Lumajang - PSIL Lumajang yang gagal melaju ke babak ke-2 Divisi I Nasional dan tidak memenuhi target ke Divisi Utama 2014. Klub kebangga Lumajag dibubarkan dan akan membentuk tim tangguh mengarungi divisi I Nasioal 2014. Kegagalan PSIL melaju ke Kasta lebih tinggi, akan menjadi pelajaran dan cambuk utuk bisa berprestasi lagi. "Kalau sebelumnya naik kasta terus dari Divisi III ke II dan II ke I, ini pelajaran," terang Manajer PSIL Lumajang, H. Thoriq. Mneurut dia, untuk menjadikan PSIL tangguh perlu disokong oleh pemain lokal hasil binaan anggota klub PSSI Lumajang. Pasalnya, banyak pemain lokal yang belum memiliki mental bermain dikompetisi kompetitif. "Saya mohon maaf bila harus menggunakan pemain luar Lumajang, karena sejumlah klub di Divisi I nasional juga melakukan yang sama untuk bisa melaju terus,"ungkapnya. Dengan dibubarkan tim PSIL divisi I Nasional 2013, Manajer menyerahkan pada Pengkab PSSI Lumajang selaku pemilik dan penanggung jawab. Dalam prosesi pembubaran juga dihadiri oleh Pemain PSIL, Supporter, Anggota Klub PSSI, Pengurus PSSI, KONI dan Kanpora.(yan)
Olah Raga
Tamu-tamu dari Eropa yang Tak Memberi Manfaat
Tur pra-musim klub-klub Eropa ke Asia, Afrika dan Amerika Utara adalah sebuah konsekuensi sepak bola modern yang tak terelakkan. Atas nama penggemar, para perusahaan sepak bola ini menggelar tur ke berbagai belahan dunia. Meminjam kata-kata Zen Rachmat Sugito, klub-klub ini menggelar pentas laiknya bintang-bintang pop menggelar konser. Semua atas nama penggemar, padahal kita tahu, semua dilakukan atas nama laba, brand image dan kepentingan ekonomi lain. Dengan sekitar 250 juta penduduk yang sebagian besar menggilai sepak bola, Indonesia jelas menjadi sasaran empuk klub-klub yang selama ini hanya bisa dinikmati aksinya lewat layar kaca. Angka statistik jumlah penggemar menjadi legitimasi klub-klub ini untuk menggelar pentasnya di Indonesia. Situasi ini tidak bertepuk sebelah tangan karena di Indonesia sendiri, promotor berlomba-lomba mendatangkan klub-klub atau setidaknya bintang-bintang sepak bola Eropa tersebut. Siapa tak tergiur melihat potensi laba yang bisa didapat dari hasil mendatangkan idola-idola tersebut? Mendatangkan klub-klub dengan basis massa besar seperti Internazionale, Arsenal, Chelsea dan Liverpool tentu menjanjikan penjualan tiket yang mengesankan bukan? Pertandingan akal-akalan pun kemudian digelar. Dengan menyematkan label All-Stars, Dream Team, Selection atau Indonesia XI, tim yang bermaterikan pemain-pemain tim nasional pun diadu dengan bintang-bintang dari negeri nun jauh di sana tersebut. Karena memang kalah kelas, tim kita kemudian kalah. Sering kali dengan skor telak, seperti yang terjadi di pertandingan melawan Arsenal, hari Minggu (14/7) lalu. Saat itu Indonesia yang diisi pemain timnas kalah 0-7. Meski begitu, semua bersorak. Tak masalah tim Indonesia kalah, asalkan bisa menyaksikan idola-idola dari Eropa berlaga di depan mata. Apresiasi sekadarnya diberikan. Tim Indonesia sudah mengeluarkan kemampuan terbaiknya bla, bla, bla. Lalu kemudian, ketika pujian palsu dilontarkan dari kubu tamu, hati kita dengan mudah terpuaskan. Kata mereka, kita punya potensi, kita punya masa depan cerah dan semacamnya. Iya, memang. Lantas