Gerakan Sosial

Bunda Indah dan Rumah Tua di Ujung Dusun: Menghidupkan Kembali Semangat Gotong Royong Lumajang

Reporter : Indana Zulfa
Bupati Lumajang, Indah Amperawati (Bunda Indah) menyerahkan bantuan tunai sebesar Rp10 juta kepada Bu Siwa (70), warga Dusun Bulutangkir, Desa Ranuyoso, Kecamatan Ranuyoso, Selasa (7/10/2025)

Lumajang - Suara langkah kaki Bupati Lumajang, Indah Amperawati (Bunda Indah), menyusuri jalan tanah di Dusun Bulutangkir, Desa Ranuyoso, disambut tatapan haru warga. Di ujung dusun itu berdiri sebuah rumah tua berdinding anyaman bambu—rapuh, nyaris roboh, milik Bu Siwa (70), seorang janda lanjut usia yang hidup sebatang kara.

 

Baca juga: Bunda Indah Terobos Genangan! 776 KK di Sidorejo Terendam Banjir Dua Hari Berturut-turut

Di rumah itulah, Bunda Indah berhenti. Ia menyalami tangan keriput Bu Siwa, lalu menatap sekeliling rumah sederhana yang menjadi saksi hidup perempuan tua itu. “Bu, ini bantuan dari kami, semoga bisa segera memperbaiki rumahnya,” ucapnya lembut sambil menyerahkan bantuan tunai Rp10 juta.

 

Namun bagi Bunda Indah, nilai bantuan itu bukanlah yang utama. Ada pesan yang jauh lebih besar yang ingin ia sampaikan—tentang kepedulian, gotong royong, dan solidaritas yang mulai pudar di masyarakat modern.

 

 

“Pemerintah memang hadir dengan bantuan, tapi tidak bisa bekerja sendirian,” ujarnya di hadapan warga yang berkerumun.

 

“Kalau ada warga seperti Bu Siwa, ayo kita gotong royong membantu tanpa harus menunggu pemerintah.”

 

Kata-kata itu membuat suasana hening sejenak. Beberapa warga tampak mengangguk pelan. Bagi mereka, pesan itu sederhana, tapi sangat mengena: kesejahteraan bukan hanya soal uang, tapi soal hati yang mau bergerak bersama.

 

Bunda Indah percaya, pembangunan sosial sejati tidak sekadar membangun rumah, tetapi membangun kesadaran dan empati di hati setiap warga.

“Gotong royong adalah jati diri bangsa kita. Ketika masyarakat mau saling menolong, maka tidak ada yang terlalu miskin untuk dibantu, dan tidak ada yang terlalu kaya untuk peduli,” tuturnya.

Baca juga: Pemkab Lumajang dan Muslimat NU Bersinergi Perkuat Pemberdayaan Perempuan

 

Ia juga mengungkapkan, Pemkab Lumajang kini tengah memperkuat model kolaboratif antara pemerintah daerah, Baznas, dan masyarakat, agar perbaikan rumah tidak layak huni bisa dilakukan lebih cepat dan berkelanjutan. Menurutnya, keberhasilan program sosial hanya akan nyata jika tumbuh dari rasa memiliki masyarakat sendiri.

 

Di sisi lain, Baznas Lumajang menegaskan komitmennya untuk memperluas gerakan sosial ini. Sinergi antara zakat, infak, dan sedekah dengan program pemerintah diyakini dapat memperkuat ekonomi masyarakat bawah, termasuk membantu warga yang tinggal di rumah tak layak huni seperti Bu Siwa.

 

Setelah penyerahan bantuan, Bunda Indah tidak langsung pergi. Ia duduk di kursi kayu kecil, berbincang santai dengan warga sekitar. Topiknya sederhana: bagaimana menumbuhkan kembali semangat gotong royong—mulai dari membantu tenaga, menyumbang bahan bangunan, hingga menjaga lingkungan agar tetap layak huni.

 

Baca juga: Dari Desa Sumberurip untuk Indonesia: Pronojiwo Hadirkan Taman Bunga Puspa Adi Warna

 “Kalau kita menunggu anggaran pemerintah, tidak akan cukup. Tapi kalau seluruh warga bergerak, semua jadi ringan,” katanya sambil tersenyum. “Inilah yang ingin saya tanamkan di Lumajang.”

 

Sore itu, langit Ranuyoso tampak mendung, tapi suasana hati warga justru hangat. Kunjungan Bupati bukan sekadar membawa bantuan, melainkan menyalakan kembali api kepedulian di tengah masyarakat desa.

 

Gerakan sosial berbasis gotong royong ini kini diharapkan menjadi pondasi baru pembangunan sosial Lumajang—bahwa kesejahteraan sejati tidak lahir dari kebijakan semata, tetapi dari kekuatan hati dan tangan-tangan yang mau saling membantu.

 

 

Editor : Redaksi

Politik dan Pemerintahan
Berita Populer
Berita Terbaru