Cairan berbahaya

Bupati Lumajang: Musibah Dewangga Jadi Alarm Edukasi Anak

Reporter : Indana Zulfa
Bupati Lumajang, Indah Amperawati, melihat susu medis khusus yang menjadi satu-satunya asupan gizi bagi Dewangga Eza Naufal Al Yusen, santri Pondok Pesantren Asy Syarifi Pandanwangi Tempeh, saat menjenguk di kediamannya

Lumajang - Di sebuah rumah sederhana di Lumajang, Dewangga Eza Naufal Al Yusen berjuang melawan rasa sakit yang tidak seorang pun seusianya layak menanggung. Santri Pondok Pesantren Asy Syarifi Pandanwangi Tempeh itu kini hanya bisa bertahan hidup dengan susu medis khusus yang harganya mencapai hampir Rp900 ribu per hari.

 

Baca juga: STKIP PGRI Lumajang Gelar Rangkaian Lomba dan Pameran Karya Mahasiswa dalam Dies Natalis ke-40

Peristiwa yang menimpanya bermula dari ketidaksengajaan. Segelas es yang dikira aman ternyata telah tercampur cairan kimia berbahaya, HCl. Dari tiga santri yang terdampak, kondisi Dewangga menjadi yang paling berat. Organ pencernaannya rusak parah hingga tidak lagi bisa menerima makanan padat.

 

Saat menjenguk Dewangga, Senin (29/9/2025), Bupati Lumajang Indah Amperawati (Bunda Indah) tak bisa menyembunyikan keprihatinannya. “Ini bukan sekadar musibah, tapi pengingat bagi kita semua. Anak-anak harus diberi pemahaman sejak dini tentang bahaya zat beracun dan minuman keras. Jika ada pengawasan yang konsisten, insyaallah hal seperti ini bisa dicegah,” ujarnya.

 

Di ruang tamu rumah yang sederhana itu, Bunda Indah menyerahkan bantuan kesehatan dan memastikan Pemkab Lumajang akan terus mendampingi. Termasuk, mengawal perawatan Dewangga yang dijadwalkan menjalani kontrol lanjutan di RSUD Dr. Soetomo Surabaya.

 

Baca juga: Hujan Deras dan Angin Kencang Mengamuk di Rowokangkung, 17 Rumah Rusak dan Listrik Padam

Namun lebih dari sekadar bantuan medis, kasus ini menyisakan pesan penting. Bagi Bunda Indah, tragedi Dewangga adalah alarm tentang lemahnya edukasi dan pengawasan terhadap anak. “Anak-anak tidak cukup hanya diberi aturan. Mereka harus dijelaskan kenapa sesuatu berbahaya, agar memiliki benteng diri,” tegasnya.

 

Dukungan untuk keluarga Dewangga pun terus berdatangan. Baznas, warga sekitar, hingga para donatur ikut membantu memenuhi kebutuhan sehari-hari. Solidaritas itu menjadi penopang di tengah biaya pengobatan yang begitu besar.

 

Baca juga: Lumajang Sabet Empat Penghargaan Penyakit Hewan Menular Strategis, Bukti Ketangguhan Peternakan

Meski demikian, Bunda Indah menegaskan kepedulian tidak boleh berhenti pada bantuan. Pencegahan, menurutnya, jauh lebih utama. “Mari kita jadikan rumah, sekolah, dan pesantren sebagai ruang edukasi yang melindungi anak-anak dari risiko berbahaya,” tambahnya.

 

Dari balik matanya yang masih menyiratkan semangat, Dewangga menjadi simbol ketabahan. Ia adalah pengingat bahwa perlindungan anak bukan hanya tanggung jawab orang tua atau guru, melainkan seluruh masyarakat. Sebab, generasi yang sehat, cerdas, dan berkarakter hanya bisa lahir jika mereka tumbuh dengan pengetahuan dan perhatian sejak dini (Ind/red).

Editor : Redaksi

Politik dan Pemerintahan
Berita Populer
Berita Terbaru