apa? Setelah para tamu yang dipuja itu pergi, keadaan kembali normal. Tidak ada bekas konkret yang benar-benar mereka tinggalkan. Semuanya semu. Memang betul pemain-pemain kita bisa mendapat pengalaman. Pun demikian dengan para penggemar yang terpuaskan dahaganya. Tapi sepak bola kita dapat apa? Apakah pengalaman seperti itu yang dibutuhkan para pemain kita? Apakah sorak-sorai macam itu yang benar-benar dirindukan Rasanya tidak. Sepak bola kita tidak membutuhkan pertandingan-pertandingan macam itu. Bayangkan, pemain-pemain kita dikirim ke medan perang palsu untuk kemudian dibantai, dicerca, dan ditertawakan? Apa yang didapat sepak bola kita dari laga konyol semacam itu? Sesekali silakan, tapi untuk terus-menerus seperti itu, apa artinya? Mengapa tim nasional kita tidak dihadapkan saja pada tim dari negara-negara yang kekuatannya seimbang dengan kita? Tentunya, masukkan itu ke agenda resmi FIFA. Dalam satu tahun kompetisi, ada 12-13 agenda FIFA untuk laga tim nasional, baik itu kualifikasi turnamen konfederasi, Piala Dunia, maupun ajang ujicoba. Berapa banyak yang kita gunakan? Nyaris tidak pernah. Kemarin kita memang sempat menghadapi Belanda di ajang ujicoba resmi, tetapi pertandingan melawan Belanda itupun esensinya nyaris sama dengan pertandingan melawan klub-klub Eropa. Mereka datang ke sini sebagai idola. Tidak ada pelajaran berarti yang bisa kita petik dari sana karena sudah jelas terlihat bahwa memang kita kalah kelas dan hampir tidak mungkin menang. Analisis model apa pun akan sia-sia untuk mengevaluasi tim nasional kita kalau lawan yang dihadapi seperti itu. Seandainya kita bertanding melawan negara-negara yang sama buruknya dengan kita, baru di situ akan terlihat apa saja yang menjadi kelebihan dan kekurangan kita. Tapi sudahlah, toh mereka yang berwenang mengurusi ini semua tetap akan bergeming. Bagi mereka, untuk apa kita bertanding melawan Tahiti, Kaledonia Baru, Liechstenstein, Kanada, atau semacamnya? Tidak menguntungkan! Tidak ada nama besar yang bisa dijual! Tiket tidak akan laku! Semua serba mendadak, semuanya dilakukan tanpa perencanaan matang, dan semuanya tidak mendatangkan manfaat nyata. Jadwal liga dibuat seenak perut mereka yang punya liga. Jadwal berlaga tim nasional menjadi korban. Sekarang, di sela-sela kompetisi pun, para pemain itu dipaksa untuk meladeni tamu-tamu yang hanya akan menertawakan kita di kamar hotel dan pesawatnya seusai mempermalukan kita. Untuk manfaat nyata, semua bilang tidak menguntungkan. Untuk semata urusan uang, tiba-tiba semua terlihat serius. Sebetulnya, kedatangan tim-tim serta bintang-bintang dari Eropa itu tidak akan terlalu bermasalah asalkan tim nasional tidak terkebiri oleh kebodohan dan ketidakpedulian pengurus sepak bola kita. Kita selalu mengeluh tatkala FIFA merilis daftar peringkat tim nasional terbaru dan mendapati peringkat kita terus melorot, tetapi solusi konkret atas permasalahan ini tidak pernah ter(di)realisasikan. Ini sama saja mengeluh lapar tetapi malas mencari makan. Secara berkala, FIFA terus mengingatkan semua tim nasional di dunia ini untuk berbenah. Peringkat FIFA memang bukan segalanya, tetapi itu adalah cerminan apa yang sudah diraih persepakbolaan suatu negara. Di rilisan peringkat