Sekda Masudi Sang Birokrat Kalem Penuh Visi

Penulis : lumajangsatu.com -
Sekda Masudi Sang Birokrat Kalem Penuh Visi

Pelantikan Sekretaris Daerah, Masudi, bukan suatu hal yang mengagetkan dan perlu di tafsir tidak-tidak. Masudi adalah sosok birokrat yang sangat kenyang dengan pengalaman birokrasi mulai jaman Orde Baru, Reformasi dan Kekinian.

Masudi dikenal sosok yang tidak banyak bicara, bahkan saat berbicara pun tidak pernah meledak ledak. Sosok birokrat yang kalem, tenang dan penuh visi misi. 

Masudi sosok birokrat yang komplet, Dia pernah menjadi Akademisi, Wirausaha, Petani dan Peternak. Yang paling banyak dikenal dari Masudi adalah birokrat yang memiliki banyak sapi yang diternakan pada petani, khususnya buru tani.

Sehingga, sapi yang dipelihara oleh buruh tani bisa meningkatan perekonomian, karena sapi dalam kultur masyarakat jawa disebut di Rojokoyo. Saking banyaknya sapi yang dipeliharakan pada buruh tani, Masudi sampai lupa berapa jumlahnya.

"Saya dulu itu, sapi dipeliharakan pada petani, untuk kegiatan bisnis jualan daging yang digeluti keluarga turun termurun,' ungkapnya.

Masudi juga pernah menjadi staf pengajar di Sekolah Tinggi Ilmu Hukum (STIH) Jenderal Sudirman. Bahkan, dia pernah merumuskan hari jadi kota Lumajang sesuai dengan Prasasti Mulan Malurung. Naskah, bagaimana pembahasan penentuan hari jadi ada di Kantor Perpusatakaan dan Arsip.

"Itu dulu, saat saya masih aktif dikampus dan sebagai birokraat untuk mencari dasar penentuan Hari Jadi Lumajang (Harjalu)," ungkap bapak 3 anak itu.

Masudi juga dikenal sebagai sosok petani tebu, dia mengaku bertani dilakukan lantaran ada orang menawarkan sewa sawah. Sehingga, dia memilih menamam tebu dan padi, hal ini untuk pemenuhan pendidikan anak-anaknya. "Ya sewa, tapi urusan petani dan beternak itu dikelola istri," terangnya.

Sepak terjang Masudi di birokasi juga tidak menjulang saat ini, dia pernah menjabat Camat dan yang paling sering dilakukan adalah narik pajak. Karena pajak adalah bagian dari suksesnya pembangunan. Masudi juga ahli dibidang Perencanaan Pembangunan Daerah, sebagai Kepala dia merumuskan bagaimana menyukseskan pembangunan di masa Bupati Achmad Fauzi.

Ketika Lumajang dipimpin Almarhum Sjharazad Masdar, Masudi menduduki sebagai Kepala Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah. Bahkan, saat itu, pendapatan pasir mampu menembus milyaran rupiah. Sektor penarikan pajak bumi dan bangunan mampu mencapai nyaris 100 persen.

Kemudian, Masudi dimutasi dijabatan sebagai Assisten Tata Praja untuk membidani soal pemerintahan. Saat Sekda Abdul Fatah Ismail Pensiun, Masudi menjadi Plt Sekda dan kemudian Sekda Definitif diJabat oleh Buntaran Supriyanto.

Sosok Masudi yang dipilih oleh Bupati Lumajang, As'at Malik adalah bagian dari sistem pemerintah yang menganut pada pengalaman dan senioritas. Sehingga, rotasi jabatan di Pemkab Lumajang tetap berjalan sesuai aturan, meski saat pemilihan harus melalui mekanisme seleksi sesuai UU No. 5 Tahun 2015 tentang Aparatur Sipil Negara. Jadi jabatan dilelang untuk mengetahui kemampuan birokrat menjadi kepala koki.

Ibarat Pemkab Lumajang sebagai rumah makan, Sekda adalah Koki yang meracik semua makanan. Koki adalah jabatan paling profesional dalam hal menyajikan makanan. Langkah Bupati As'at Malik memilih Masudi sudah melalui pertimbangan yang matang dan sudah kehendak yang kuasa melalui perjalanan Spiritualnya yakni Istikharah.

Jika melihat kebelakang, Buntaran yang sosok Dokter sudah melakukan penanganan dengan merawat dan mengobati penyakit di Birokasi Lumajang. Kini, Masudi harus menyembuhkan dan menjadi birokrasi jalan sesuai rel mendukung program dari Bupati Lumajang. Ingat ada 9 Program dan janji-janji politik Bupati, As'at sudah tertulis dalam RPJMD 2015-2019.

Mari kita tunggu kinerja sang KOKI yang tenang dan banyak pengalaman. Sudah waktunya Birokrasi Pemkab bersatu jadi yang terbaik.(ls/red)

Editor : Redaksi