Mati Suri 37 Tahun
Musik Serbung Asli Lumajang Berhasil Dihidupkan Kembali
Lumajang - Kabupaten Lumajang memiliki banyak kesenian khas yang lambat laun hilang ditelan zaman. Salah satunya kesenian Serbung yang terbuat dari bambu dan yang digunkan untuk beberapa kegiatan pada tahun 1920-an.
Setelah tenggelam hampir 37 tahun, Alfian, seorang seniman Lumajang bersama Heppiii Community di Lumajang berhasil kembali menghidupkan musik serbung tersebut. Karena sudah lama punah, jangankan pemainnya, alatny pun juga sulit ditemukan. Setelah ditelusuri selama setahun terakhir, akhirnya musik tradisional ini dapat kembali dinikmati masyarakat Lumajang dan sekitarnya.
Lalu apa serbung itu? Serbung adalah alat musik tiup yang terbuat dari bambu yang pernah popular di era tahun 1920-an. Serbung dari kata serepoh dan bumbung, jadilah istilah serbung. Serepoh artinya tiup, bumbung artinya bambu.
"Bentuk fisik serbung seperti bambu tempat air, dan ujungnya lancip seperti bambu runcing yang ditiup, akhirnya jadilah serbung," ujar Alfian, Jum'at (20/03/2020)
Musik Serbung juga memiliki filosofi yakni perjuangan hidup, air sebagai sumber hidup, dan bambu runcing saat itu sebagai alat perjuangan. Serbung pada zaman dulu dimainkan oleh sembilan orang pemain. Semua alat musiknya dari bambu. Musik ini menjadi sarana kearifan lokal warga desa di Lumajang. Di era 1920-an serbung dimainkan oleh warga desa saat merayakan panen, acara sunatan atau pernikahan dan untuk media hiburan warga desa.
Namun musik ini lambat laun mulai menghilang memasuki era 1945 dan kemudian benar-benar lenyap memasuki tahun 1960-an. Upaya untuk menghidupkan kembali dicoba memasuki tahun 1980-an.
"Terakhir musik khas Lumajang ini pernah tampil di TVRI tahun 1982. Setelah itu benar-benar hilang sampai 2019 kemarin berhasil dihidupkan lagi. Lebih dari 37 tahun mati suri,” terangnya.
Mengingat nilai budayanya yang tinggi, Alfian dan tim Heppiii Community tergerak untuk menghidupkan kembali musik Serbung ini. Ia berusaha menggali informasi dan menelusuri sumber-sumber yang relevan terkait alat musik ini. Pencarian bahkan sampai ke pelosok-pelosok Lumajang hingga Probolinggo.
Dalam penelusurannya Alfian mendapat informasi bahwa serbung pertama kali diciptakan oleh seorang tokoh yang merupakan leluhur dari kampung Jatimulyo Lumajang bernama Mbah Eroh, seorang warga yang lahir di kampung Polotan, Probolinggo.
Setelahnya Alfian mencari para cucu mbah Eroh yang saat ini usianya 70-an tahun. Dari sana dia mencari pemain serbung yang saat itu satu panjak atau satu grup terdiri dari sembilan orang. "Kebetulan saat itu pemainnya adalah satu keluarga,” katanya.
Setelah melalui proses yang tidak mudah, akhirnya serbung bisa direkonstruksi menjadi alat musik yang benar-benar bisa dimainkan. Pelan tapi pasti musik Serbung mulai mendapat tempat di masyarakat. Berbagai hajatan kini kembali banyak mengundang tim Serbung Alfian mulai dari Lumajang hingga Probolinggo.
Kini serbung bahkan resmi terdaftar di Dinas Pariwisata Lumajang dan sudah memiliki Nomor Induk Organisasi Kesenian (NIOK) pada tahun 2019.
Koordinator Desa Heppiii Community Lumajang Miftachul Arif mengatakan pihaknya mengapresiasi penuh saat Alfian menelusuri musik tradisional yang merupakan bagian dari kearifan lokal di Lumajang ini.
"Kami bantu pengadaan alat termasuk mengembangkan sanggar musik dari bambu ini. Bahkan sudah ada mahasiswa KKN yang ingin tahu soal Serbung,” pungkasnya.(Yd/red)
Editor : Redaksi