiatan ini meskipun saya anak jurusan MIPA karena dapat mengetahui para pahlawan dan peninggalan sejarah di Indonesia,.(Red)

Jurnalis warga : Yuyun Choirotul Anis

Editor : Redaksi

Politik dan Pemerintahan
Berita Populer
Berita Terbaru