Lumajang (lumajangsatu.com) - Yulia (32) Warga Tempeh, pedagang buah tampak sedang melayani pembeli dilapaknya di tengah Kota Lumajang, Kamis (11/10), . Di lapaknya yang tidak begitu luas, Dia menjual beragam buah. Mulai dari apel, jeruk, duku,anggur hingga lengkeng. Asalnya pun beragam, mulai dari dalam negeri hingga impor.
Buah-buah tersebut disusunnya dengan rapi dari atas hingga ke bawah. Papan-papan kayu jadi alas buah-buah tersebut. Buah-buah ukuran kecil seperti anggur, lengkeng, dibungkus dalam wadah styrofoam dan dibungkus lagi dengan plastik hampa udara.
Baca juga: KPU Mulai Distribusikan Logistik Pilkada Lumajang 2024
BACA JUGA : Wow..!!! Seminggu Tingkat Kehadiran ASN di Pemkab Lumajang 95 Persen
Di atas buah-buah yang dijajakannya, tak lupa dia meletakkan banderol harga. Ada banderol yang menunjukkan harga per kilogram (Kg), dan ada juga banderol yang menunjukkan harga per bungkus. Tidak bisa ditawar. Harga pas.
Siang itu, ada beberapa orang yang mampir ke lapak. Namun, tak semuanya membeli. Ada yang hanya menawar, meski sudah dibanderol, tapi tak jadi membeli. "Tidak jadi beli, mahal," tutur Venty, salah seorang pengunjung warga Wonokerto.
Venty mengaku tak mengetahui mengapa buah yang ingin dibelinya lebih mahal dari biasanya. Dia pun hanya dijelaskan bahwa harga buah memang sedang mahal. "Tadi dibilangnya cuma lagi mahal aja. Nggak kasih tahu kenapa mahal," tutur Venty.
Terkait pengaruh dolar AS terhadap kenaikan harga buah impor, Venty mengaku telah mengetahuinya. Namun, dia tak menyangka kenaikan harga lumayan besar. "Kayak yang biasa Rp 10 ribu jadi Rp 12 ribu. Kan lumayan itu naiknya," ujarnya.
Baca juga: Beredar Foto Mesra Mirip Ketua DPRD Lumajang, Masyarakat Peduli Moral dan Pendekar Lapor ke BK Dewan
BACA JUGA : Kecamatan Lumajang Juara 1 POPKAB Sepak Bola
Khoir (35) Warga Tukum, sang pedagang buah lainnya menjelaskan, pelemahan rupiah terhadap dolar AS sangat berpengaruh terhadap buah impor. Kata dia, harga buah impor mulai naik sejak awal pekan lalu. Untuk buah impor, kenaikannya berkisar Rp 10 ribu sampai Rp 20 ribu.
Khoir menuturkan, terpaksa menaikkan harga buah ke pembeli agar tidak mengalami kerugian setelah mengeluarkan modal yang lebih besar dari biasanya. "Kalau buah naik, ya kita naikin harganya ke pembeli. Misalnya dari Rp 10 ribu menjadi Rp 13 ribu," jelas dia.
Kenaikan harga buah, sambung dia , justru tak membuat pendapatannya bertambah. Sebelumnya, sehari-hari, yulia bilang bisa meraup pendapatan hingga Rp 1,5 juta. Namun, beberapa hari terakhir, pendapatannya berkurang.
Baca juga: Euthanasia dan Perawatan Paliatif, Dilema Etik Antara Hak Hidup dan Hak Untuk Mengakhiri Penderitaan
Lebih lanjut, dia juga tidak bisa memperkirakan hingga kapan harga buah impor kembali normal. Pasalnya, sambung dia, hingga saat ini nilai rupiah masih belum stabil, sehingga mempengaruhi harga jual buah impor. "Kami tak bisa memprediksi kapan bakal kembali normal. Kalau dari pasar induk harganya naik, ya kami juga akan menaikkan harga. Sulit, karena nilai rupiah terkadang turun dan naik," jelasnya.
Namun, tetap berharap kondisi seperti ini tidak berlangsung lama agar pihaknya tak mengalami banyak kerugian. (ind/red)
"Ya mudah-mudahan ada tindakan dari pemerintah biar stabil. Kalau tidak, repot juga kita pedagang kecil," ucapnya
Editor : Redaksi