Musim Nikah

Bulan yang Paling Banyak Dipilih dan Dihindari untuk Menikah

Penulis : lumajangsatu.com -
Bulan yang Paling Banyak Dipilih dan Dihindari untuk Menikah
Pesta pernikahan saat dihadiri tamu undangan.

Senduro (Lumajangsatu.com)-Setiap calon pengantin pasti ingin menikah dengan waktu yang tepat. Di Indonesia, ternyata terdapat musim puncak atau peak season yang dipilih banyak pasangan untuk hari spesial mereka.

General Manager Izza Shalon mengungkapkan dari pengalamannya selama ini, peak season untuk resepsi pernikahan paling banyak terjadi setelah Idul Fitri atau Idul Adha.

"Sebenarnya sebelum puasa juga banyak. Tergantung juga, tidak selalu tetap tapi itu kebanyakan pernikahan terjadi di bulan-bulan itu," ujar dia kepada Lumajangsatu.com, belum lama ini.

Selain itu, ada hal lainnya yang menarik. Yakni, bulan suro juga banyak dihindari para calon pengantin, terutama bagi mereka yang memiliki adat Jawa. Banyak dari mereka atau keluarga calon pengantin yang meyakini bulan suro tidak baik untuk melangsungkan akad nikah.

"Orang Jawa menikah di bulan suro itu dihindari. Jadi kalau ada orang Jawa menikah di bulan suro, kemungkinan besar dia menggunakan tradisi atau adat lain dalam resepsi pernikahannya. Seperti adat Jawa, Batak dan lain-lain," kata Mutia tim Make over.

Namun, pantangan ini tidak berarti bagi suku lain yang menikah di bulan Suro. Mereka tetap banyak menikah di bulan itu dengan adat mereka masing-masing.

"Lucunya, kami sering kebanjiran pesanan di bulan suro itu walau kebanyakan memang bukan orang Jawa yang melangsungkan resepsi," tandasnya.(Ind/red)

Editor : Redaksi

Lumajang Maju dan Makmur

Bak Lautan Manusia di Lapangan Jokarto Lumajang Sholawat Doa Bersama Cak dan Ning

Lumajang - Dalam rangka membangun kedamaian dan persatuan di wilayah Lumajang, relawan paslon 01 (Cak Thoriq – Ning Fika) bersama Gus Hafidzul Ahkam dari Probolinggo dan jamaah Riyadhul Jannah Lumajang mengadakan acara Sholawat & Do’a Bersama. Acara ini berlangsung di Lapangan Desa Jokarto Kecamatan Tempeh Kabupaten Lumajang Kamis, (21/11/2024) malam.

Opini

Euthanasia dan Perawatan Paliatif, Dilema Etik Antara Hak Hidup dan Hak Untuk Mengakhiri Penderitaan

Lumajang - Saat ini dunia ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang pesat dan sudah sangat maju khusus pada bidang kesehatan. Dengan adanya kemajuan tersebut segala hal akan menjadi lebih mudah untuk dilakukan, seperti dalam hal mendiagnosis penyakit dan menentukan kemungkinan waktu kematian seseorang dengan tingkat akurasi tinggi dan hal tersebut dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan logis. Bahkan para dokter kini pun juga dapat memberikan bantuan dalam mengakhiri kehidupan pasien  dengan kondisi medis yang memiliki tingkat kesembuhan relatif rendah atau dalam kondisi penyakit terminal. Proses ini dikenal dengan istilah Euthanasia (Fahrezi & Michael, 2024).