Lumajang - Di tengah puing-puing dan jejak material vulkanik yang masih berserakan, Pemerintah Kabupaten Lumajang menegaskan bahwa masa depan pendidikan anak-anak di wilayah terdampak erupsi Semeru tidak akan runtuh bersama bangunan yang hilang. Meski sejumlah fasilitas pendidikan mengalami kerusakan parah, pemerintah memastikan satu hal:tidak ada satu pun anak yang kehilangan hak belajar.
Baca juga: Pemulihan Psikologis Penyintas Semeru Dimulai dari Perlindungan Kelompok Rentan
Salah satu yang terdampak paling memilukan adalah SDN Supiturang 2. Sekolah yang dulu menjadi ruang tawa, belajar, dan harapan itu kini lenyap total, tersapu material guguran Semeru. Yang tersisa hanya bekas tanah kosong—tanpa dinding, tanpa meja, tanpa kelas, tanpa kisah fisik yang terselamatkan.
Namun, hilangnya bangunan tidak berarti hilangnya pendidikan.
Bupati Lumajang, Indah Amperawati (Bunda Indah), langsung mengambil langkah cepat. Dengan suara tegas, ia memastikan roda pembelajaran tetap bergerak meski alam baru saja menguji ketangguhan warganya.
“Kami melakukan regrouping, dan saya sudah memerintahkan Kepala Dinas Pendidikan untuk memastikan tidak ada satu pun anak-anak yang tidak bersekolah. Hari ini, siswa SDN Supiturang 2 sudah mengikuti proses belajar mengajar di SDN Supiturang 1,” ujarnya, Rabu (26/11/2025).
Keputusan untuk tidak membangun kembali SDN Supiturang 2 di lokasi semula bukan tanpa alasan. Wilayah itu kini masuk zona merah area yang kapan saja dapat kembali berhadapan dengan ancaman bencana. Keselamatan anak menjadi pertimbangan utama, melampaui nostalgia ruang kelas yang pernah berdiri di sana.
Baca juga: Polsek Pronojiwo Perketat Patroli dan Penyekatan Akses Menuju Lokasi Terdampak Erupsi Semeru
Sebagai solusi jangka panjang, pemerintah memperkuat SDN Supiturang 1. Penambahan ruang kelas, peningkatan fasilitas, dan penataan lingkungan pembelajaran disiapkan sebagai wujud keberlanjutan pendidikan yang lebih aman.
“Ke depan, kita tidak membangun di tempat yang sama. Kita akan memperbesar kapasitas SDN Supiturang 1 agar siap menampung seluruh siswa,” tegas Bunda Indah.
Upaya ini juga melibatkan koordinasi dengan Kementerian Pendidikan. Sinergi pusat daerah dinilai krusial agar rehabilitasi dan relokasi tidak hanya cepat, tetapi juga memenuhi standar keselamatan dan layanan pascabencana.
Baca juga: Peduli Satwa Liar, Polisi Beri Makan Monyet Kelaparan di Sumberwuluh Lumajang
Di balik kebijakan ini, terdapat pesan penting: Pendidikan bukan sekadar bangunan atau kelas. Pendidikan adalah hak, harapan, dan masa depan yang harus tetap hidup bahkan setelah bencana menghancurkan ruang fisiknya.
Langkah regrouping ini sekaligus menjadi momentum pembelajaran nasional tentang bagaimana pendidikan dapat tetap berjalan meski berada di tengah ancaman geologi dan ketidakpastian alam.
Karena di wilayah rawan bencana seperti Semeru, keteguhan untuk menjaga hak anak belajar adalah bentuk paling nyata dari keberanian dan harapan (Red).
Editor : Redaksi