Teguhkan Gerakan, Ansor Lumajang Gelar Diklatsar di Lereng Gunung Tamboo

Penulis : lumajangsatu.com -
Teguhkan Gerakan, Ansor Lumajang Gelar Diklatsar di Lereng Gunung Tamboo
Ketua GP Ansor saat pimpin apel Banser

Lumajang (lumajangsatu.com) - Pengurus Anak Cabang (PAC) Ansor Kecamatan Pasirian menggelar Diklatsar Banser di lereng gunung Tamboo, Sabtu-Minggu (27-28/01). Kegiatan tersebut merupakan rangkaian Diklatsar yang akan digelar empat kali di zona Lumajang.

"Ini adalah Diklatsar pertama dan akan ada lagi 3 kali Diklatsar di zona yang lain," ujar H. Fahrur Rozi S.IP ketua GP Ansor Kabupaten Lumajang, Sabtu (27/01/2018).

Diklatsar ingin meneguhkan bahwa Ansor dan Banser merupakan benteng NKRI dan menjaga ulama Nahdlatul Ulama (NU). Banser dan Ansor harus terus mengenalkan para kyai, ulama dan ustadz NU melalui media sosial agar pemahahan islam nusantara semakin kuat di Indonesia.

"Kita akui bahwa ulama kita kalah dengan ustadz-ustadz yang baru muncul karena sering tampil di TV atau media sosial," jelasnya.

Ulama NU meskipun berguru di Timur Tengah, namun tidak membawa budaya Arab ke Indonesia. Sehingga Wali Songo sukses mengislamkan orang Indonesia karena dakwahnya dengan budaya.

"Indonesia memiliki budaya sendiri, sehingga tidak perlu membawa budaya Timur Tengah ke Indonesia dengan alasan agama," paparnya.

Saat ini, Indonesia sedang diuji dengan liberalisme dan radikalisme berkedok agama. Ansor dan Banser harus bisa melindubgi Indonesia dari kelompok radikal dengan lebih menguatkan internal dengan diklat-diklat.

"Kita sekarang diuji dengan liberalisme dan radikalisme berkedok agama, Ansor dan Banser harus jadi garda terdepan nenjaga Indonesia dari ujin ini," pungkasnya. (Yd/red)

Editor : Redaksi

Opini

Euthanasia dan Perawatan Paliatif, Dilema Etik Antara Hak Hidup dan Hak Untuk Mengakhiri Penderitaan

Lumajang - Saat ini dunia ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang pesat dan sudah sangat maju khusus pada bidang kesehatan. Dengan adanya kemajuan tersebut segala hal akan menjadi lebih mudah untuk dilakukan, seperti dalam hal mendiagnosis penyakit dan menentukan kemungkinan waktu kematian seseorang dengan tingkat akurasi tinggi dan hal tersebut dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan logis. Bahkan para dokter kini pun juga dapat memberikan bantuan dalam mengakhiri kehidupan pasien  dengan kondisi medis yang memiliki tingkat kesembuhan relatif rendah atau dalam kondisi penyakit terminal. Proses ini dikenal dengan istilah Euthanasia (Fahrezi & Michael, 2024).