Lumajang(lumajangsatu.com)-Untuk mendukung PSIL Lumajang berlaga di turnamen Bulan Berkunjung Jember (BBJ) melawan Persebo Bondowoso Muda di Stadion Notohadinegoro, Jum'at(6/9/2013). Komunitas Supporter PSIL Lumajang akan melakukan tre tet tet ke Jember untuk mendukung klub kebangaan masyarakat Lumajang. Para supporter PSIL, The Bless mania akan berkumpul di Hall Wisma Amanda dan ASC untuk mendukung Laskar Wira Bhumi. Bahkan pengurus PSSI dan PSIL menyediakan kendaraan bagi supporter yang tidak membawa motor untuk ke jember. The Bless Mania akan berangkat ke Jember Jam 13.00 WIB, Jum'at(6/9/2013) bersama pengurus PSSI dan PSIL. "Ya ini bentuk dukungan PSIL ke Jember, tanpa dukungan supporter PSIL tidak akan meraih prestasi," ungkap Hudik, Ketua The Bless Mania Seruji. Hal yang sama disampaikan Iqbal, Koordinator The Bless Muda, dirinya sangat berharap para supporter PSIL bisa datang dan mendukung ke Stadion Notohadinegoro. "PSIL punya supporter Fanatik The Bless mania, kini waktunya membuktikan," terangnya.(yan/red)
Olah Raga
Laga Uji Coba, PSIL Tahan Imbang Persisol Malang 1-1
Lumajang(lumajangsatu.com)- Laga Uji Coba PSIL Lumajang vs Persisol berkahir tanpa ada yang keluar sebagai pemenang. PSIL berhasil ditahan imbang dengan skor 1-1 di Lapangan Armed, Singosari Malang, Jum'at (30/08/2013). Anak-anak Laskar Wirabhumi berhasil menahan Persisol yang lolos ke babak 2 Divisi I Nasional. PSIL berhasil memperagakan permaian bertahan dan menyerangan secepat kilat menunuju jantung pertahanan Persisol. Dengan semnagat yang tinggi PSIL akhirnya berhasil menjebol gawang Persisol melalui kaki, Dean. Keungulan satu gol dibabak kedua, tidak berlangsung lama. Pasalnya, Persisol berhasil mencuri gol jelang akhir pertandingan. Pelatih PSIL, Jonathan mengatakan, anak asuhnya yang masih dibawah 23 tahun, bisa memperagakan permainan cepat dan kombinasi serangan lewat sayap. Serhingga, bisa menahan gempur Persisol yang diperkuat para pemain senior. "PSIL bermain lepas dan tekanan sangat dirasakan. Gol balasan tercipta karena kesalahan kecil saja," Ungkapnya. Sementara itu, H. Thoriq, Meneger PSIL, mengaku puas dengan permainan anak asuhnya untuk persiapan menghadapi Turnamen Bulan Berkujung Jember (BBJ). Meski gagal lolos ke babak kedua Divisi I nasional, Pemainnya masih mampu memperagakan permaian berkelas. "Saya kira sudah maksimal, semoga nanti bisa memberikan kejutan di BBJ," Pungkasnya.(Yd/red)
Laga Uji Coba PSIL vs Persma, 2-0 Untuk Keunggulan PSIL
Lumajang(lumajangsatu.com)- Sebagai persoiapan mengikuti laga di turnamen Bulan Berkunjung Jember 2013, PSIL Lumajang melakukan uji coba dengan klub di Malang. PSIL yang diperkuat pemain para pemaian dari Divisi I Nasional berhasil mengalahkan Persma klub internal Persema Malang dengan skor 2-0 di stadion Bulu Lawang. Dua gol PSIL di sumbangkan Nurhuda dan Irawan. Laga uji coba pertama tim Asuhan pelatih, Jonathan Agus Prihatno sebelum main di tanggal 6 September 2013 dinilai sangat cukup bagus. "Di laga uji coba ini anak-anak tune in, meski baru kumpul lagi," ujar Asisiten pelatih PSIL, Wahyu Mustakim, Minggu (24/08/2013). Karena tim-tim yang akan hadapi memiliki pemain bagus seperti PON Jatim, Jember United jawara Divisi III Nasional 2012, Persekapas dan Persikapro, maka PSIL akan menerapkan permaian catenacio. "Kita akan tetap gunakan strategi seperti divisi I kemarin yang gagal lolos di grup 8 di Sidoarjo," Pungkasnya.(Yd/red)
PSIL Ditantang Klub Se Tapal Kuda dan PON Jatim
