Jalan Provinsi
Kemacetan di Jalur Lumajang Probolinggo Bikin Pengemudi Frustasi
Lumajang - Ruas-ruas Jalan Ranuyoso kerap bikin sumpek bagi banyak orang. Di ruas jalan provinsi itu kemacetan sering terjadi selama berjam-jam. Di sana sering ada kejadian, sopir ketiduran di dalam armadanya karena terlalu frustasi menghadapi kemacetan.
Sebelumnya, tahun 2021 pemerintah mencoba mengatasi masalah ini. Jalan yang semula hanya selebar 7 meter, diperluas menjadi 11 meter. Namun, kenyataannya solusi ini belum cukup membuat lalu lintas menjadi lancar.
Pemerintah sekarang terkesan sudah mentok mengurai masalah ini. Lahan untuk kembali melebarkan jalan sudah tidak ada. Alasannya, karena lahan sudah terlalu mepet dengan pemukiman. Sekarang pemerintah hanya bisa memberikan solusi roda empat diperbolehkan melintasi jalan desa untuk menembus akses antar kabupaten.
Akses jalur alternatif itu terletak di Desa Meninjo, Kecamatan Ranuyoso. Jika dari arah Lumajang, jalan ini belok kiri sebelum Polsek Ranuyoso. Terus ke utara melintas ke sampai Desa Wates Wetan, jalan itu bisa tembus sampai Leces, Probolinggo.
Mikaila salah satu warga Desa Meninjo mengatakan, akses jalan depan rumahnya selalu ramai ketika malam Minggu dan malam Sabtu. Jalan itu biasanya digunakan kendaraan untuk menghindari kemacetan yang terjadi di pasar buah Ranuyoso.
"Umumnya mobil pribadi yang lewat jalur alternatif ini, biasanya malam sampai dini hari. Kadang bisa ramai terus sampai siang hari, kalau di jalan utama ada kecelakaan," ujarnya.
Aipda Guntoro anggota Satlantas Polres Lumajang mengatakan, kemacetan di Ranuyoso adalah masalah yang cukup pelik. Bukan pemerintah yang gagal melakukan pembangunan. Namun, itu terjadi karena perilaku pengguna jalan yang suka asal. Salah satunya, penjual buah sering melapak di bahu jalan hingga membuat arus jalan tersendat.
Termasuk sopir truk yang suka mengangkut beban hingga overload bisa menjadi penyebab kemacetan.
"Biasanya ada truk yang as rodanya putus. Ini kalau kejadian di Ranuyoso macetnya bisa sampai Tol Leces Probolinggo," pungkasnya (Ind/red).
Editor : Redaksi