Melacak Teori Konspirasi Dibalik Kasus Salim Kancil dan Tambang Pasir

Penulis : lumajangsatu.com -
Melacak Teori Konspirasi Dibalik Kasus Salim Kancil dan Tambang Pasir

Kasus Pembunuhan Salim Kancil telah menjadi perhatian publik baik lokal, regional Jawa Timur, Nasional dan Dunia Internasional. Kenapa, ada apa dan bagaimana, kasus ini bisa cepat sekali mencuat dan menjadi perhatian publik.

Masyarakat Lumajang diajari sebuah teori konspirasi, kenapa kasus pembunuhan petani yang menjadi aktivis lingkungan menolak tambang asal Desa Selok Awar-awar Kecamatan Pasirian sangat cepat membesar dan menjadi tanya tanya. Kenapa Salim Kancil dibunuh, apakah dia berbahaya bagi tambang illegal di pesisir pantai selatan atau ini sebuah kecelakaan dalam sebuah pertarungan kelompok Proletar dengan borjuis kapitalis.

Hingga kini, masyarakat Lumajang khususnya dan diluar sana masih menunggu dan menyaksikan akhir dari sebuah drama sosial. Bahkan, masyarakat bertanya-tanya seperti apa akhir dari sebuah kasus Salim Kancil dengan tambangnya. Apakah peristiwa ini ada keganjilan atau persekongkolan kuat dibelakang. Tapi, semua orang sangat berhati-hati dalam melihat, mencermati dan memahami kasus ini dipikirannya.

Kita bisa belajar dari kasus terbunuhnya, Presiden Amerika Serikat, Jhon F. Kenedy, dalam dua hari pelakunya, bernama Oswald ditangkap dan saat diperiksa selama dua hari dibunuh oleh Jack Ruby yang kesal dengan ulah Oswald.Namun, ada saksi yang melihat saat Kennedy dibunuh ada sosok perempuan yang mengenakan kerudung coklat khas Rusia dikenal dengan "Babushka Lady". Bahkna, masyarakat Amerika yang percaya takhayul percaya jika Kenndy meninggal dikarenakan dibawa mahluk luar angkasa.

Ya peristiwa Kenndy, banyak masyarakat yang menduga-duga yang tidak menemukan sebuah kebenaran siapa si pembunuh dan aktor dibelakangnya. Hingga kini masih buram, padahal Negara Amerika Serikat yang dikenal digdaya dalam mengungkap kasus kriminalitas, juga penuh dengan kontroversi dan konspirasi.

Orang Jawa mengenal sebuah istilah "Uthak, Athik, Ghatuk", jadi sering mengutak-atik dan mencocok, ternyata pas. Ya itulah, sebuah teori konspirasi yang sulit diterjemahkan oleh Akademisi. Karena teori Konspirasi tidak mudah untuk menebak, karena tidak sembarang orang, kelompok dan organisasi yang bisa menjalankan ini. Karena sesuatu yang rumit bisa jadi sederhana dan sebaliknya yang sederhana bisa jadi rumit.

Kasus seperti Salim Kancil di negeri Indonesia sudah biasa terjadi, Kita bisa mempelajari sejarah G30S, Malari (1975), Tanjung Periok (1984), Kasus Ninja (jelang Reformasi) dan Kerusuhan Mei 1998 dan serta diikuti lengsernya Soeharto. Masih banyak lagi seperti Kasus Munir, Kasus Pembunuhan Nazarudin dan konflik KPK dengan Kepolisian.

Mengutip pemikiran dari Intelektual asal Inggris, Francis Bacon (1564-1626), "Bahwa masyarakat bisa saja menghadapi suatu rintangan dalam berpikir sehingga sasaran yang dituju akan tersendat. Malah, bisa-bisa mereka makin tersesat, salah satu penyebabnya adalah adanya idola dalam pemikiran berupa idola teater (Idols Of Theatre). Apa Idola Teater yakni, sebuah pengaruh dan faktor keterikatan manusia pada partai, dogma, filsafat, agama, ideologi dan sekarang isme-isme yang membuah kita menciptakan dunia sendiri.