Lumajang(lumajangsatu.com)-PSIL lumajang akan berlaga di turnamen Bulan Berkunjung Jember (BBJ) . Sementara lawan yang akan dihadapi Persikapro, Persekabpas, Persebo Muda Bondowoso, Jember United dan PON Jatim. Klub kebanggan masyarakat Lumajang dengan julukan "Laskar Wirabhumi/ Bledug Semeru" akan tetap menggunakan para pemain yang berlaga di divisi I Nasional. Namun, akan ditambah dengan sejumlah pemain yang kemarin gagal ikut ke kompetisi I divisi I Nasional. Ketua dan Manajer PSIL, H.Thoriq mengatakan, keikutsertaan di turnamen BBJ dikarenakan, lawan yang dihadapi memiliki kemampuan lebih dan peserta kompetisi PSSI. Sehingga, sangat bagus bagi anak Lumajang untuk mengasah kemampuannya. "Pelatih tetap Jonathan dengan assisten Wahyu Mustakim, tidak jauh beda di Divisi I nasional," terangnya. Manajemen PSIL berharap, bagi pemain yang terpilih bisa mengambil pelajaran di turnamen khusus tim di tapal kuda. Namun, adanya tim PON Jatim, akan semakin menambah ketatnya persaingan.(yan/red)
Aklamasi, Ngateman Nahkodai Pengcab PSSI Lumajang
Lumajang(lumajangsatu.com)- Nahkoda Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) Kabupaten Lumajang berganti dengan yang baru. Dalam Musyawarah Cabang Luar Biasa (MUSCABLUB) di Hall Amanda Lumajang, Sabtu (03/07/2013), menetapkan Ngateman sebagai Ketua Pengcab PSSI Lumajang secara aklamis dengan 20 peserta Muscablub. Acara yang langsung didatangi jajaran PSSI Jawa Timur, KONI Lumajang, PSIL Lumajang, klub lokal Divisi Utama dan Satu PSSI Lumajang, dan undangan lainnya. Menetapkan Ngateman terpilih sebagai Ketua Pengcab PSSI Lumajang tahun 2013-2017 secara aklamasi dari para pemegang hak suara. Dalam sambutannya, Ketua Pengcab PSSI Lumajang terpilih menggaku siap memajukan sepakbola Lumajang. Dihadapan pengurus Club Lokal dirinya mengajak agar selurh kebijakan yang ia keluartkan untuk memajukan persepak bolaan Lumajang harus selalu didukun. "Saya berharap agar setiap kebijakan selalu didukung oleh seluruh Club Lokal," Ujarnya usai terpilih. Ia Juga tak lupa mengucapkan terimakasih kepada seluruh pemilik suara dan seluruh yang hadir dalam musyawarah tersebut. Ia juga akan rutin melakukan pembinaan kepada Club Lokal guna memajukan sepak bola Lumajang. "Setiap empat bulan minimal kita bantu bola, dan kostim Club," Pungkanys.(Yd/red)
Gagal Ke Divisi Utama, PSIL Dibubarkan
Lumajang - PSIL Lumajang yang gagal melaju ke babak ke-2 Divisi I Nasional dan tidak memenuhi target ke Divisi Utama 2014. Klub kebangga Lumajag dibubarkan dan akan membentuk tim tangguh mengarungi divisi I Nasioal 2014. Kegagalan PSIL melaju ke Kasta lebih tinggi, akan menjadi pelajaran dan cambuk utuk bisa berprestasi lagi. "Kalau sebelumnya naik kasta terus dari Divisi III ke II dan II ke I, ini pelajaran," terang Manajer PSIL Lumajang, H. Thoriq. Mneurut dia, untuk menjadikan PSIL tangguh perlu disokong oleh pemain lokal hasil binaan anggota klub PSSI Lumajang. Pasalnya, banyak pemain lokal yang belum memiliki mental bermain dikompetisi kompetitif. "Saya mohon maaf bila harus menggunakan pemain luar Lumajang, karena sejumlah klub di Divisi I nasional juga melakukan yang sama untuk bisa melaju terus,"ungkapnya. Dengan dibubarkan tim PSIL divisi I Nasional 2013, Manajer menyerahkan pada Pengkab PSSI Lumajang selaku pemilik dan penanggung jawab. Dalam prosesi pembubaran juga dihadiri oleh Pemain PSIL, Supporter, Anggota Klub PSSI, Pengurus PSSI, KONI dan Kanpora.(yan)
Tamu-tamu dari Eropa yang Tak Memberi Manfaat
