Baca juga: Diterjang Ombak, Akses Jalan Alternatif Pasirian-Tempursari Lumajang Putus Total
Pendidikan sangat penting dalam membentuk manusia intelektual dibidang ilmu pengetahuan. Tak salah bila Hos Cokroaminoto melalui Sarekat Islam mencanangkan ada pendidikan 12 tahun sebelum kemerdekaan Indoensia dari Bangsa Kolonial dalam bentuk Koorporasi Ekonomi VOC-nya.
Belajar dari Cokro, pendidikan sangat dibutuhkan oleh bangsa Indonesia saat itu. Karena bangsa ini hanya dijadikan kaum buruh yang bergelut dengan pekerjaan yang keras. Sedangkan, VOC bersama para ningkrat/ kelompok priyayi kerajaaan jawa mengekploitasi tenaga bangsa ini tanpa menggunakan intelektualnya (Otak).
Istilah intelektual di Indonesia sudah dikenal sebelum Kemerdekaan saat di Proklamasikan oleh Bung Karno yang tak lain murid dari Cokro. Dulu intelektau putra bangsa ini, dimasa sebelum kemerdekaan ada yang memilih bekerja pada VOC (Kolonial) dibadingkan memperjuangkan kebebasan bangsaanya.
Michael Faulcount membagi dua Intelektual yakni Organik dan Teknokrat. Pasalnya, perjuangan duo intelektual ini berbeda dalam pemahaman keilmuan dan aplikasi di lapangan.
Intelektual organik memilih kemampuannya untuk kepentingan bangsan dan rakyatnya. Tak jarang intelektual jenis ini, kerap turun dijalanan dan mengkritik pemerintah serta keilmuan yang didapat dalam bangku sekolah. Tak jarang mereka jadi korban dari perjuangan dan terbunuh dalam memperjuangan rakyat yang tertindas dari pemerintah.
Sedangkan intelektual Teknokrat adalah mereka yang menggunakan kemampuanya membantu pemerintah dan koorporasi liberal serta kapitalis. Mereka juga lahir dari institusi pendidikan yang mulai, tapi mereka menggunakan keilmuannya untuk perutnya.
Intelektual organik dan teknokrat bisa hadir sebuah organisasi pergerakan dengan tujuan memuliakan keilmuan. Pertarungan dua intelektual ini kerap keras dan bersinggung mulai jaman sebelum kemerdekaan dan kekinian.
Di Lumajang kaum terpelajar yang intelektual terus hadir dalam roda kemajuan zaman. Bahkan, pertarungan kaum intelektual ini masih jauh dalam memberikan pengaruh dimasyarakat untuk bersama-sama menjadikan Lumajang sejahtera dan bermartabat. Namun, harapan mulai tumbuh seiring, munculnya komunitas anak muda yang ada dimedia sosial ke dunia nyata.
Gerakan anak muda ini sangat memberikan efek luar biasa dalam kemajuan Lumajang. Bahkan, sebuah gerakan progresif memajukan Lumajang terus mengalir dari dalam lubuk hati mereka. Gerakan anak muda Lumajang yang lahir dari institusi pendidikan sebagai intelektual muda, hadir ditengah masyarakat dalam mengawal pembangunan kontrol sosial di media sosial.
Perjuangan anak muda di Lumajang tercatat dalam mengukuhkan identitasnya dari sejarah, wisata, teknologi dan kemanusiaan. Perjuangan para komunitas yang lahir dari kultural lebih menggema dibanding struktural yang ada di tangan pemerintah. Kini, anak muda Lumajang yang dikenal sebuatan Wirabhumi (Daerah Kesatria) terus melakukan inovasi dengan kemajuan teknologi informasi.
Pemkab Lumajang kini memiliki pesaing yang tidak terlihat dan terasa, mereka muda, beda dan berbahaya. Semakin diawasi, mereka semakin menunjukan eksistensinya dalam memberikan pencerahan pada masyarakat. Selamat datang para komunitas di Negeri Tertinggi di Pulau Jawa, Ini Tanah Kalian, Ini Bumi Kalian dan Ini Panggilan Perjuangan Kalian. Jayalah Lumajangku ditangan Kalian.(red)
Editor : Redaksi