Gaya Hidup

Water Park KWT Wonorejo Jadi Jujukan Wisata Keluarga AKhir Pekan

Lumajang (lumajangsatu.com) - Wisata kelurga Water Park di Kawasan Wonorejo Terpadu (KWT) masing jadi jujukan berlibur diakhir pekan dan liburan. Terbukti, objek wisata yang dikelola Dinas Pariwisata dan Kebudayaan itu masih ramai dengan pengunjung yang didominasi anak-anak dan perempuan."Yang ramai dengan pengunjung saat akhir pekan dan hari libur mas," ujar Bambang, Kasi Pengembangan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Lumajang, Kamis (06/04/2017).Selama seminggu, biasanya kunjungan antara 4-5 ribu orang dengan jumlah pengantarnya. Tiket Water Park KWT juga sangat murah, 8 ribu dewasa dan 6 ribu untuk anak-anak."Tiketnya disini paling murah dibandingkan dengan sejumlah wahana permainan air di Kabupaten tetangga," jelasnya.Sedangkan untuk parkir, roda dua 3 ribu, mobil pribadi 5 ribu dan bus/truck 10 ribu. Sejumlah wahana permain untuk anak tersedia di KWT yang bisa jadi rujukan untuk berlibur bagi keluarga."Ada banyak wahana permainan untuk anak-anak. Namun kami tetap minta orang tua atau pengunjung tetap mengawasi putra putrinya saat di KWT, meski sudah ada petugas," pungkasnya.(Yd/red)

Ayo Hadir..!! Lumajang Tourism Camp 2 di Kebun Teh Kertowono Gucialit

Lumajang (lumajangsatu.com) - Lumajang Tourism Camp II 2017 kembali akan digelar 28-30 April 2017 di Kebun Teh PTPN XII Krtowono Kecamatan Gucialit. Kegiatan itu pertama di Indonesia yang diselenggarakan oleh Dinas Pariwisata Dan Kebudayaan Kabupaten Lumajang bagi para Duta wisata, Duta Kampus Se-Jawa Bali.Lumajang Tourism Camp bertujuan mengenalkan potensi wisata di Lumajang. Kegiatan itu juga bertujuan menjalin kerjasama dalam meningkatkan peran serta generasi muda di dunia pariwisata dengan menggunakan metode Experiental and Tourism Based Community.Pesertanya terbatas, hanya bagi mereka Duta Wisata Jawa-Bali dan duta kampus yang diundang. Meski demikian, masyarakat bisa datang dan berbaur dengan para duta wisata dalam beberapa acara yang digelar bersama dengan Festival Gucialit."Warga bisa berbaur dengan peserta Lumajang Tourism Camp dalam beberapa kegiatan yang digelar bersama Festival Gucialit," ujar Zainul Arifin, salah seorang staf di Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Rabu (05/04/2017).Kegiatan Lumajang Tourism Camp yang pertama kedua ada perbedaaan yakni jumlah peserta, saat ini Jawa dan Bali. Sejumlah kegiatan akan bersama dengan masyarakat, karena Duta Wisata memang harus ikut mengembangkan potensi wisata."Kegiatan Lumajang Tourism Camp yang peratama dan kedua ada perbedaan, meskipun lokasinya sama. Ada sejumlah kegiatan yang melibatkan dan bergabung dengan masyarakat," pungkasnya.(Yd/red)

Karapan Kerbau, Antara Tradisi, Hobi dan Gengsi

Lumajang (lumajangsatu.com) - Karapan Kerbau (kebo) yang digelar di Desa Banyuputih Kidul Kecamatan Jatiroto antara Tradisi, Hobi dan Gengsi. Betapa tidak, hadiah bagi para pemenang juga tidak sebanding dengan biaya yang dikeluarkan untuk merawat kerbau.Edy, salah satu peserta dan pemilik kerbau karapan mengaku harus menyiapkan ratusan butir telur bebek untuk jamu kerbau sebelum bertanding. Sekali diminumkan, 50 butir telur, dicampur jahe dan kunci dan persiapannya dua bulan sebelum pertandingan."Telur satu kerbau bisa 300 butir mas, jadi karena hobi saja bukan karena hadiahnya. Hadiahnya terlalu kecil untuk biaya perawatannya," jelas Edy, Minggu (02/04/2017).Hal senada juga disampaikan Syahrul, menurutnya antar pemilik kerbau juga menjaga gengsi. Jika selalu menang dalam pertandingan, maka harga jual kerbau bisa mahal, bisa sampai 50 juta pererkor."Kalau sering menang, peranakannya juga bisa mahal harganya mas. Biasanya jika sering menang kalau dijual bisa laku 50 juta perekor, namun rata-rata tidak dijual," jelasnya.H. Husain, ketua panitia karapan kerbau mengaku kegitan tersebut untuk menyambut masa tanam padi oleh petani. Disamping itu, untuk mempereerat silaturrahim antar pemilik kerbau di Lumajang dan sudah jadi tradisi."Ini adalah tradisi petani disini mas, sehingga dijadikan ajang silaturrahim antar pemilik kerbau," pungkasnya.(Yd/red)