Tur pra-musim klub-klub Eropa ke Asia, Afrika dan Amerika Utara adalah sebuah konsekuensi sepak bola modern yang tak terelakkan. Atas nama penggemar, para perusahaan sepak bola ini menggelar tur ke berbagai belahan dunia. Meminjam kata-kata Zen Rachmat Sugito, klub-klub ini menggelar pentas laiknya bintang-bintang pop menggelar konser. Semua atas nama penggemar, padahal kita tahu, semua dilakukan atas nama laba, brand image dan kepentingan ekonomi lain. Dengan sekitar 250 juta penduduk yang sebagian besar menggilai sepak bola, Indonesia jelas menjadi sasaran empuk klub-klub yang selama ini hanya bisa dinikmati aksinya lewat layar kaca. Angka statistik jumlah penggemar menjadi legitimasi klub-klub ini untuk menggelar pentasnya di Indonesia. Situasi ini tidak bertepuk sebelah tangan karena di Indonesia sendiri, promotor berlomba-lomba mendatangkan klub-klub atau setidaknya bintang-bintang sepak bola Eropa tersebut. Siapa tak tergiur melihat potensi laba yang bisa didapat dari hasil mendatangkan idola-idola tersebut? Mendatangkan klub-klub dengan basis massa besar seperti Internazionale, Arsenal, Chelsea dan Liverpool tentu menjanjikan penjualan tiket yang mengesankan bukan? Pertandingan akal-akalan pun kemudian digelar. Dengan menyematkan label All-Stars, Dream Team, Selection atau Indonesia XI, tim yang bermaterikan pemain-pemain tim nasional pun diadu dengan bintang-bintang dari negeri nun jauh di sana tersebut. Karena memang kalah kelas, tim kita kemudian kalah. Sering kali dengan skor telak, seperti yang terjadi di pertandingan melawan Arsenal, hari Minggu (14/7) lalu. Saat itu Indonesia yang diisi pemain timnas kalah 0-7. Meski begitu, semua bersorak. Tak masalah tim Indonesia kalah, asalkan bisa menyaksikan idola-idola dari Eropa berlaga di depan mata. Apresiasi sekadarnya diberikan. Tim Indonesia sudah mengeluarkan kemampuan terbaiknya bla, bla, bla. Lalu kemudian, ketika pujian palsu dilontarkan dari kubu tamu, hati kita dengan mudah terpuaskan. Kata mereka, kita punya potensi, kita punya masa depan cerah dan semacamnya. Iya, memang. Lantas apa? Setelah para tamu yang dipuja itu pergi, keadaan kembali normal. Tidak ada bekas konkret yang benar-benar mereka tinggalkan. Semuanya semu. Memang betul pemain-pemain kita bisa mendapat pengalaman. Pun demikian dengan para penggemar yang terpuaskan dahaganya. Tapi sepak bola kita dapat apa? Apakah pengalaman seperti itu yang dibutuhkan para pemain kita? Apakah sorak-sorai macam itu yang benar-benar dirindukan Rasanya tidak. Sepak bola kita tidak membutuhkan pertandingan-pertandingan macam itu. Bayangkan, pemain-pemain kita dikirim ke medan perang palsu untuk kemudian dibantai, dicerca, dan ditertawakan? Apa yang didapat sepak bola kita dari laga konyol semacam itu? Sesekali silakan, tapi untuk terus-menerus seperti itu, apa artinya? Mengapa tim nasional kita tidak dihadapkan saja pada tim dari negara-negara yang kekuatannya seimbang dengan kita? Tentunya, masukkan itu ke agenda resmi FIFA. Dalam satu tahun kompetisi, ada 12-13 agenda FIFA untuk laga tim nasional, baik itu kualifikasi turnamen konfederasi, Piala Dunia, maupun ajang ujicoba. Berapa banyak yang kita gunakan? Nyaris tidak pernah. Kemarin kita memang sempat menghadapi Belanda di ajang ujicoba resmi, tetapi pertandingan melawan Belanda itupun esensinya nyaris sama dengan pertandingan melawan klub-klub Eropa. Mereka datang ke sini sebagai idola. Tidak ada pelajaran berarti yang bisa kita petik dari sana karena sudah jelas terlihat bahwa memang kita kalah kelas dan hampir tidak mungkin menang. Analisis model apa pun akan sia-sia untuk mengevaluasi tim nasional kita kalau lawan yang dihadapi seperti itu. Seandainya kita bertanding melawan negara-negara yang sama buruknya dengan kita, baru di situ akan terlihat apa saja yang menjadi kelebihan dan kekurangan kita. Tapi sudahlah, toh mereka yang berwenang mengurusi ini semua tetap akan bergeming. Bagi mereka, untuk apa kita bertanding melawan Tahiti, Kaledonia