Lumajang - Warga Desa Sumberwuluh Kecamatan Candipuro yang tergabung dalam Paguyuban Peduli Erupsi Semeru (PPES) datangi kantor Bupati Lumajang Thoriqul Haq untuk menyampaikan aspirasi terkait soal tambang pasir namun sayang, pertemuan tersebut berakhir sia-sia lantaran Bupati sedang ada kegiatan lain. Kamis (17/2/2022).
Warga mendatangi Pemkab Lumajang usai adanya surat tertanggal 9 Februari 2022 yang dibalas oleh Bupati dengan undangan audiensi pada hari Kamis, (17/2/2022) di Gedung Mahameru, Kantor Pemkab Lumajang jam 10.00 WIB - selesai dengan ketentuan peserta audiensi antara 20 - 25 orang.
Baca juga: Warga Sumberwuluh Lumajang Rayakan Proyek Jalan dan Jembatan Khusus Tambang
Warga yang datang menuntut kepada Bupati Lumajang untuk menutup CV. Duta Pasir Semeru agar tidak menyebabkan kerusakan lingkungan yang lebih parah. Selanjutnya, warga juga meminta pertanggung jawaban ke Bupati karena dianggap melakukan pembiaran. Atas aktivitas pertambangan yang menyebabkan dua dusun di Desa Sumberwuluh terpendam.
Tidak hanya itu, warga juga meminta ganti rugi atas kerusakan yang ditimbulkan, akibat aktivitas pertambangan yang dilakukan perusahaan tersebut. Ketua Paguyuban Peduli Erupsi Semeru Nur Kholik mengatakan, pihaknya telah mengikuti ketentuan yang telah diatur protokoler Bupati. Mulai dari datang 30 menit sebelum jam yang ditentukan sampai pembatasan peserta audiensi.
"Semua aturan sudah kita ikuti, tapi sampai sekarang belum ditemui Bupati," kata Kholik di depan ruang lobi Kantor Pemkab Lumajang, Kamis (17/2/2022).
Kholik menjelaskan alasan dirinya dan rombongan datang adalah untuk mengadukan masalah pembangunan tanggul oleh CV. Duta Pasir Semeru di sepanjang aliran lahar semeru.
Menurutnya, pembangunan tanggul tersebut yang menyebabkan belasan warga Dusun Kamar Kajang dan Kampung renteng meninggal dunia. Selain itu tanggul tersebut diduga menjadi penyebab ratusan rumah warga di dua dusun tersebut terkubur material pasir.
Baca juga: Kesejukan Wisata Hutan Pinus Poncosumo Lumajang Pikat Ribuan Wisatawan
"Kalau Curah Kobokan kena pasirnya karena hujan abu. Kalau di dusun kami, karena aliran lahar yang meluap gara-gara ada tanggul. itu yang kami sebut dengan Human Error," jelasnya.
Lebih lanjut, Kholik menambahkan bahwa pihaknya sempat diterima masuk oleh pejabat Pemkab Lumajang. Namun, mereka lantas keluar ketika mengetahui yang menemui bukan Bupati.
"Tadi sempat disuruh masuk. Tapi yang menemui bukan bupati. Jadi kami keluar," tambahnya.
Kholik dan rombongannya menegaskan komitmennya untuk tetap bertahan di lokasi sampai ditemui Bupati Lumajang Thoriqul Haq.
Baca juga: Petani Sumberwuluh Lumajang Terus Menanam di Tengah Serangan Hama Tikus
"Kami akan tetap disini, karena undangannya jam 10 sampai selesai. Kami anggap selesainya setelah kita bertemu Bupati," tegasnya.
Sementara itu, asisten Perekonomian dan Pembangunan Setda Lumajang Bidang Teguh Widjayono mengatakan bahwa Bupati Lumajang sedang ada kegiatan di huntara. Namun begitu, Pihaknya sudah menerima warga yang datang sesuai perintah dari Bupati dan meminta warga untuk menyampaikan aspirasinya.
"Sudah saya temui dan sampaikan kegiatan Bupati kepada warga. Namun mereka tetap ingin menunggu ditemui Bupati," kata Teguh. (ind/har)
Editor : Redaksi