FIFA terakhir, Skotlandia bisa melonjak naik 24 tingkat ke peringkat 50 karena mereka serius berbenah. Kita tetap ada di peringkat 168 karena merasa sudah hebat dan hanya layak berlaga melawan bintang-bintang dari Eropa itu. Luar biasa sekali. Kita harusnya ingat. Juara Piala AFF sekali pun kita belum pernah. Prestasi terbaik tim nasional kita dalam 10 tahun terakhir hanya mengalahkan Bahrain 2-1 di Piala Asia 2007, tetapi dengan itu pun kita gagal lolos dari fase grup lantaran kalah dari Arab Saudi dan Korea Selatan. Sekarang, lolos ke Piala Asia saja kita kesulitan. Sebagai perbandingan, Jepang, tim terbaik Asia saja, belum ada apa-apanya di tingkat dunia meskipun mereka sempat merepotkan Italia di Piala Konfederasi lalu. Untuk mendekati Jepang saja rasanya waktu 10 tahun tidak akan cukup bagi kita. Ah, jangankan Jepang. Menahan laju Malaysia, Singapura, Vietnam, Thailand, bahkan Timor Leste saja kita kelabakan. Lalu dengan situasi ini kita masih lebih memprioritaskan untuk menghadapi tim-tim Eropa yang semata-mata pamer kekuatan? Ini semua soal prioritas. Kita harus lebih jeli memilah mana yang benar-benar penting dan mana yang bisa dikesampingkan. Muara terakhir persepakbolaan suatu negara adalah tim nasional. Sekarang untuk apa melakoni kompetisi kalau kualitas tim nasional tidak pernah diuji secara berkala? Alih-alih diuji dan dievaluasi, tim nasional kita, dengan label apa pun, pada akhirnya hanya diumpankan pada singa-singa lapar nan arogan dari Eropa. Kita memang memiliki potensi. Siapa pun punya potensi. Tetapi apa artinya potensi tanpa realisasi? Ditulis oleh: Yoga Cholandha (yahoo.com)
PSIL Bertahan di Divisi 1 Nasional
Lumajang- Setelah ditaklukkan 3-1 oleh Perseden Denpasar, maka pupus harapan PSIL untuk melaju pada babak berikutnya di divisi 1 Nasinal. Menurut Jonatan, Pelatih PSIL, meski tidak bisa masuk pada babak berikutnya PSIL tetap aman dari zona degradasi, sehingga PSIL tetap bisa berlaga pada tahun berikutnya. Sebagai pelatih, dirinya selalu memotifasi para pemaian bahwa PSIL harus bisa lolos pada divisi utama. Sehingga dengan motivasi tersebut para pemain akan bersemangat dalam menjalani setiap laga. Namun, Jonatan mengakui bahwa materi pemain PSIL masih rata-rata muda, sehingga sangat minim sekali dengan pengalaman bertanding di divisi 1. "Pemaian PSIL memang rata-rata muda an minim pengalaman," uajrnya, Rabu (36/06/2013). Terkait dengan menejmen, ia mneyatakan bahwa menejmen tidak ingin instan dalam mengambil pemaian. Menejmen lebih menginginkan bisa mencetak para pemain dari usia muda. Ia juga mengkritisi model pembinaan para pemaian usia muda di Lumajang. "Menejmen tidak ingin instan memilih pemian," Pungkasya.(Yd/red)
PSIL Siap Ikuti Laga Divisi 1 Nasional di Sidoarjo
