Kesehatan
Lumajang Serius Perangi Stunting: Angka Turun Drastis, Targetkan 18 Persen di Akhir 2025

LUMAJANG – Pemerintah Kabupaten Lumajang kembali menegaskan keseriusannya dalam menuntaskan persoalan stunting yang selama ini menjadi ancaman laten bagi kualitas generasi masa depan. Melalui kerja keras lintas sektor dan keterlibatan masyarakat di akar rumput, angka stunting di Lumajang berhasil ditekan secara signifikan. Berdasarkan data terbaru, prevalensi stunting turun dari 29,9 persen pada tahun 2024 menjadi 23,4 persen pada 2025.
Penurunan ini bukan sekadar statistik biasa, melainkan bukti nyata bahwa komitmen dan intervensi yang terencana mampu mengubah wajah kesehatan masyarakat. Pemerintah daerah bahkan memasang target ambisius: angka stunting di Lumajang harus bisa ditekan hingga 18 persen di akhir tahun 2025.
“Target kami jelas, angka stunting harus terus turun hingga menyentuh angka 18 persen. Ini bukan sekadar program, tapi perang melawan ketimpangan gizi dan masa depan generasi kita,” tegas Bupati Lumajang, Indah Amperawati, saat ditemui di Kantor Bupati, Kamis (12/6/2025).
Menurut Bupati Indah, stunting bukan hanya persoalan kesehatan, tetapi juga cerminan ketimpangan sosial dan lemahnya sistem intervensi di masa lalu. Oleh karena itu, ia mendorong seluruh elemen pemerintahan, dari tingkat kabupaten hingga RT/RW, untuk mengambil bagian secara aktif dalam memerangi stunting.
“Saya tidak ingin melihat satu pun anak Lumajang yang tumbuh tanpa potensi maksimal hanya karena lalai menjaga gizi sejak dini. Ini tanggung jawab kita semua,” ujar Bupati perempuan pertama di Lumajang itu dengan nada tegas.
Ia menekankan pentingnya peran posyandu sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan di tingkat komunitas. Posyandu bukan sekadar tempat timbang badan dan pemberian vitamin, tetapi benteng pertama dalam mencegah stunting secara dini dan menyeluruh.
“Posyandu sangat penting. Di sana bukan cuma bayi yang diperiksa, tapi juga kondisi ibu, asupan gizi, dan lingkungan keluarganya. Dan yang terpenting, setiap kasus harus dicatat dan dilaporkan. Tidak boleh ada yang luput dari pengawasan,” tegasnya.
Saat ini, Pemkab Lumajang telah memastikan bahwa layanan pengobatan di puskesmas diberikan secara gratis. Langkah ini diambil untuk memastikan tidak ada alasan ekonomi yang menjadi penghalang masyarakat mendapatkan layanan kesehatan dasar.
Namun perjuangan belum selesai. Stunting tidak bisa diselesaikan hanya dengan pengobatan. Diperlukan pendekatan multidimensi: edukasi gizi di sekolah, penyediaan air bersih, perbaikan sanitasi, serta penguatan ekonomi keluarga. Dan semua itu, menurut Bupati Indah, harus dilakukan secara terintegrasi dan konsisten.
“Kalau kita hanya bergerak di satu sisi, hasilnya akan lambat. Kita perlu gebrakan. Dan saya pastikan, di Lumajang, tidak akan ada kompromi dalam urusan masa depan anak-anak,” ujarnya.
Pemkab Lumajang juga menggandeng tokoh agama, pemuda, kader PKK, hingga relawan lokal dalam gerakan bersama melawan stunting. Bupati menilai, keberhasilan tidak bisa hanya bertumpu pada pemerintah, melainkan harus menjadi gerakan moral seluruh lapisan masyarakat.
“Stunting itu tidak kelihatan hari ini. Tapi bahayanya jangka panjang. Kita sedang mempertaruhkan kualitas sumber daya manusia 10, 20 tahun ke depan. Jika kita gagal sekarang, kita kehilangan satu generasi,” ungkapnya dengan nada prihatin.
Dengan langkah-langkah agresif ini, Pemkab Lumajang optimistis prevalensi stunting bisa ditekan secara signifikan dalam waktu dekat. Pemerintah daerah menargetkan bukan hanya penurunan angka, tapi perubahan perilaku dan kesadaran kolektif dalam menjaga kesehatan ibu dan anak.
“Ini bukan hanya soal statistik. Ini soal masa depan anak-anak kita. Dan saya tidak akan berhenti sampai setiap anak Lumajang bisa tumbuh sehat, cerdas, dan layak bersaing di dunia,” pungkas Bupati Indah (Ind/red).
Editor : Redaksi