Ngaji Gus Dur, Gus Asat dan Sir Alex Ferguson

Penulis : lumajangsatu.com -
Ngaji Gus Dur, Gus Asat dan Sir Alex Ferguson

Masalah yang melanda Kabupaten Lumajang serta pemerintahannya seakan-akan tidak pernah berhenti dalam melayani masyarakatnya. Rasa-rasan soal ketidakmampuan sosok Bupati As'at Malik dalam melanjutkan pendahulunya, Almarhum Sjahrazad Masdar terus terdengar santer diberbagi kesempatan dikalangan politisi, birokrat dan masyarakat (kritis) baik di warung kopi atau resmi. Apakah ini mulai adanya krisis kepercayaan kepada pemimpinnya atau sebaliknya, ada sesuatu dibalik itu.

Lumajang butuh leadership yang memang mengerti masyarakat Lumajang, bukan karena bisikan seseorang ataupun transaksi politik. Apapun badai yang merintang, sebuah Sampan Lumajang tidak akan terpecah, terbalik, tenggelam dan hancur bila ada sosok Leadership dipercaya masyarakat. Malam ini, adalah Malam Jum'at, mengaji adalah sesuatu yang biasa dilakukan oleh Kultul Masyarakat Nahdliyin.

Ngaji Ke Gus Dur

Penulis kembali mengingat sejarah Indonesia ditahun 1999, ketika Indonesia dipimpin oleh Presiden ke 4 yakni KH. Abdurachman Wahid yang dikenal dengan nama besarnya "Gus Dur". Saat itu, Gus Dur memimpin sebuah bangsa yang terancam dis intergrasi, karena Propinsi Timor-Timor lepas dari Kedaulatan RI, selain itu konflik Horizontal terus muncul anatara Kalangan Mayoritas dan Minoritas.

Gus Dur yang saat memimpin Indonesia ada dibayang-bayang Tokoh Nasional sekelas, Megawati Soekarno Putri, Amien Rais, Akbar Tanjung, Hamzah Haz, BJ Habibie, Jenderal TNI yang memiliki pengaruh serta tokoh ormas-ormas. Namun, wakil rakyat saat itu tidak salah memilih Gus Dur sebagai presiden, karena dia bisa diterima diberbagi kalangan, baik Pro dan Kontra Reformasi serta elemen bangsa ini.

Gus Dur saat melihat bangsa ini dalam kehancuran, dia melakukan komunikasi politik baik dalam negeri dan luar negeri. Bahkan, langkah Gus Dur banyak dinilai tidak berpendirian, karena sering ke kanan-ke kiri  dan maju-mundur. Namun, Gus Dur selalu menjawab dengan langkah yang tepat untuk meredam perpecahan itu dan terbukti. Untuk mengembalikan kepercayaan dunia Internasional di sering plesir untuk meminta warga negara Indonesia kembali ke negaranya dengan jaminan keamanan. Meski di sejumlah media, Gus Dur dinilai lebih banyak menghamburkan APBN dibanding untuk membangun bangsa, tetapi langkah ini akhirnya bisa dirasakan hari ini, meski banyak plus minusnya.

Gus Dur juga dalam memilih pembantunya, Menteri-menteri dibawahanya, terbilang sangat baik. Apalagi dalam menentukan kebijakannya, para Menterinya langsung bergerak cepat dalam koordinasi dan aplikasi. Karena Gus Dur sudah memperhitungkan kemampuan dan track recor pembantunya. Padalah waktu itu, Menterinya kurang dikenal oleh publik, tapi dalam bekerja luar biasa.

Ternyata Gus Dur dalam memilih pembantunya, tidak jauh beda dengan Manajer Sepak Bola di Eropa dan Dunia. Dia dalam mencari pembantunya sudah diperhitungan dalam bekerja baik menyerang, bertahan atau pemain super subnya. Tak jarang, banyak lawan politiknya, terkecoh dengan cara Gus Dur melakukan kebijakanya.