Lumajang- Setelah sukses mebawa PSIL masuk divisi 1 Nasional, meneger PSIL H. Toriq bersama menejmen juga bertekad agar PSIL bisa menjadi kebanggaan orang Lumajang dengan masuk divisi utama PSSI. Namun, jika tidak memungkinkan maka PSIL harus tetap bisa bertahan di divisi 1 Nasional. Dalam lounching PSIL yang ditemuai langsung oleh Bupati, meneger PSIL menyatakan, masuknya PSIL di divisi 1 Nasional, rasanya sudah seperti mimpi. Namun, berkat kerja keras dari pemaian local yang mulai dari divisi tiga hingga divsisi satu tetap semangat untuk memeprkuat PSIL, akhiya mimpi itu bisa menjadi kenyataan. "Berkat kerja keras para pemaian, pelatih dan menejmen, akhinya mimpi itu bisa jadi kenyataan," Ujar H. Toriq, Kamis (13/06/2013). Dalam laga yang kan digelar pada tanggal 16 Juni di Sidoarjo PSIL akan menghadapi beberap lawan dari luar pulau jawa. Yakni, Denpasar Bali, Bima, Nusa Tenggara Barat, Sumbawa, Surabaya muda dan Sidoarjo. Dari tujuh tim yang akan bertanding akan lolos dua tim untuk melaju pada babak berikuitnya. Sementara itu, Bupati Lumajang, Sjahrazad Masdar juga ikut memberikan semangat kepada tim PSIL agar bisa masuk Divisi utama. Menurutnya, cita-cita dirinya sejak menjadi buptai Lumajang ingin PSIL bisa masuk Divisi Utama dari awalnya hanya berada di Divisi 3. "PSIL bisa masuk ke Divisi utama menjadi harapan saya saat menjadi bupati Lumajang," Ujar Masdar saat menemui para pemain PSIL.(Yd/red)
Laga Uji Coba Pertama, Pelatih PSIL Belum Puas Permainan Skuad Laskar Wirabhumi
Lumajang- Laga Ujicoba perdana PSIL Vs Mustikatama FC dimenangkan klub kebanggan The Bles Mania dengan skor telah 4-1 di Stadion Semeru, Selasa(23/4/2013). Gol PSIL dicetak oleh, Arta, Agus, Wawan dan Dean. Jalannya pertandingan dibabak pertama, PSIL melakukan serangan menit awal ke jantung pertahanan mustikatama FC. Ketenangan pemain belakang, klub yang dipromotori pabrik kayu "Mustikatama", serangan PSIL dimentahkan. Jual beli serang terjadi dan aliran bola hanya ditengah. PSIL melakukan serangan dari sayap kanan dan Yoyok mengoper bola di depan gawang disambut sundulan oleh arta dan gol dimenit 37. Tertinggal satu gola, Mustikatama melakukan serangan dimenit akhir laga dan terciptalah gol. Peluit panjang ditiup wasit, skor 1-1 dibabak pertama. Babak kedua, PSIL langsung menyerang dimenit awal dengan mengobrak-abrik pertahanan Mustikatama. Lincahnya duo penyerang Sugeng dan Wawan, membuat PSIL dihadiahi 2 pinalti masing gol diciptakan Agus dimenit 60 dan Wawan di menit 72. Unggul gol, Laskar Wirabhumi semakin semangat menambah perbendaharaan gol dengan mengobrak-abrik pertahanan dari segala penjuru. Akhirnya, Dean menciptakan gol diakhir injury time dengan merangsek dari kanan hingga depan gawang. Skor 4-1 keunggul PSIL bertahan hingga peluit panjang ditiup wasit. Pelatih PSIL, Jonathan mengaku belum puas dengan hasil permainan dan koordinasi antar lini pemain. Pasalnya, pengoorganisasian tidak berjalan sesuai latihan dan banyak pemain melakukan kesalahan dasar dalam bermain bola. "Jujur ada perbedaan yang mencolok antara tim yang diturunkan pertama dengan kedua," terangnya. Pelatih mengakui ujicoba pertama, mental pemain masih rendah dan gugup, tetapi bukan alasan untuk pemain divisi I Nasional.(Yd/red)
Hari Pertama, Seleksi Divisi I PSIL Masih Sepi Peminat