Meriah, Karapan Kerbau di Jatiroto Sambut Musim Tanam

Lumajang (lumajangsatu.com) - Menjelang masa tanam padi, para petani Desa Banyuputih Kidul Kecamatan Jatiroto menggelar Karapan Kerbau (Kebo). Puluhan kerbau mengikuti acara karapan yang digelar rutin setiap tahun sebagai bentuk syukur atas musim panen padi."Ini untuk menyambut masa tanam padi dan rasa syukur atas panen padi yang telah dilakukan oleh para petani," ujar H. Husain, ketua panitia Karapan Kerbau, Minggu (02/04/2017).Acara Karapan Kerbau digelar selama 3 hari, 1-3 Maret 2017. Ada 40 pasang kerbau yang ikut dalam kegiatan tersebut dan biasanya jika datang semua bisa sampai 100 pasang kerbau."Pesertanya 40 pasang mas, kalau pas datang semua biasanya sampai 100 pasang," jelasnya.Panitia menyediakan hadiah pertama 1 juta dan hadiah 2 dan 3 masing-masing kambing. Ada dua kelas yakni kelas A dan B bagi kerbau dewasa dan kerbau yang masih muda (anakan). "Ada dua kelas mas, ada untuk yang besar dan ada untuk yang anakan," pungkasnya.Acara karapan kerbau banyak menarik masyarakat untuk menonton karena sangat jarang digelar. Meski cuaca sangat panas, masyarakat tetap semangat melihat kerbau-kerbau berlari dilumpur.(Yd/red)

Arakan Ogoh-ogoh Sambut Nyepi di Pura Mandara Giri Semeru Agung Meriah

Lumajang (lumajangsatu.com) - Arak-arakan Ogoh-ogoh menyambut hari raya Nyepi tahun 1939 Caka berjalan lancar dan meriah (27/03). Ribuan umat hindu dan warga tumpah ruah disepanjang jalan arak-arakan kawasan Pura Mandara Giri Semeru Agung."Alhamdulillah mas, tadi malam kegiatan arak-arakan Ogoh menyambut hari raya Nyepi umat Hindu berjalan lancar dan aman," ujar Rasmin, Camat Senduro kepada lumajangsatu.com, Selasa (28/03/2017).Setelah mengarak Ogoh-ogoh, umat Hindu selama 24 jam akan melakukan Nyepi di rumah masing-masing. Senduro yang masyarakatnya pluralisme, sangat menghargai sebuah perbedaan tersebut.Meski beda agama, warga Senduro bisa hidup rukun dan berdampingan. Bahkan, kerja bhakti untuk tempat peribadatan tidak memandang agama, namun semua warga bahu membahu."Di Senduro sangat menjaga toleransi kerukunan beragama mas, jadi jangan heran, jika ada yang bangun masjid, umat Hindu dan Nasrani juga ikut kerja bahkti, begitu juga sebaliknya," jelas mantan Camat Tempursari itu.Saat hari raya Nyepi, warga Non Hindu juga sangat menghormati umat Hindu yang menggelar Nyepi. Sejumlah aktifitas di pusat Keramaian Sednuro juga nampak lengang. "Warga senduro sangat menghargai saudarnya yang sedang melaksanakan ibadah suci," pungkasnya.(Yd/red)

Diunggah ke Facebook, Pengemis Bawa Anak Kecil Ini Jadi Trending Topik

Lumajang (lumajangsatu.com) - Dalam beberapa hari terkahir, seorang pengemis di Lumajang jadi trending topik setelah netizen mengunggah fotonya di media sosial facebook. Netizen memperbincangkan pengemis di grup facebook Tongkrongan Arek-arek Lumajang (TA-AL) karena bukan kebutuhan makan, tapi mengemis dijadikan profesi.