Gus Dur menjadi Presiden bukan diragukan, karena para politisi menyerang soal indera penglihatannya yang bisa lagi maksimal. Namun, Selama Beliau menjabat sebagai Presiden tidak pernah melihat sebuah pekerjaan yang memerlukan indera penglihatan untuk melakukannya. Untuk surat atau laporan tertulis yang masuk ke meja Presiden toh ada prosedurnya. Karena pekerjaan seorang presiden soal surat menyurat dan adminitrasi sudah ditangan oleh Sekretaris Kabinet dan Negara.

Manajer Sepak Bola

Menata pemerintahan Lumajang untuk membangun Masyarakat Sejahtera dan Bermartabat, tidak salah bila belajar ke Manajer Sepak Bola seperti Sir Alex Ferguson, Arsen Wenger, Jose Mourinho dan Indra Sjafri di Indonesia. Dalam memilih pemain kalau dipemerintahan (Pembantu/Kadinas dan lainya), sudah tahu akan kemampuanya dalam bekerja. Apalagi Gus As'at sudah lama mengetahui seperti apa kinerja bawahnya mana yang bisa diajak bekerja dan hanya jalan ditempat. Sir Alex Ferguson dalam mencari pemain sudah benar-benar dilihat kemampuanya baik otak, ahlaq dan imannya. Oleh karenakan itu, Sir Alex tidak pernah merasa kehilangan saat harus kehilangan David Beckam dan Cristian Ronaldo yang lebih membangun dirinya sebagai orang hebat di dalam sebuah tim "Pemkab". Alex tak segan-segan melego dan mencari pemain muda berbakat. Sehingga Machester United (MU) di takut di daratan Eropa dan Dunia. MU baik dalam menyerang dan bertahan, ini bisa dilihat saat MU melawan Bayern Munchen di Final Liga Champions, mampu menang di babak injury time. Tidak ada kemenangan tanpa usaha hingga akhir. Juaralah yang diraih, tapi kesuksesan itu bukan piala, tapi sukses melewati segala aral dan rintangan disetiap pertandingan.

Gus Dur adalah sosok pemimpin yang memiliki Visi kedepan dalam menempuhnya. Sehingga, tidak pernah ada pekerjaan yang memerlukan penghilatan seperti acara seremonial gunting pita, peletakan batu pertama, pidato tak penting yang mengulang-ulang. Gus Dur untuk soal seperti itu diserahkan pada wakil dan pembantunya "menteri". Karena dirinya tidak mementingkan jadi presiden lagi, pembantunya salah juga tetap tenang, bahkan ketika dikritik lawan politiknya di seting mengeluarkan pernyata "Begitu Aja Kok Repot".

Gus As'at Malik sebenarnya tidak jauh beda dengan Gus Dur dalam menjalan "Sampan" seperti LUmajang ini. Karena Gus Dur dalam menjalankan hidupnya sebagai pemimpin bangsa Indonesia (Kapal) ini hanya bermodalkan "Tasha-aruf al-iman ala ar-ra'iyyah manutun bi al-maslahah" "(Kebijakan dan Tindakan seorang pemimpin atas rakyat yang dipimpin haruslah terkait dengan kesejahteraan mereka). Ini di dapat oleh Sang Bapak Bangsa ini saat berada di Pondok Pesantren "Kerajaan-kerajaan kecilnya" yang otonom  dengan kyai-kyai Kharismatik dan memiliki pengaruh yang signifikan dalam bendera Nahdlatul Ulama (NU).

Lumajang yang banyak dihuni oleh kalangan Nahdliyin, sangatlah mudah untuk bisa diajak maju masyarakatnya. Namun, leadership seperti Gus Dur layak jadi Referensi yang bagus. Karena Gus As'at dan Gus Dur sama-sama dilahirkan di kalangan Pondo Pesantren yang memiliki Jiwa Islam Rahmatan lil Alamin. Gus adalah Bapak Bangsa, jadi tanggal 12 November yang diperingati sebagai Hari Bapak, kenapa kita tidak belajar ke Bapak Bangsa Kita. Untuk mendoa'kan Gus Dur dan bapak-bapak yang mendahului kitam, mari panjatkan doa dengan bacaan Al-fatiha.(ls/red/berbagai sumber)

Editor : Redaksi