Lumajang-Seleksi awal pemain PSIL divisi I Nasional di Stadion Semeru Lumajang, Rabu(03/04/2013) sepi peminat. Pasalnya seleksi hanya diikuti oleh 45 pemain lokal yang dari segi skil dan permainan belum ada yang menonjol. "Mungkin hari pertama, pemain Lumajang masih malu," kata Jonathan Agus Prihatno, pelatih PSIL. Dari hasil pengamatan, dari 45 pemain hanya ada dua pemain lokal yang menonjol dan bila dipoles bisa menjadi pemain hebat. Dirinya berharap para pemilik klub internal PSIL bisa menyumbangkan pemain untuk ikut seleksi. "Saya tidak ingin kuantitas, melainkan kualitas pemain Lumajang," terang mantan pelatih Persru persrui dan Persekam Metro itu. Untuk mencari pemain lokal yang berkualitas, tambah Jonathan, pihaknya akan memperpanjang seleksi hingga Sabtu (06/04). Sehingga, para pemain bisa menunjukan kualitas sebenarnya. "Kompetisi divisi I amat berat, jadi berharap pemain lokal Lumajang bertaji membawa PSIL ke jenjang lebih tinggi dikompetisi Nasional," terangnya. Sementara, Ketua Umum PSIL Lumajang, H. Thoriq Alkatiri berharap pemain lokal Lumajang memperkuat klub kebanggaannya. Sehingga, pemain bola Lumajang bisa bertaji dan menghiasi kompetisi profesional baik Nasional dan Luar negeri. "Kami manajemen ingin mengangkat prestasi sepak bola Lumajang," pungkasnya.(Yd/red)
Kesulitan Dana, Persid Dijual dan Dibanderol Rp 5-10 Miliar
Jember- Persid Jember bisa saja dijual ke pihak lain, bila pengurus tak bisa mendanai klub ini berkompetisi tahun 2013. Berapa harga atau banderol klub berjuluk Macan Raung ini jika dijual? "Paling tidak antara Rp 5-10 miliar," kata Ketua Umum Persid Sunardi. Menjual klub adalah opsi terakhir, jika tidak ada kepedulian dari semua pihak terhadap Persid. Sunardi ingin bertemu dengan Bupati MZA Djalal dan para pengusaha Jember, untuk membicarakan solusi pembiayaan bersama untuk Persid. Tahun depan, Persid membutuhkan dana Rp 2 miliar untuk berkompetisi di Divisi Utama PT Liga Indonesia. "Kalau dibebankan ke saya sebagai ketua umum dan manajer sementara, kan jadi persoalan," katanya. Jika Persid benar-benar dijual, maka uang hasil penjualan akan diterima oleh Yayasan Persid Jember. "Nanti uangnya dikelola membentuk tim baru lagi. Mulai dari bawah lagi," kata Sunardi. Sunardi mengingatkan, Persid menargetkan diri naik kasta dari Divisi Utama ke Liga Super Indonesia."Kita akan merapatkan barisan dan dukungann kepada Persid. Tapi kalau semua merasa berat, ya dijual tidak masalah," katanya.(lsc/jat)
Innalillahi.. Pentolan Aremania Wafat
Malang - Kabar duka menyelimuti suporter fanatik Arema, yakni Aremania. Salah satu tokoh Aremania Ponidi atau yang kerap disapa Tembel koordinator wilayah (korwil) Stasiun telah meninggal dunia, lantaran mengalami kecelakaan di Sumberpucung Kabupaten Malang, Minggu (23/12/2012) kemarin. Kini jenazah pentolan Aremania itu telah dibawa ke rumah duka di Jalan Sumpil Kota Malang dan segera dimakamkan. Media Officer Arema Indonesia yang berlaga di ISL, Sudarmaji mengaku sangat kehilangan sosok Ponidi 'Tembel'. "Kami sangat berduka , dedikasi alhamarhum luar biasa untuk Aremania dan Arema," ujar Sudarmaji pada beritajatim.com, Senin (24/12/2012) pagi. Menurut pria yang biasa disapa Darmaji ini, banyak kenangan luar biasa yang dilakukan almarhum. Khususnya mengenai perjuangan Tembel untuk mempertahankan Arema agar tetap eksis di ISL. "Saya masih ingat bagaimana dia menjalankan prosesi nadzar untuk memotong rambutnya di pendopo Kabupaten, begitu diumumkan Arema tetep eksis di ISL, bagaimana di setiap kegiatan Arema dia selalu ada," papar Darmaji. Selain itu, sambung Darmaji, Almarhum Ponidi Tembel juga