Pilwabup Lumajang, Daya Tahan Dokter Dibawah Terik Matahari
Pemilihan Wakil Bupati Lumajang usai ditinggalkan, As'at Malik duduk di kursi empuk orang nomor satu di Kabupaten yang memiliki sejarah para ksatria arsitek Nusantara seperti Arya Wiraraja. Iklim Demokrasi yang diatur oleh PP No. 49 tahun 2008, adala iklim pemilihan keterwakilan. Jadi memilih pendamping As'at Malik melanyani masyarakat, dilakukan oleh wakil rakyat yang duduk di Kursi DPRD.
Ini sungguh amanat terberat dari anggota DPRD periode 2014-2019, karena dalam sejarahnya memilih pejabat birokrat sekaligus politis. Kemampuan pendidikan dan pengalaman wakil rakyat dipertaruhkan untuk bisa memilih wakil bupati yang juga bisa mengayomi semua lapisan masyarakat.
Nama Buntaran Supriyanto bagi kalangan politisi dan masyarakat yang memiliki aktivitas didunia kesehatan tidak asing. Buntaran sudah lama disebut-sebut sebagai wakil bupati mengantikan As'at Malik ketika menjabat orang nomor satu menggantikan Almarhum Sjharazad Masdar.
Buntaran Supriyanto memang sosok birokrasi yang memiliki kemampuan komplit dibidang kesehatan, bahkan juga pernah menjabat sebagai Sekda dalam melayani As'at Malik. Profesionalisme sebagai birokrat sudah tidak bisa diragukan lagi.
Buntaran sudah mengegerkan dunia perpolitikan di Lumajang saat aturan wakil bupati diajukan Bupati. Kini saat dipilih oleh DPRD, Buntaran kembali menjadi Primadona, karena kinerjanya dalam kemitraan saat menjabat Sekda mampu menjalin komunikasi politik yang baik. Melihat profil singkat itu, Buntaran sangat mudah melenggang menjadi orang nomor dua di kota penuh Sejarah kebesaran ini.
Melihat sederet prestasi, Buntaran memang layak dalam menjalankan birokasi mendamping As'at Malik. Namun, buntaran untuk kesana tidak mudah, karena harus melewati pemilihan. Ini disebabkan, Golkar dan Demokrat hanya mengusulkan dirinya dan PAN masih belum.
Pemilihan Wakil bupati di DPRD Lumajang memang bisa mudah, tapi tak semudah membalikan tangan. Bisa-bisa Buntaran terjungkal bila ada perlawanan dari parpol yang memiliki kursi di DPRD. Kalkulasi dan konstelasi politik di DPRD bisa berubah dengan cepat, karena parpol memiliki persaingan sendiri dalam sebuah kekuasaan sisa jabatan As'at Malik.
Dalam pertarungan Tinju Dunia, kita bisa kembali dalam sejarah Mike Tyson melawan Hollyfield, saat itu Mike Tyson digadang-gadang akan menjugkalkan Hollyfield. Namun, ronde yang diharapkan Tyson mengkanvaskan Hollyfield tidak ditemukan, karena gaya main lawanya sangat defense. Akibatnya, Mike Tyson mengigit telinga Hollyfield, akibat perbuatan Mike Tyson menjadi pecundang.
Selain itu, dalam pilpres 2014, Jokowi dengan Prabowo bertarung, banyak kalangan akademisi, pengamat, politisi dan lembaga survey mengunggulkan Prabowo yang juga mantan anggota TNI. Dalam sejarahnya, siapapun dalam pemilihan presiden yang lahir dari TNI, akan mudah menjadi orang nomor satu di Indonesia. Namun, kenyataan berbalik, rakyat memilih Jokowi dan kini menjad presiden kita.
Kekuatan Buntaran luas biasa melawan kekuatan PAN apa adanya, kalkulasi paling mudah PAN hanya memiliki 3 anggota legislatif. Sedangkan Golkar ada 5 Legislator dan Demokrat 6 legislator digabungkan menjadi 11 legislator. Untuk bisa menang hanya butuh 15 legislator tambahan. Bagi Buntaran sangat mudah sekali, apalagi Poros tengah yang digadang-gadang Nasdem dan PKB belum memperlihatkan taring politiknya.
Bila memilah dan mengkalkulasi, Buntaran sangat mudah melenggang di kursi orang Lumajang nomor Dua. Apakah Dewa Matahari bisa menghentikan dominasi kekuatan Dokter, hanya politik harapan saja. Namun, PAN mengajarkan bagaimana iklim demokrasi yang sehat dan masyarakat melalui wakilnya punya pilihan. Karena Iklim politik Aklamasi masih belum diterima di negeri Indonesia, meski sudah disampaikan oleh Gubernur Soekarwo beberapa waktu lalu.(ls/red)
Editor : Redaksi