Baru, Liechstenstein, Kanada, atau semacamnya? Tidak menguntungkan! Tidak ada nama besar yang bisa dijual! Tiket tidak akan laku! Semua serba mendadak, semuanya dilakukan tanpa perencanaan matang, dan semuanya tidak mendatangkan manfaat nyata. Jadwal liga dibuat seenak perut mereka yang punya liga. Jadwal berlaga tim nasional menjadi korban. Sekarang, di sela-sela kompetisi pun, para pemain itu dipaksa untuk meladeni tamu-tamu yang hanya akan menertawakan kita di kamar hotel dan pesawatnya seusai mempermalukan kita. Untuk manfaat nyata, semua bilang tidak menguntungkan. Untuk semata urusan uang, tiba-tiba semua terlihat serius. Sebetulnya, kedatangan tim-tim serta bintang-bintang dari Eropa itu tidak akan terlalu bermasalah asalkan tim nasional tidak terkebiri oleh kebodohan dan ketidakpedulian pengurus sepak bola kita. Kita selalu mengeluh tatkala FIFA merilis daftar peringkat tim nasional terbaru dan mendapati peringkat kita terus melorot, tetapi solusi konkret atas permasalahan ini tidak pernah ter(di)realisasikan. Ini sama saja mengeluh lapar tetapi malas mencari makan. Secara berkala, FIFA terus mengingatkan semua tim nasional di dunia ini untuk berbenah. Peringkat FIFA memang bukan segalanya, tetapi itu adalah cerminan apa yang sudah diraih persepakbolaan suatu negara. Di rilisan peringkat FIFA terakhir, Skotlandia bisa melonjak naik 24 tingkat ke peringkat 50 karena mereka serius berbenah. Kita tetap ada di peringkat 168 karena merasa sudah hebat dan hanya layak berlaga melawan bintang-bintang dari Eropa itu. Luar biasa sekali. Kita harusnya ingat. Juara Piala AFF sekali pun kita belum pernah. Prestasi terbaik tim nasional kita dalam 10 tahun terakhir hanya mengalahkan Bahrain 2-1 di Piala Asia 2007, tetapi dengan itu pun kita gagal lolos dari fase grup lantaran kalah dari Arab Saudi dan Korea Selatan. Sekarang, lolos ke Piala Asia saja kita kesulitan. Sebagai perbandingan, Jepang, tim terbaik Asia saja, belum ada apa-apanya di tingkat dunia meskipun mereka sempat merepotkan Italia di Piala Konfederasi lalu. Untuk mendekati Jepang saja rasanya waktu 10 tahun tidak akan cukup bagi kita. Ah, jangankan Jepang. Menahan laju Malaysia, Singapura, Vietnam, Thailand, bahkan Timor Leste saja kita kelabakan. Lalu dengan situasi ini kita masih lebih memprioritaskan untuk menghadapi tim-tim Eropa yang semata-mata pamer kekuatan? Ini semua soal prioritas. Kita harus lebih jeli memilah mana yang benar-benar penting dan mana yang bisa dikesampingkan. Muara terakhir persepakbolaan suatu negara adalah tim nasional. Sekarang untuk apa melakoni kompetisi kalau kualitas tim nasional tidak pernah diuji secara berkala? Alih-alih diuji dan dievaluasi, tim nasional kita, dengan label apa pun, pada akhirnya hanya diumpankan pada singa-singa lapar nan arogan dari Eropa. Kita memang memiliki potensi. Siapa pun punya potensi. Tetapi apa artinya potensi tanpa realisasi? Ditulis oleh: Yoga Cholandha (yahoo.com)
PSIL Bertahan di Divisi 1 Nasional
Lumajang- Setelah ditaklukkan 3-1 oleh Perseden Denpasar, maka pupus harapan PSIL untuk melaju pada babak berikutnya di divisi 1 Nasinal. Menurut Jonatan, Pelatih PSIL, meski tidak bisa masuk pada babak berikutnya PSIL tetap aman dari zona degradasi, sehingga PSIL tetap bisa berlaga pada tahun berikutnya. Sebagai pelatih, dirinya selalu memotifasi para pemaian bahwa PSIL harus bisa lolos pada divisi utama. Sehingga dengan motivasi tersebut para pemain akan bersemangat dalam menjalani setiap laga. Namun, Jonatan mengakui bahwa materi pemain PSIL masih rata-rata muda, sehingga sangat minim sekali dengan pengalaman bertanding di divisi 1. "Pemaian PSIL memang rata-rata muda an minim pengalaman," uajrnya, Rabu (36/06/2013). Terkait dengan menejmen, ia mneyatakan bahwa menejmen tidak ingin instan dalam mengambil pemaian. Menejmen lebih menginginkan bisa mencetak para pemain dari usia muda. Ia juga mengkritisi model pembinaan para pemaian usia muda di Lumajang. "Menejmen tidak ingin instan memilih pemian," Pungkasya.(Yd/red)
