Jatiroto - Sekolah Tinggi Ilmu Syariah Miftahul Ulum (STISMU) Lumajang menggelar Seminar Nasional dan Lounching Rumah Moderasi Beragama (RMB) dengan mengusung tema "Peta Jalan Moderasi Beragama dan Peran Perguruan Tinggi Islam berbasis Pondok Pesantren”. Moderasi beragama (wasatiyyah) dianggap sebagai sebuah metode yang efektif untuk merespons isu radikalisme dan untuk mewujudkan masyarakat yang damai dengan menampilkan wajah beragama yang indah dan menyejukkan serta sebagai strategi untuk merawat jati diri keindonesiaan. Perguruan Tinggi merupakan salah satu institusi yang memiliki peranan sangat strategis untuk mewujudkan kehidupan beragama yang moderat.
Acara Seminar diikuti oleh para dosen dan 300 orang yang terdiri dari para dosen dan pengurus PPMU serta 260 mahasiswa calon wisudawan. Dalam rangkaian acara juga dilakukan penandatangan kerja bersama (PKB) antara STISMU Lumajang dan KEMENAG Lumajang dalam hal membangun Lumajang sebagai kabupaten moderasi beragama.
Baca juga: KPU Mulai Distribusikan Logistik Pilkada Lumajang 2024
Direktur Rumah Moderasi Beragama (RMB), Sahrul Hidayatullah, M.H, dalam sambutannya menyampaikan bahwa RMB STISMU Lumajang adalah bagian dari langkah konkret Penguatan Moderasi Beragama (PMB). Dengan lahirnya Rumah Moderasi Beragama, diharapkan moderasi beragama dalam kehiduapan akan terwujud dan benar-benar menjadi landasan berpikir, bersikap, dan bertindak serta dasar dalam merumuskan kebijakan dan program di lingkungan STISMU.
Karena itu, sebagai lembaga pelaksana penyelenggara penguatan moderasi beragama, aksi nyata dari RMB ini akan melaksanakan beberpa kegiatan, diantaranya; penguatan kapasitas RMB, pembutan modul moderasi beragama, melaksanakan pendidikan dan kampanye moderasi beragama yang dikemas dengan pendekatan kekinian melalui media offline dan online, bekerjasama dengan kemenag Lumajang dan Pemkab Lumajang dalam hal penelitian, kampanye/publikasi, advokasi dan pendampingan masyarakat lumajang menuju lumajang sebagai Kabupaten Moderasi.
Ketua STISMU Lumajang, Dr. Syarqowi, MA, dalam sambutannya menyampaikan bahwa karakter dasar STISMU Lumajang yang berbasis pesantren adalah moderat dan menjadi tempat diseminasi paham keagamaan yang rahmatan lil álamin. STISMU haru Lumajang harus menjadi garda terdepan di Kabupaten Lumajang dalam mengawal pemikiran dan gerakan moderasi beragama. Kampus harus mampu menjamin proses internalisasi nilai-nilai agama yang moderat kepada mahasiswa. Tentu hal ini sudah ditunaikan secara memadai oleh STISMU, terlebih kampus ini berbasis pondok pesantren. Karena itu nilai-nilai kepesantrenan yang bercorak inklusif, toleran, dan menjunjung tinggi keragaman, merupakan aspek yang tidak akan dilewatkan oleh Pimpinan kampus dan pondok pesantren.
Meskipun demikian, tantangan saat ini, lanjut Syarqowi, adalah munculnya kelompok yang sering mengkalim kebenaran agama (truth claim keagamaan) makin massif, di samping kelompok yang mempertanyakan konsensus nasional (Pancasila, NKRI, dan Bhineka Tunggal IKa). “Mereka aktif di media sosial, menyuarakan klaim kebenaran, bahkan paham anti Pancasila dan NKRI,” katanya. Sehingga Alumni STISMU Lumajang harus aktif melakukan counter wacana-wacana keagamaan yang intoleran bahkan radikal tersebut,” katanya.
Baca juga: Beredar Foto Mesra Mirip Ketua DPRD Lumajang, Masyarakat Peduli Moral dan Pendekar Lapor ke BK Dewan
Karena itu, pembentukan dan lounching Rumah Moderasi dalam upaya penguatan moderasi beragama menjadi sangat signifikan sehingga akan menjadi salah satu pilar penguat dalam melahirkan lulusan yang mampu menjadi agen dan duta moderasi beragama di tengah-tengah masyarakat.
Selain itu, Syarqowi meminta para mahasiswa dan sarjana STISMU Lumajang tidak menjadi kelompok mayoritas diam (silent majority) ketika menghadapi ancaman extrimisme dan intoleransi. "Peran sarjana sebagai masyarakat intelektual sangat penting dalam melawan kelompok yang memaksankan kehendak dan tidak toleran," katanya.
Mengawali materinya, H. Muhammad Muslim, S.Ag., M.Sy menyampaikan bahwa Kelompok Salafi dan Wahabi yang selama ini dianggap sebagai kelompok intoleran radikal, rupanya sudah mulai menyebar di Kabupaten Lumajang. Bahkan, Negara Islam Indonesia (NII) yang dulu ada di Bandung, saat ini tokohnya berada di Lumajang. "Saya mau menyampaikan informasi penting terbaru di Lumajang, bahwa kelompok Salafi dan Wahabi sudah masuk ke Lumajang," ujar Kepala Kemenag Lumajang,
Baca juga: Euthanasia dan Perawatan Paliatif, Dilema Etik Antara Hak Hidup dan Hak Untuk Mengakhiri Penderitaan
Kelompok tersebut, kata Cak Muslim sapaan akrabnya, adalah kelompok toleran yang merasa benar sendiri seakan-akan memiliki kaplingan di Surga dan mereka mengklaim menerima SK panitia hari kiamat. "Ini sudah masuk di Lumajang dan jamaahnya mereka tidak mendatangkan dari kota melainkan dari kecamatan-kecamatan dan Kabupaten Jember, pengajiannya ada di Lumajang, bahkan sudah mendirikan masjid di Lumajang dan ini kalau kita diam, menganggap aman-aman saja, nanti mereka akan menggrogoti jamaah kita dan menjadikan kita kelompok kafir," ungkapnya.
Tidak kalah ekstremnya, sambung Cak Muslim, NII yang dulu ada di Bandung, salah satu tokohnya sekarang berada di Lumajang. "Bahkan penyuluh saya dulu terpapar dan sempat dicuci otaknya masuk NII, salah satu doktrinnya kamu jangan dekat-dekat dengan orang NU karena nanti kelompok yang pertama masuk neraka adalah orang NU, ini masih kita cari rumahnya untuk kita dalami," ungkapnya.(Red)
Editor : Redaksi