Lumajang - Ratusan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) dan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Lumajang menggelar aksi di depan kantor Pemkab. Disamping menyuarakan penolakan kenaikan harga BBM dan meuntuk penyetabilan harga bahan pokok, mahasiswa juga menyamapikan isu lokal soal jalan rusak.
Fauzan, salah satu mahasiswa dari Desa Wotgalih Kecamatan Yosowilangun mengeluhkan jalan rusak di daerahnya. Pasalnya, jalan yang bukan seharusnya dilewati truk pasir, malah jadi jalan utama truk tambang. "Makanya jalan jadi rusak," ujar Fauzan di hadapan Bupati Lumajang Thoriqul Haq, Selasa (22/04/2022).
Baca juga: Beredar Foto Mesra Mirip Ketua DPRD Lumajang, Masyarakat Peduli Moral dan Pendekar Lapor ke BK Dewan
Mahasiswa juga menyoroti carut-marut tata kelola tambang pasir Lumajang, yang hanya bisa menimbulkan kerusakan. Sedangkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari pasir tak sebanding dengan kerusakan yang ditimbulkan. "Untuk memperbaiki jalan, negara sudah tekor," jelasnya.
Baca juga: Euthanasia dan Perawatan Paliatif, Dilema Etik Antara Hak Hidup dan Hak Untuk Mengakhiri Penderitaan
Bupati Lumajang Thoriqul Haq menyatakan bahwa jalan di Wotgalih adalah jalan Kabupaten dan bukan jalan untuk truk tambang. Namun, Cak Thoriq berkomitmen akan memperbaikai jalan, jika warga Wotgalih kompak menolak truk pasir seperti halnya yang dilakukan warga Desa Jarit Kecamatan Candipuro.
"Jika warga kompak tolak truk pasir, maka jalan yang diperbaiki akan bertahan lama seperti di Desa Jarit," pungkasnya.
Baca juga: Badan POM Jember Evaluasi Program Keamanan Pangan di Kabupaten Lumajang
Cak Thoriq juga berjanji akan turun ke Desa Wotgalih untuk melihat seberapa parah kerusakan jalan. Pemerintah Lumajang juga berupaya melakukan penataaan soal tata kelola tambang pasir dari hulu hingga hilir.(Yd/red)
Editor : Redaksi