Klakah - Masyarakat yang tinggal di sekitar Gunung Lemongan Kabupaten Lumajang Rabu siang (13/11) dikagetkan oleh suara mirip ledakan yang disertai gempa. Dari hasil pantauan relawan Laskar Hijau, ledakan dan gempa tersebut terasa di desa Sumberpetung, Kecamatan Ranuyoso, Desa Papringan dan Tegalrandu, Kecamatan Klakah, serta desa Salak, Kecamatan Randuagung pada jam 09.30 wib.
Selanjutnya kejadian serupa sering terjadi hingga jam 21.00, dan masih dimungkinkan terjadi lagi. Dari kejadian tersebut pihak Laskar Hijau mencatat adanya tanah retak di dusun Berca Desa Sumberpetung, dan 2 rumah mengalami keretakan di Blok Sumur, di desa yang sama. Hingga Rabu malam, banyak warga masyarakat yang takut tidur di dalam rumah.
Baca juga: KPU Mulai Distribusikan Logistik Pilkada Lumajang 2024
Menurut ketua Laskar Hijau, A'ak Abdullah Al-Kudus, pihaknya sudah berkoordinasi dengan pihak Pos Pantau Gunung Lemongan yang ada di Gunung Meja. Kepala Pos Pantau Gunung Lemongan, Susanto membenarkan bahwa telah terjadi peningkatan aktivitas kegempaan di Gunung Lemongan. Namun demikian status Gunung Lemongan masih dinyatakan normal.
"Kejadian ini mirip dengan kejadian pada tahun 2012. Di mana gempa terjadi selama berhari-hari. Namun Alhamdulillah tidak sampai terjadi bencana alam," kata A'ak, Kamis (14/11/2019)
Baca juga: Beredar Foto Mesra Mirip Ketua DPRD Lumajang, Masyarakat Peduli Moral dan Pendekar Lapor ke BK Dewan
Selanjutnya A'ak menjelaskan bahwa gempa bumi dan erupsi gunung api merupakan sunnatullah. Seharusnya kita bersyukur karena hal tersebut menandakan bahwa bumi kita ini masih hidup. Jika masyarakat yang tinggal di sekitar gunung api mendapatkan edukasi yang cukup tentang erupsi gunung api beserta dampaknya, maka insyaallah dapat meminimalisir resiko bencana.
Karena gunung api jika akan meletus pasti akan memberikan signal yang bisa ditangkao oleh alat deteksi yang ada di pos pantau. Contoh nyata adalah ketika Gunung Kelud erupsi beberapa tahun lalu, masyarakat yang ada di sekitar gunung Kelud selamat karena mereka memiliki pengetahuan yang cukup.
Baca juga: Euthanasia dan Perawatan Paliatif, Dilema Etik Antara Hak Hidup dan Hak Untuk Mengakhiri Penderitaan
Oleh karena itu, berangkat dari kejadian ini selayaknya Pemerintah Kabupaten Lumajang memperkuat pengetahuan masyarakat yang tinggal di sekitar Gunung Lemongan dan Gunung Semeru dengan meningkatkan kapasitas Destana (Desa Tangguh Bencana) sebagai upaya pengurangan resiko bencana berbasis masyarakat. "Pemerintah harus memebrikan edukasi tentang pengurangan resiko bencana berbasis masyarakat," pungkas A'ak.
Perlu diketahui, gunung Lemongan merupakan salah satu gunung yang unik di dunia, karena karakter letusannya tidak di puncak, melainkan di bagian bawah-bawahnya. Oleh karena itu banyak terdapat ranu (maar) dan gunung kecil (bocha). Total jumlahnya sekitar 60 titik bekas erupsi gunung Lemongan. Pada periode 1799-1899 gunung Lemongan tercatat sebagai gunung paling aktif di Indonesia.(Lh/red)
Editor : Redaksi