aktif membantu acara untuk Arema, bahkan terakhir ia mendedikasikan pemikirannya untuk berdiskusi dalam acara ultah Aremania di Sawojajar. "Sehari sebelumnya ia juga hadir dalam acara sosialisasi menjelang laga Arema vs Persebaya dan rencana launching 27 Desember mendatang, bahkan menyusun rencana mengajak pengurus datang di pengukuhan Aremania korwil piket nol pada 30 Desember," tutur pria asal Banyuwangi ini. "Mungkin dia orang yg dalam setiap detiknya selalu memikirkan Arema dan Aremania. Selamat jalan nawak, kami yakin dedikasimu tercatat dlm sejarah Arema, dan catatan kebaikan dihadapan Allah SWT. Segenap jajaran manajemen Arema Indonesia isl menyampaikan turut berduka cita atas wafatnya nawak setia kami, semoga segala amal kebaikan, amal pemikiran, dan amal pergerakan almarhun diterima Allah SWT," pungkas Sudarmaji.(lsc/jat)
Divisi Utama PSSI Lumajang Direbut Turangga FC
Tempeh - Keperkasaan Turangga FC bagi klub divisi Utama Kompetisi Pengkab PSSI Lumajang memang luar biasa. Klub yang memiliki sekolah sepak bola dan stok pemain yang banyak, memang menjadi juara adalah hal yang bisa ditiru oleh klub sepak bola di Lumajang. Turangga FC berhasil meraih poin 23 dari 9 kali main, seri 2 kali dan tidak kalah. Bahkan untuk produktifitas gol sangat luar biasa dengan surplus 16 gol yakni memasukan 20 gol dan kemasukan 4 gol. Pelatih Turangga FC, Slamet Sampurno mengatakan, dirinya hanya mengkolaborasikan sejumlah pemain yang berbakat dengan pemain senior. Sehingga, ramuan dan komunikasi memainkan bola sangat efektif untuk memenangkan pertandingan. Ya juara memang tujuan kami, jadi setiap pertandingan harus menang, ungkapnya. Ketua Pengkab PSSI Lumajang, Bambang Hidayat mengaku senang dengan makin kompetitifnya pertandingan dikompetisi divisi Utama. Pasalnya, bagi pemain yang nanti dipantau oleh pemandu bakat akan diseleksi untuk memperkuat PSIL Divisi I Nasional PSSI. Ini memang luar biasa, jelasnya. Turangga FC berada dipuncak klasemenen dengan 25 point dikuntit oleh Mitra Buana FC 17 poin, SSB senduro 17 poin dan Rajawali FC dengan 16 poin. (lsc/red)
Juara Divisi Satu PSSI Lumajang Diraih Kharisma FC
Tempeh - Roda kompetisi divisi satu pengkab PSSI Lumajang telah usai, senin(24/12) sore. Kharisma FC asal Pronojiwo berhasil menjadi juara di kompetisi sepak bola kasta kedua di kabupaten Lumajang. Kharisma FC berhasil meraih 25 poin dari 8 kali menang, seri dan kalah sekali. Wahyu Mustakim, Pelatih Kharisma FC mengatakan, timnya memang tidak mudah untuk bisa menjadi juara divisi satu. Pasalnya, belum banyak pengalaman dan diperkuat oleh pemain muda. "Meski kita menang sebanyak 8 kali, tetapi tidak mudah ditengah kompetisi yang sangat kompetitif," terangnya. Kharisma FC yang diperkuat gelandang serang PSIL, Puguh dan Stiker haus gol Yulius sangat lihai untuk meciptakan setiap peluang. Bahkan sejumlah tim divisi I tidak bisa berbuat banyak untuk mengalahkan tim yang berada di kaki Gunung Semeru. Kharisma FC berhasil mencetak 21 gol dan kemasukan 8 gol. Kharisma FC klub yang paling produktif menciptakan gol.Untuk Posisi kedua dikuasi oleh Putra Garuda FC dengan poin 20, posisi ketiga diraih Patra Jaya dengan poin 18 dan posisi ke empat di kuasai Pandu Putra 17 poin.(lsc)