Pernah Cari Teman 7 Hari

Cerita Risma Saat Mendaki Semeru Tak Boleh Sombong

Penulis : lumajangsatu.com -
Cerita Risma Saat Mendaki Semeru Tak Boleh Sombong
Cak Thoriq saat memaparkan kondisi terkini erupsi Semeru kepada Mensos Tri Rismaharini

Lumajang - Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini ternyata pernah mendaki ke Semeru sebanyak 4 kali saat menjadi Mahasiswa. Hal itu diceritakan Risma saat melakukan kunjungan ke Lumajang untuk menyalurkan bantuan bagi korban erupsi Semeru.

"Saya sudah 4 kali ke Semeru, pak Bupati sudah ke Semeru," tanya Risma kepada cak Thoriq yang dijawab tawa orang di ruangan Pringgitan Pendopo Lumajang, Senin (18/01/2021).

Puncak tertinggi Jawa Mahameru akan sangat cantik saat pagi hari. Awan akan berada dibawah puncak dan semakin cantik saat ditembus cahaya matahari pagi. "Makanya saat ke puncak Semeru diusahakan pagi hari. Foto-foto saya juga banyak," terang Risma.

Risma juga bercerita jika akan mendaki ke Semeru tidak boleh sombong. Jika sombong dan mengentengkan, kebanyakan akan kesasar di hutan Semeru. "Saya 7 hri mencari teman yang kesasar, kalau sekarang sudah enak banyak yang bantu mencari, dulu ya cari sendiri," tuturnya.

Saat mencari teman yang kesasar, Risma dan teman-temannya sesia coklat dan gula merah (gula kelapa). "Saya bawa coklat dan gula merah agar bisa kuat dan bertahan," pungkasnya.

Saat ini, pendakian ke Semeru kembali dititup total pasca erupsi 1 Desember 2020 lalu. Hingga kini, kondisi Semeru masih sering mengeluarkan abu vulkanik, sehigga pendakin masih belum ditentukan akan kembali di buka.(Yd/red)

Editor : Redaksi

Lumajang Maju dan Makmur

Bak Lautan Manusia di Lapangan Jokarto Lumajang Sholawat Doa Bersama Cak dan Ning

Lumajang - Dalam rangka membangun kedamaian dan persatuan di wilayah Lumajang, relawan paslon 01 (Cak Thoriq – Ning Fika) bersama Gus Hafidzul Ahkam dari Probolinggo dan jamaah Riyadhul Jannah Lumajang mengadakan acara Sholawat & Do’a Bersama. Acara ini berlangsung di Lapangan Desa Jokarto Kecamatan Tempeh Kabupaten Lumajang Kamis, (21/11/2024) malam.

Opini

Euthanasia dan Perawatan Paliatif, Dilema Etik Antara Hak Hidup dan Hak Untuk Mengakhiri Penderitaan

Lumajang - Saat ini dunia ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang pesat dan sudah sangat maju khusus pada bidang kesehatan. Dengan adanya kemajuan tersebut segala hal akan menjadi lebih mudah untuk dilakukan, seperti dalam hal mendiagnosis penyakit dan menentukan kemungkinan waktu kematian seseorang dengan tingkat akurasi tinggi dan hal tersebut dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan logis. Bahkan para dokter kini pun juga dapat memberikan bantuan dalam mengakhiri kehidupan pasien  dengan kondisi medis yang memiliki tingkat kesembuhan relatif rendah atau dalam kondisi penyakit terminal. Proses ini dikenal dengan istilah Euthanasia (Fahrezi & Michael, 2024).