Lumajang - Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya telah melaksanakan kegiatan pengabdian masyarakat dengan tajuk "Pemberdayaan masyarakat dengan pembuatan pakan ternak sebagai alternatif penyedia pakan ikan di Desa Tukum Kecamatan Tekung, Lumajang".
Dalam acara tersebut dihadiri oleh Prof. Ir. Achmad Zubaydi, M.Eng., Ph.D, M. Nurul Misbah ST. MT, Dr. Dony Setyawan ST., M.Eng, Dr.Eng. Septia Hardy Sujiatanti, ST. MT., Rizky Candra Ariesta ST. MT, Teguh Putranto ST. MT. Ph.D dan Sri Rejeki Wahyu Pribadi ST. MT.
Baca juga: Dam Boreng Hampir Rampung, Air Akan Aliri Ratusan Hektar Persawahan di Lumajang
Program pengabdian masyarakat ini diharapkan memberikan solusi terkait dengan masalah yang ada.
Di Desa Tukum ini secara umum masyarakat sekitar berprofesi sebagai petani yang menggarap sawah dan kebun yang ada di sekitar kampung. Sedangkan untuk sampingannya mereka menjadikan peternak sebagai hobi sekaligus usaha, namun karena mahalnya pakan ikan banyak warga yang gulung tikar dan tidak meneruskan tambak ikan tersebut.
Ternyata salah satu warga ada yang gigih untuk mencoba berinovasi membuat pakan organik alternatif.
Kemudian dari keberhasilan tersebut oleh Ketua Tim Pemberdayaan Masyarakat Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Dr.Eng. Septia Hardy Sujiatanti ST. MT., diusulkan untuk diuji kandungan protein pakan organik tersebut melalui uji lab di Lab Pakan Ternak Dinas Peternakan Jawa Timur. Ternyata hasilnya mendekati sempurna seperti pakan yang dijual oleh pabrik.
Pihaknya menyampaikan bahwa sebagai dosen tidak hanya mengajar namun menerapkan Tri Darma Perguruan Tinggi yaitu mendidik, penelitian, pengabdian masyarakat.
"Sedangkan untuk poin yang ketiga saat ini telah kita selenggarakan" ungkap Dosen yang kerap disapa Bu Septi Minggu, (18/2024).
Baca juga: Menyala: STKIP PGRI Lumajang Sukses Gelar Dies Natalis Ke-39
Pihaknya juga menambahkan bahwa program kerja juga tidak melulu harus stay di tempat namun bisa terjun ke masyarakat secara langsung. Guna mengetahui apa yang menjadi permasalahan, nantinya akan diselesaikan secara akademis.
Dengan adanya kegiatan ini menjadikan pilot project sebagai inovator dari desa, "meskipun tempatnya di pelosok namun tidak menghalangi masyarakat untuk terus berinovasi," ungkap Septia.
Amir sebagai pemilik tambak sekaligus inovator menceritakan awal mulanya pakan ikan organik ini berhasil. Dimulai tahun 2019 bahwa lahan tersebut ditangani oleh dua orang untuk membangun, namun baru selesai setelah satu tahun.
Kemudian di tahun 2020 langsung diisi dengan seribu ekor ikan perkolam di lima tempat. Setelah dapat setahun baru bisa panen dengan cara penyortiran diambil yang besar saja.
Baca juga: Diterjang Ombak, Akses Jalan Alternatif Pasirian-Tempursari Lumajang Putus Total
"Kalau yang besar kami jual namun yang kecil kami biarkan hingga nunggu besar" tandasnya.
Pada tahun berikutnya ternyata pakan pabrik mahal sehingga dia memutar otak untuk bisa membuat pakan ikan organik. Berbekal literatur dan beberapa kali percobaan akhirnya di tahun 2022 bisa menghasilkan pakan yang dibutuhkan ikan dengan kadar asupan yang bagus.
"Alhamdulillah dengan dibantu Tim Pemberdayaan Masyarakat dari Institut Teknologi Sepuluh November membantu kami mengujikan lab pakan sehingga hasilnya mendekati pakan ternak pabrikan" tutupnya.
Dari awal 2019 hingga 2024 pemilik ikan tidak pernah menabur benih ikan lagi, hanya bermodal ikan seribu ekor saja. Kini Amir sudah memiliki 7 tambak dengan 12.000 ekor ikan jenis Nila, Gurame dan Lele (Ind/red).
Editor : Redaksi