Melestarikan Tradisi

Nikmatnya..!Ketupat Tumang Warga Selok Anyar Lumajang

lumajangsatu.com
Warga Desa Selok Anyar Kecamatan Pasirian membuat ketupatan lebaran menggunakan tumang.

Lumajang - Meski ditengah pandemi Covid 19 budaya membuat ketupat untuk menjamu tamu dan hantaran (ater-ater) tetap dilestarikan. Warga Selok Anyar Kecamatan Pasirian tetap membuat ketupat untuk menjamu sanak saudara yang datang bersilaturrahim sebagai simbol Hari Raya Idul Fitri atau Lebaran.

Membuat ketupat membutuhkan waktu 7-10 jam digodok dalam kuali besar dengan api yang menyala dengan maksimal. Menggunakan kayu bakar lebih bagus, karena api yang hasilkan lebih besar dan ketupat yang digodok masak merata.

Baca juga: Dam Boreng Hampir Rampung, Air Akan Aliri Ratusan Hektar Persawahan di Lumajang

"Butuh waktu 10 jam untuk masak," jelas Siati salah seorang warga Selok Anyar Kecamatan Pasirian, Selasa (26/05/2020).

Baca juga: Diterjang Ombak, Akses Jalan Alternatif Pasirian-Tempursari Lumajang Putus Total

Jika digodok hanya 5 jam saja, ketupat juga sudah masak dan bisa dimakan. Namun, ketupat yang digodok tidak lama tak bisa bertahan lama, hanya bertahan satu hari saja. " Kalau digodok sebentar tidak bisa bertahan sampai 2 hari," paparnya.

Baca juga: Maling Motor Asal Lumajang Beraksi 15 Lokasi di Kabupaten Jember

Warga Selok Anyar juga mempertahankan budaya ater-ater atau saling mengirimkan ketupat dan opor ayam ke sanak saudara. Jika punya keluarga besar, biasanya sampai membuat ketupat hingga 100 buah untuk ater-ater (hantaran). "Saya ada sekitar 34 rumah untuk ater-ater ketupat, karena memang keluarga besar," pungkasnya.(Yd/red)

Editor : Redaksi

Politik dan Pemerintahan
Berita Populer
Berita Terbaru