Truk Tambang Pasir

Warga Desa Condro Lumajang Demo Akibat Jalan Rusak

Penulis : lumajangsatu.com -
Warga Desa Condro Lumajang Demo Akibat Jalan Rusak
Hasil tangkapan video saat warga melakukan demo

Lumajang - Kesal dengan jalan desa yang tak kunjung diperbaiki ratusan warga Dusun Gentengan, Desa Condro, Kecamatan Pasirian melakukan aksi penutupan jalan.

Dalam aksinya, warga memblokir jalan dengan menanam pohon pisang dan menumpahkan pasir batu. Tak hanya itu, mobil pickup mangkrak juga turut dipasang untuk memperkuat blokade.

Aksi ini dilakukan sebagai bentuk protes terhadap jalan desa yang rusak parah, menimbulkan debu tebal, dan kerap memicu kecelakaan.

Menurut Sujimun Adinata, koordinator aksi, warga sudah lama resah dengan kondisi jalan yang tak kunjung diperbaiki. Debu tebal yang berterbangan akibat jalan rusak mengganggu aktivitas warga, bahkan membahayakan kesehatan.

"Warga menutup jalan karena tidak tahan dengan debu, jalan rusak karena membahayakan pengguna jalan," ujar Sujimun Rabu, (10/7/2024).

Selain perbaikan jalan, warga juga menuntut agar status jalan dikembalikan menjadi jalan kabupaten dengan Surat Keputusan (SK) Bupati. Hal ini dikarenakan kerusakan jalan yang sudah berlangsung bertahun-tahun dan belum ada perbaikan signifikan dari pihak terkait.

"Warga meminta pemdes mengusulkan jalan desa yang rusak ini menjadi jalan kabupaten karena sudah tahun rusak dan debunya mengganggu warga," jelas Sujimun.

Selain perbaikan jalan, warga juga meminta transparansi dan audit menyeluruh terkait dana pembangunan jalan Dusun Gentengan yang bersumber dari pungutan portal pasir.

Sujimun menuturkan bahwa dana tersebut dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa (Bumdes), namun pengelolaannya dinilai tidak transparan dan tidak memiliki landasan hukum yang jelas.

"Penarikan sumbangan dari sopir truk pasir tidak memiliki dasar hukum yang jelas, dan besarannya pun bervariasi. Hal ini jelas merugikan warga," jelas Sujimun.

Warga bersikukuh akan terus menutup jalan sampai ada keputusan konkret dari kepala desa terkait perbaikan jalan dan status jalan menjadi jalan kabupaten.

Sementara itu, Kepala Desa Condro, Supirno menyampaikan, per tanggal 5 Januari 2024, ia sudah bersurat bahwa jalan yang awalnya menjadi tanggung jawab Pemerintah Kabupaten (Pemkab), kini menjadi jalan desa.

“Kami juga siap menyerahkan aset jalan Dusun Gentengan ini kepada Pemkab Lumajang, kami juga siap dilakukan audit. Besok (kamis) kita juga akan melakukan rapat dengan PU lumajang dan perwakilan warga disini,” pungkasnya (Ind/red).

Editor : Redaksi

Opini

Euthanasia dan Perawatan Paliatif, Dilema Etik Antara Hak Hidup dan Hak Untuk Mengakhiri Penderitaan

Lumajang - Saat ini dunia ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang pesat dan sudah sangat maju khusus pada bidang kesehatan. Dengan adanya kemajuan tersebut segala hal akan menjadi lebih mudah untuk dilakukan, seperti dalam hal mendiagnosis penyakit dan menentukan kemungkinan waktu kematian seseorang dengan tingkat akurasi tinggi dan hal tersebut dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan logis. Bahkan para dokter kini pun juga dapat memberikan bantuan dalam mengakhiri kehidupan pasienĀ  dengan kondisi medis yang memiliki tingkat kesembuhan relatif rendah atau dalam kondisi penyakit terminal. Proses ini dikenal dengan istilah Euthanasia (Fahrezi & Michael, 2024).

Dibuat Dari Bambu Muda

Jadi Warisan Budaya Tak Benda Indonesia, Krecek Bung Kuliner Asli Lumajang Bertekstur Daging Empuk

Lumajang - Kabupaten Lumajang, Jawa Timur kembali menorehkan kebanggaan di kancah nasional. Salah satu kuliner tradisional khasnya, Krecek Rebung, resmi ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia oleh Menteri Kebudayaan Republik Indonesia pada 16 November 2024. Pengakuan ini menjadi bukti keunikan dan kekayaan budaya lokal Lumajang yang terus dilestarikan.

Hikmah Kehidupan

Urgensi Tasawuf Dalam Menghadapi Krisis Spiritual di Era Modern

Lumajang - Di tengah gemerlapnya dunia yang serba digital dan material, manusia semakin terjerat dalam pusaran kehidupan yang cepat dan penuh tekanan. Keberhasilan diukur dengan angka, kebahagiaan dinilai dengan kepemilikan, dan kedamaian seolah menjadi barang langka yang hanya bisa diraih oleh segelintir orang. Namun, meskipun segala kemajuan teknologi dan inovasi telah memberikan kenyamanan fisik, banyak yang merasakan kekosongan jiwa yang mendalam, kehilangan arah, dan semakin jauh dari makna hidup yang sejati. Krisis spiritual ini bukan hanya sekedar fenomena individu, tetapi sebuah bencana sosial yang mengancam dasar-dasar kemanusiaan kita.