Jurnalis Perempuan

Cerita Indana Zulfa Ditugasi Liputan Tim Cobra dari Tegang Menjadi Bangga

Penulis : lumajangsatu.com -
Cerita Indana Zulfa Ditugasi Liputan Tim Cobra dari Tegang  Menjadi Bangga
Indana Zulfa bersama Ketua Tim Cobra Polres Lumajang, AKP Hasran usai melakukan razia motor bodong.

Profesi wartawan tampak sangat hebat di mataku. Bagaimana tidak, sebelum masyarakat mengetahui sebuah kejadian, informasi, atau isu, wartawan pasti jadi orang pertama yang tahu dan mengejar informasi tersebut untuk disebarkan ke khalayak banyak.

Hebat yang kedua, wartawan bisa berbicara dengan siapa saja, dari semua kalangan, strata sosial, suku, daerah, bahasa, dan budaya. Mereka bisa jadi terlibat obrolan seru dengan tokoh politik, perbincangan hangat dengan seseorang kaya prestasi dan inspirasi, atau cerita hebat dari tokoh legedaris kaya perjuangan, bahkan wawancara eksklusif dengan orang penting dan menantang, bupati misalnya, atau narapidana sebuah kasus besar.

Tangan mereka luwes menulis, mata mereka gemar menekuri bacaan dan riset, otak yang terus terasah untuk meramu bahan jadi tulisan berkesan sarat pesan. Jadi wartawan pun mesti peka terhadap segala sesuatu, isu yang berhembus, hal yang ramai diperbincangkan, atau akibat dari sesuatu yang sedang marak di masyarakat. Wartawan punya intuisi cemerlang, tahu bagian paling rahasia yang mesti digali untuk mendapatkan info-info berharga.

Dari kesekian alasan, itulah mengapa aku ingin jadi wartawan. Apalagi kalau wartawan yang ditugaskan ke daerah-daerah konflik, atau tempat-tempat budaya, suku-suku pedalaman, mencari bahan-bahan eksklusif untuk dijadikan bahan membuat ramuan bernama tulisan.

Kali ini saya ditugaskan untuk liputan bersama Tim Cobra Polres Lumajang. Mereka Polisi gabungan dengan memiliki kemampuan khusus bertugas memberantas kejahatan.

Sungguh tak main-main dalam bekerja, segala waktu dan tenaga mereka curahkan untuk keamanan masyarakat Lumajang. Lumajang yang terkenal dengan kota begal, kini hampir pupus lebel tersebut dikarenakan Tim Cobra hadir untuk memberi perlindungan ke Masyarakat Lumajang.

Disini aku mengenal Ketua Tim Cobra AKP Hasran, S.H, M, hum orangnya yang murah senyum dan sabar. Eiiits tapi kalau sedang bertugas betapa tegasnya dia, apabila berhadapan dengan seorang yang melakukan kesalahan pasti lawan dia akan dibuat menangis darah. Hihihi... Maklum Ketua Cobra kalau diibaratkan ular pasti bisanya mematikan so jangan macam-macam ya?

Tugas utama polisi salah satunya memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat. Ternyata Tim Cobra benar-benar menerapkan ini. Kecuali bagi penjahat pasti mereka ketakutan.

Jajaran Satreskrim Polres Lumajang akan menindak tegas pelaku kejahatan yang seringkali meresahkan Masyarakat.

"Kami akan memberikan keamanan bagi masyarakat apalagi dibulan yang suci ini" ujar Hasran

Perang terhadap penjahat jalanan, terus dilakukan Polres Lumajang. Operasi senja, digelar Tim Cobra diwilayah rawan kejahatan untuk selalu rutin melaksanakan patroli, dan membangun dialog dengan masyarakat.

"Patroli wilayah di setiap saat, sangat penting untuk mengantisipasi segala bentuk kejahatan. Baik kejahatan jalanan, maupun aksi terorisme," tuturnya.