PSIL Siap Ikuti Laga Divisi 1 Nasional di Sidoarjo
Lumajang- Setelah sukses mebawa PSIL masuk divisi 1 Nasional, meneger PSIL H. Toriq bersama menejmen juga bertekad agar PSIL bisa menjadi kebanggaan orang Lumajang dengan masuk divisi utama PSSI. Namun, jika tidak memungkinkan maka PSIL harus tetap bisa bertahan di divisi 1 Nasional. Dalam lounching PSIL yang ditemuai langsung oleh Bupati, meneger PSIL menyatakan, masuknya PSIL di divisi 1 Nasional, rasanya sudah seperti mimpi. Namun, berkat kerja keras dari pemaian local yang mulai dari divisi tiga hingga divsisi satu tetap semangat untuk memeprkuat PSIL, akhiya mimpi itu bisa menjadi kenyataan. "Berkat kerja keras para pemaian, pelatih dan menejmen, akhinya mimpi itu bisa jadi kenyataan," Ujar H. Toriq, Kamis (13/06/2013). Dalam laga yang kan digelar pada tanggal 16 Juni di Sidoarjo PSIL akan menghadapi beberap lawan dari luar pulau jawa. Yakni, Denpasar Bali, Bima, Nusa Tenggara Barat, Sumbawa, Surabaya muda dan Sidoarjo. Dari tujuh tim yang akan bertanding akan lolos dua tim untuk melaju pada babak berikuitnya. Sementara itu, Bupati Lumajang, Sjahrazad Masdar juga ikut memberikan semangat kepada tim PSIL agar bisa masuk Divisi utama. Menurutnya, cita-cita dirinya sejak menjadi buptai Lumajang ingin PSIL bisa masuk Divisi Utama dari awalnya hanya berada di Divisi 3. "PSIL bisa masuk ke Divisi utama menjadi harapan saya saat menjadi bupati Lumajang," Ujar Masdar saat menemui para pemain PSIL.(Yd/red)
Laga Uji Coba Pertama, Pelatih PSIL Belum Puas Permainan Skuad Laskar Wirabhumi
Lumajang- Laga Ujicoba perdana PSIL Vs Mustikatama FC dimenangkan klub kebanggan The Bles Mania dengan skor telah 4-1 di Stadion Semeru, Selasa(23/4/2013). Gol PSIL dicetak oleh, Arta, Agus, Wawan dan Dean. Jalannya pertandingan dibabak pertama, PSIL melakukan serangan menit awal ke jantung pertahanan mustikatama FC. Ketenangan pemain belakang, klub yang dipromotori pabrik kayu "Mustikatama", serangan PSIL dimentahkan. Jual beli serang terjadi dan aliran bola hanya ditengah. PSIL melakukan serangan dari sayap kanan dan Yoyok mengoper bola di depan gawang disambut sundulan oleh arta dan gol dimenit 37. Tertinggal satu gola, Mustikatama melakukan serangan dimenit akhir laga dan terciptalah gol. Peluit panjang ditiup wasit, skor 1-1 dibabak pertama. Babak kedua, PSIL langsung menyerang dimenit awal dengan mengobrak-abrik pertahanan Mustikatama. Lincahnya duo penyerang Sugeng dan Wawan, membuat PSIL dihadiahi 2 pinalti masing gol diciptakan Agus dimenit 60 dan Wawan di menit 72. Unggul gol, Laskar Wirabhumi semakin semangat menambah perbendaharaan gol dengan mengobrak-abrik pertahanan dari segala penjuru. Akhirnya, Dean menciptakan gol diakhir injury time dengan merangsek dari kanan hingga depan gawang. Skor 4-1 keunggul PSIL bertahan hingga peluit panjang ditiup wasit. Pelatih PSIL, Jonathan mengaku belum puas dengan hasil permainan dan koordinasi antar lini pemain. Pasalnya, pengoorganisasian tidak berjalan sesuai latihan dan banyak pemain melakukan kesalahan dasar dalam bermain bola. "Jujur ada perbedaan yang mencolok antara tim yang diturunkan pertama dengan kedua," terangnya. Pelatih mengakui ujicoba pertama, mental pemain masih rendah dan gugup, tetapi bukan alasan untuk pemain divisi I Nasional.(Yd/red)