Sehingga dalam sebuah ilmu Psikologi, dikenal dengan Deprivasi relatif yang lebih dasyat dari sekedar Frustasi. Karena situasi tertentu sudah terjadi, ditengah harapan masyarakat yang tinggi dan ikut dalam kerja aparatur pemerintah dan Hukum. Jadi masyarakat sudah bisa menyimpulkan sesuatu masalah, kasus dan kejadian yang kini jadi perhatian publik dalam sesat pikir.  ya itu Deprivasi.

Kasus Salim Kancil ini sangat dekat dengan adanya peristiwa yang disaat Orde Baru diperingati sebagai Gerankan 30 S dan sejak Reformasi Film yang berkaitan Partai Terlarang sudah tidak boleh diputar kembali, karena ada adegan kekerasan dan tidak layak ditonton oleh kalangan pelajar. Selain itu, carut marutnya urusan tambang di Indonesia dan Lumajang, sehingga menjadi perhatian TNI. Karena perang saat ini, perang tambang, karena negara Barat sangat membutuhkan energi tak terbarukan untuk kemajuan Negaranya dibidang Industri.

Teori Konspirasi muncul begitu ada sedikit indikasi. Ketika muncul kecurigaan atau ada sedikit saja suatu petunjuk, maka mulailah orang berteori, " Jang-jangan karena ini, jangan-jangan karena itu, kok bisa ya, kenapa tidak dari dulu, kok baru sekarang ramai dan lain-lainya,". Sifat teori ini tidak abdi, karena jika ditemukan sebuah bukti yang definitif, maka sebuah konspirasia kan berakhir, tapi hal itu bukan yang gampang. Teori Konspirasi bisa terang benderang setelah dilakukan penelusuran jangka panjang, seperti halnya Hollocus atau kasus pembunuhan oleh Polpot di Vietnam yang terus menjadi kontroversi, apakah Kasu Salim Kancil itu juga sama, entahlah.

Kasus Salim Kancil dan Tambang illegal harus menjadi perhatian semua pihak, jangan sampai kasus ini menjadi alat politik pihak-pihak tidak bertanggung jawab. Seharusnya, stake holder duduk bareng dalam penyelesaian ini, bukan malah menghindar dari tanggung jawabnya. Masyarakat Lumajang butuh sebuah langkah konkrit, bukan kembali terjadi aksi ancam mengancam, hingga nantinya muncul konflik Horizontal. Ini tidak diinginkan oleh semua pihak. Semua harus berpikir dingin, jangan saling mengedepankan ego yang paling benar dan tidak mau disalahkan. 

Dalam penyelesaikan kasus Salim Kancil semua pihak harus duduk bareng, baik Pemerintah, Aparat penegak hukum, Tokoh Masyarakat, Agama, Tokoh Pemuda, Mahasiswa dan kalangan perempuan. Lumajang milik semuanya, jangan sampai Lumajang hancur karena tambang. Kita sepakat, Nyawa lebih berharga dibanding tambang. Kini semua pihak harus cari solusi, bukan memperkeruh suasana, karena perut terganggu. Nabi Muhammad SAW mengajar kita berpuasa, setelah itu naik Haji Mabrur. Rukun Islam memang mengajar sebuah arti kehidupan, bukan nafsu untuk harta dan tahta. Sudahlah, masyarakat Lumajang sudah bosan, mari kita selesaikan masalah ini. Dulu Kita dikenal sebagai Manusia Musyawarah dan Gotong Royong, bukan pembeci dan pencaci. Lumajang milik kita semua, mari bersatu jadi terbaik.(ls/red/dari berbagai sumber)

Editor : Redaksi