Lumajang (lumajangsatu.com) - Era kejayaan petani tembakau Lumajang Voor Oogst (VO) nampaknya akan kembali lagi. Pasalnya, Philips Morris indonesia melalaui Supliernya PT Aliance One Indonesia (AOI) yang bermarkas di Tempeh Kidul mendapatkan permintaan pasar untuk kembali membeli tembakau kasturi krosok yang dulu pernah jaya.
Tembakau ini lebih dikenal dengan varian Lumajang VO yang banyak ditanam di daerah Selok Awar Awar Kecamatan Pasirian dan Pandanwangi Kecamatan Tempeh. Target potensi musim tanam 2019 diperkirakan bisa tembus 2.000 ton.
Dwi Wahyono, Wakil Ketua Asosiasi Petani tembakau Indonesia (APTI) Lumajang menyatakan, PT AO1 telah melakukan kemitraan dengan petani tembakau WHITE BURLEY. Saat ini lebih besar permintaanya terhadap varian Kasturi Krosok.
Baca juga: Dam Boreng Hampir Rampung, Air Akan Aliri Ratusan Hektar Persawahan di Lumajang
Sedangkan tembakau jenis White Burley musim tanam 2019 hanya di budidayakan di daerah Tumpeng Kecamatan Candipuro. PT AOI mulai saat ini bekerja sama dengan Dinas Pertanian Bidang Perkebunan mulai melakukan sosialisasi regristasi petani ke Kelompok-kelompok tani tembakau yang tergabung didalam Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Lumajang.
"Semoga era kejayaan petani tembakau Lumajang kembali lagi dan Kasturi Krosok bisa meningkatkan ekonomi rakyat Lumajang," jelas Dwi, Rabu (20/02/2019).
Kasturi krosok yang dulu menjadi legenda dengan Kasturi Krosok yang saat ini, perbedaannya hanya ditingkat penjemuranya saja. Kasturi Krosok (Lumajang VO) dulu setelah panen disunduk dan dijemur diletakan ditanah saja. Kali ini dijemur di anjang-anjang ukuran 6X12 meter dengan tutup plastic tunell yang transparan.
"Tujuanya untuk menghidari NTRM (Not Tobacco Related Material) atau barang-barang selain tembakau dan disamping itu untuk membentuk warna coklat sesuai permintaan pasar," paparnya.
APTI Lumajang angin segera mengembalikan kejayaan petani tembakau Lumajang. Selain mengembalikan kejayaan tembakau Lumajang VO dulu, Kasturi Krosok ini lebih cepat pengeringan dan penjualanya dibanding dengan tembakau WHITE BURLEY.
"Kalau kasturi krosok ini begitu mulai petik panen penjemuranya kering matahari (SUN CURED) cukup membutuhkan 15 hari kering, kalau tembakau white burley kering udara (AIR CURED) membutuhkan 90 hari kering siap turun dari gudang mas.dan biaya produksinya pun lebih rendah dari tembakau white burley," jelasnya.
ATPI Lumajang meminta PT AOI utamanya untuk meregrister petani didaerah selatan Lumajang yang dulunya surganya tembakau. Selain itu untuk merambah daerah utara terutamanya dilahan setengah teknis agar bisa memenuhi terget potensi untuk musim tanam tahun ini.
"Dengan begitu pertembakaun di Lumajang semakin menggeliat mas, dengan bertambahnya luasan tembakau dilumajang otomatis perolehan DBHCHT di Lumajang semakin bertambah juga. Selain PT IDS dan dan PT Sadhana yang bermain ditembakau kasturi rajang, alhamdullilah saat ini PT AOI melakukan kemitraan di kasturi krosok," imbuhnya.
Petani tembakau Lumajang menurut APTI harus bersyukur karena hanya di Lumajang saja tata niaga pertembakauan melalui kemitraan oleh PT. Sedangkan di Kabupaten lain tata niaganya kebanyakan blandang non kemitraaan.
"Allhamdulillah musim tanam tahun kemarin petani tembakau tembakau white burley dan petani tembakau kasturi rajangan dengan didukung cuaca yang bagus dan rendemen yang tinggi keutunganya lebih besar dari tahun2 sebelumnya," pungkasnya.(Yd/red)
Baca juga: Maling Motor Asal Lumajang Beraksi 15 Lokasi di Kabupaten Jember
Editor : Redaksi