Kehadiran polisi di tengah-tengah kehidupan masyarakat, di harapkan bisa menekan serta mengurangi ruang gerak para pelaku kejahatan. Patroli tersebut, dilakukan dengan cara bergerak melintasi jalan poros, sekitar persawahan, dan kawasan perumahan padat penduduk. Sebab saat senja, menurut catatan kamtibmas wilayah hukum Polres Lumajang, menjadi jam rawan kejahatan

Terlepas itu semua ketika aku liputan senja di JLS ternyata banyak remaja yang lari ketakutan melihat Tim Cobra, mungkin surat-surat kendaraan mereka tidak lengkap. Tetapi ketika Tim Cobra bekerja sudah pasang mata, telinga, dan sungguh aku salurkan mereka cekatan sekali. Meskipun mereka ngebut sekencang tornado pasti akan ketangkap juga oleh tim cobra. Hhihihi....

Dari sekian banyak personil polres Lumajang, cuma aku doang yang cewek. Merasa cantik sendiri deh hehheh... Awalnya sih rada canggung namun seiringnya waktu aku sudah terbiasa dikarenakan lingkungan kerja mayoritas laki-laki. Sungguh beruntungnya aku menjadi wartawati.

Adzan maghrib pun berkumandang kini saatnya buka bersama dengan Tim Cobra, biasanya seorang cewek perhatian ke cowok. Kali ini beda, malahan aku yang diperhatikan sama mereka, sungguh beruntung kan?

Jam menunjukkan 18.45 kami tiba di Mapolres Lumajang dengan membawa motor bodong, hasil sitaan operasi senja tadi. Tercatat 16 unit kendaraan yang tak punya surat-surat.

Yah, masih dengan perkara dunia. Capek sih capek terlebih ketika berangkat liputan tadi aku masih dibuat merengek karena gagal ke pesta ulang tahun temanku, dan diharuskan liputan. But overall thats my obligation kalau mau jadi orang sukses harus tahan ego dengan hal-hal yang tidak penting dan harus utamakan kewajiban itu sih kata Direkturku yang super duper cerewet tapi dia tidak pelit sering memberi aku uang kalau ada rezeki hehheh...

Hikmah dari itu semua, ternyata tulisanku banyak yang membaca di traffic. Intinya tidak sia-sia aku liputan hari ini. Hehheh...

Dari situlah aku belajar berani dan objektif. Bahwa apa yang kutulis, asalkan tak menyudutkan satu pihak tertentu, faktual, dan berimbang, tentu tak akan menjadi masalah. Meski, jurusan kuliah yang kujalani dengan passion menjadi wartawan seringkali menjadi pertanyaan bagi sebagian besar temanku, tapi aku tetap berusaha menjalani keduanya dengan seimbang. Namanya juga mimpi, siapa saja berhak memperjuangkannya, bukan? Sampai saat ini pun, aku masih berjuang dan menapaki batu demi batu loncatan untuk menjadi jurnalis berintegritas, profesional.

 

*Catatan ini ditulis sendiri oleh Indana Zulfa usai meliput razia motor bodong oleh Tim Cobra di Wilayah Lumajang Selatan

Editor : Redaksi

Opini

Euthanasia dan Perawatan Paliatif, Dilema Etik Antara Hak Hidup dan Hak Untuk Mengakhiri Penderitaan

Lumajang - Saat ini dunia ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang pesat dan sudah sangat maju khusus pada bidang kesehatan. Dengan adanya kemajuan tersebut segala hal akan menjadi lebih mudah untuk dilakukan, seperti dalam hal mendiagnosis penyakit dan menentukan kemungkinan waktu kematian seseorang dengan tingkat akurasi tinggi dan hal tersebut dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan logis. Bahkan para dokter kini pun juga dapat memberikan bantuan dalam mengakhiri kehidupan pasienĀ  dengan kondisi medis yang memiliki tingkat kesembuhan relatif rendah atau dalam kondisi penyakit terminal. Proses ini dikenal dengan istilah Euthanasia (Fahrezi & Michael, 2024).

Dibuat Dari Bambu Muda

Jadi Warisan Budaya Tak Benda Indonesia, Krecek Bung Kuliner Asli Lumajang Bertekstur Daging Empuk

Lumajang - Kabupaten Lumajang, Jawa Timur kembali menorehkan kebanggaan di kancah nasional. Salah satu kuliner tradisional khasnya, Krecek Rebung, resmi ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia oleh Menteri Kebudayaan Republik Indonesia pada 16 November 2024. Pengakuan ini menjadi bukti keunikan dan kekayaan budaya lokal Lumajang yang terus dilestarikan.