Tradisi Grebeg Gunungan Warnai Puncak Hari Jadi Lumajang ke-770
Lumajang – Riuh sorak dan langkah berlari memecah suasana Alun-alun Lumajang saat ratusan warga tumpah ruah memperebutkan sembilan gunungan hasil bumi dalam tradisi grebeg Harjalu 770, peringatan Hari Jadi Kabupaten Lumajang ke-770.
Begitu gunungan dilepas, warga dari berbagai penjuru langsung berlarian ke badan jalan, saling berdesakan demi meraih sayuran dan buah-buahan yang tersusun menjulang. Suasana seketika berubah menjadi lautan manusia. Teriakan, tawa, dan dorong-mendorong tak terhindarkan, menggambarkan antusiasme yang meluap.
Meski sempat terjepit di tengah kerumunan padat, warga tetap bertahan. Bagi mereka, hasil bumi dari gunungan bukan sekadar sayur dan buah, melainkan simbol berkah dan harapan untuk kehidupan yang lebih baik.
“Dari tadi pagi nungguin, tapi senang meakipun berdesakan karena dapat sayur mayur serta buah banyak” ujar salah satu warga dengan wajah sumringah.
Tradisi grebeg gunungan hasil bumi ini menjadi bagian sakral dalam rangkaian peringatan Harjalu 770. Pemerintah Kabupaten Lumajang bersama masyarakat menjadikannya sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rezeki dan hasil panen yang diperoleh selama ini.
Bupati Lumajang Indah Amperawati menegaskan bahwa grebeg gunungan bukan sekadar seremoni, melainkan refleksi hubungan erat antara manusia, alam, dan Sang Pencipta.
“Grebeg gunungan hasil bumi ini dilaksanakan dalam rangka memperingati Hari Jadi Kabupaten Lumajang ke-770, sebagai wujud rasa syukur atas karunia yang kita terima,” ujar Bupati Indah.
Tak hanya grebeg gunungan, peringatan Harjalu 770 juga dimeriahkan dengan pertunjukan seni dan budaya yang sarat nilai sejarah. Drama kolosal Kerajaan Lamajang menghidupkan kembali jejak masa lalu Lumajang, sementara tari Bedhaya memukau penonton dengan gerak lembut penuh makna.
Rangkaian kegiatan tersebut menjadi penanda bahwa peringatan Hari Jadi Lumajang bukan hanya perayaan usia, tetapi juga perayaan identitas, kebersamaan, dan rasa syukur kolektif masyarakat Lumajang yang telah tumbuh dan bertahan selama 770 tahun (Red).
Editor : Redaksi