Jatiroto - Hujan sejak siang hingga sore (01/03) membuat kawasan Pondok Pesantren Miftahul Ulum (Miful) Banyuputih Kidul (Bakid) Kecamatan Jatiroto terndam banjir. Air mulai masuk kawasan pesantren dengan ketinggian 20-60 cm sekitar pukul 03.00 wib menjelang subuh, Senin (02/03/2020).
Pantauan di lokasi, hingga pukul 07.30 wib air masih tetap menggenang karena sulitnya pembuangan air. Tak hanya itu, air kirirman dari Desa Banyuputih Lor dan Desa Rojopolo terus mengalir, karena sungai tidak mampu lagi menampung debit air.
Baca juga: Beredar Foto Mesra Mirip Ketua DPRD Lumajang, Masyarakat Peduli Moral dan Pendekar Lapor ke BK Dewan
"Menjelang subuh hingga pagi ini air masih menggenang di Ponpes Miftahul Ulum," ujar H. Maksum Madiari, pengurus pesantren Miful Bakid.
Baca juga: Euthanasia dan Perawatan Paliatif, Dilema Etik Antara Hak Hidup dan Hak Untuk Mengakhiri Penderitaan
Banjir di pesantren hampir terjadi setiap tahun saat masuk musim penghujan. Tidak adanya pembuangan air berupa saluran besar (sudetan) ke sungai Bondoyudo membuat banjir tahunan tidak bisa tertangani.
"Banjir ini tidak hanya di Pesantren, semua kawasan permukiman juga terdampak banjir. Tapi Pesantren dampaknya sangat parah," tuturnya.
Baca juga: Badan POM Jember Evaluasi Program Keamanan Pangan di Kabupaten Lumajang
Ada dua cara yang bisa dilakukan agar banjir menahun tersebut tidak sampai mengganggu aktifitas masyarakat dan pesantren. Pertama membuat sudetan dari sisi utara jalan dan air dibuang ke sungai Bondoyudo. "Kalau ada sudetan membelah jalan itu yang paling bagus," paparnya.
Khusus di pesantren ada cara dengan membanguan Box Culvert (gorong-gorong besar) yang dibuang ke sungai di sisi utara pesantren. Namun, setelah dihitung, jika dibangun secara mandiri membutuhkan anggaran sampai 2 miliar. "Semoga bisa ada bantuan dari pemerintah, agar bisa dibangun box culvert agar air bisa langsung dibuang ke sungai," pungkasnya.(Yd/red)
Editor : Redaksi