Klakah - GUSDURian Peduli mengadakan Pengobatan Gratis di desa Papringan Kecamatan Klakah. Kegiatan ini bertempat di Pos Pendaki Gunung Lemongan yang berada di rumah Kepala Dusun Gunung Kenèk, Ilal Hakim, Pada hari Minggu dan Senin (17-18/11/2019).
Pemilihan desa Papringan sebagai tempat bakti sosial karena dalam satu bulan terakhir banyak warga yang sakit dan harus dirawat di rumah sakit. Bisa dipastikan setiap hari ada warga yang sakit dan harus dirawat inap di puskesmas atau di rumah sakit.
Baca juga: KPU Mulai Distribusikan Logistik Pilkada Lumajang 2024
Pengobatan ini menggunakan dua model sekaligus, hari pertama menggunakan model medis dengan melibatkan Tim Kesehatan GUSDURian Peduli yang dipimpin oleh dr. Wahyu Yuliadi, seorang dokter umum dari desa Tertek, Pare, Kediri.
Dokter yang dikenal "Dokternya Orang Miskin" ini dengan sigap dan penuh senyum melayani puluhan pasien yang antri di jajaran kursi plastik. Selain melayani pengobatan di pos kesehatan, dr. Wahyu Yuliadi juga mendatangi satu persatu rumah pasien yang kondisinya parah dan tidak mungkin datang ke pos layanan kesehatan.
Sedangkan hari kedua menggunakan metode non medis, yakni jamu herbal oleh Rizki Lazuardi seorang herbalis muda dari Surabaya, terapi pijat oleh Gus Syabiq dari Batu Putih, Sumenep, Madura, dan terapi bekam oleh Kamal Pasya dari Randuagung, Lumajang.
Baca juga: Beredar Foto Mesra Mirip Ketua DPRD Lumajang, Masyarakat Peduli Moral dan Pendekar Lapor ke BK Dewan
Ketua GUSDURian Peduli, A'ak Abdullah Al-Kudus, pemilihan dua model pengobatan ini sengaja dipilih agar masyarakat punya alternatif pilihan untuk menuju sehat. Karena tidak semua orang suka obat-obatan medis, begitupun sebaliknya. Dengan cara ini masyarakat punya kemerdekaan untuk menentukan yang terbaik bagi tubuhnya.
Awalnya masyarakat banyak yang ragu bahwa pengobatan ini benar-benar gratis. Khawatirnya hanya abal-abal, tapi ujung-ujungnya tetap berbayar. Tapi setelah yakin bahwa pengobatan ini benar-benar gratis kemudian mereka berbondong-bondong antre untuk berobat.
Baca juga: Euthanasia dan Perawatan Paliatif, Dilema Etik Antara Hak Hidup dan Hak Untuk Mengakhiri Penderitaan
Banyak masyarakat yang mengaku senang dengan adanya pengobatan gratis ini, karena faktanya banyak masyarakat yang tidak mampu untuk berobat, tapi mereka juga tidak punya BPJS. Ada beberapa orang yang punya BPJS tapi datanya berbeda dengan identitas kependudukannya, akibatnya BPJS-nya tidak bisa dipakai.
Bu Ribun (58 tahun) warga dusun Ranu Lading, desa Papringan mengaku sangat senang dan terbantu dengan adanya pengobatan gratis ini. Dia berharap semoga kegiatan semacam ini bisa dilaksanakan setiap bulan sekali di desanya.(GD/red)
Editor : Redaksi