Jurnalis Perempuan

Setitis Air Mata, Seulas Senyum Bersama Tim Cobra

Penulis : lumajangsatu.com -
Setitis Air Mata, Seulas Senyum Bersama Tim Cobra
Indana Zulfa Jurnalis Perempuan.

Lumajang  Obrak-abrik sarang sepeda motor bodong (22/5/19). " A strong woman stands up for herself. A stronger woman stands up for everybody else."-anonymous. Kata-kata ini amat cocok untuk menggambarkan apa yang saya rasakan saat mengikuti giat yang dilakukan oleh Kapolres dan Tim Cobra tadi pagi.

Polres Lumajang kembali beraksi, kali ini Kapolres Lumajang beserta Tim Cobra melakukan giat door to door dari kampung ke kampung yang  rawan begal dan aksi kejahatan lainnya. Bertempat di Desa Sumberpetung Kecamatan Ranuyoso Lumajang.  Saya sendiri adalah satu-satunya jurnalis wanita yang ditunjuk ikut oleh lumajangsatu untuk menulis informasi terkini tentang giat yang akan dilakukan. Sewaktu breafing, Kapolres membagi tim sesuai tugas pokok masing-masing, beliau juga berpesan bahwasannya jangan lupa selalu terapkan 5s ( salam, senyum, sapa, sopan dan santun).  Karena sebagai polisi, mereka tidak boleh memberi kesan takut melainkan rasa aman  sehingga tercipta rasa saling percaya antara masyarakat dan aparat kepolisian. Terkait hal itu, beliau juga menyampaikan bahwasannya kita harus mempunyai etika dalam melakukan giat, baik itu penggerebekan, pengamanan dan giat operasi lainnya.

Ini merupakan kali pertama pengalaman saya mengikuti jejak giat door to door yang dilakukan didaerah bagian utara kota Lumajang. Sebelumnya, saya mengikuti penelusuran ini dibagian selatan kota lumajang, giat door to door kali ini amatlah berbeda. tidak sama dengan kegiatan door to door didaerah dekat kota. Saya satu mobil bersama Kasat Reskrim menuju balai desa Sumberpetung Ranuyoso. Disana sudah ada perangkat desa yang telah mengetahui kunjungan kami. Saya sempat merasa kikuk karena semua mata tertuju pada saya, diperhatikan oleh orang-orang yang mungkin penasaran dengan keberadaan saya yang seorang wanita diantara aparat kepolisian yg semua personilnya pria. bahkan ada yang sampai berebut meminta foto, menayakan langsung tentang siapa saya dan apa hubungannya dengan tim cobra, salah satu perangkat desa juga melayangkan pujian.

Setelah itu, kami bergerak berdasarkan tim yang sudah dibagi sesuai breafing. Kasat Reskrim bertanya, apakah saya hendak menaiki mobil atau ikut bersamanya mengendarai motor trail seperti yg dikendarai Kapolres? saya mengiyakannya segera, karena disamping saya penasaran dengan rasanya menaiki kendaraan tinggi besar itu, ini juga kali pertama saya meliput sembari mengendarai motor trail khas tim cobra. Tak lupa menggunakan kelengkapan keselamatan berlalu lintas seperti helm, kacamata dan lain sebagainya. Saya sendiri merasa ragu sebelumnya, karena bagaimanapun saya masih belum terbiasa berbonceng dengan lawan jenis, bahkan saat saya siap diatas jok belakang, suitan dua sejoli dan lain-lain mulai meriuhkan tim yang hendak memulai giat penelusuran. Sayapun juga berusaha berpegangan sebaik mungkin, agar tidak terjatuh.

Di perjalanan, karena jarak dari satu rumah kerumah lainnya yang cukup jauh dan melewati jalan bebatuan yang terjal dan tidak mudah dilewati, kami melakukan penyisiran dengan hati-hati. Kapolres memimpin penelusuran dengan sikap ramah dan sopan sehingga warga tak merasa keberatan saat ditemukan sepeda motor yang tidak disertai surat-surat kelengkapan seperti BPKB dan penunjang lainnya alias motor bodong. Meskipun cuaca panas, suasana sekitar justru terasa sejuk dan menyegarkan dengan panorama alam yang belum tersentuh modernisasi. Terlebih dengan masyarakat yang nerimo dengan tindakan yang dilakukan aparat untuk menertibkan kendaraan tanpa surat-surat yang lengkap,mereka lebih memilih menaati peraturan dan membenarkan tindak giat tersebut, meski kendaraannya diamankan aparat.

Saat berada di Rt 02 saya dihadapkan oleh suasana yang dipenuhi oleh isak tangis salah satu anak warga yang kedapatan memiliki motor berplat "DK" tanpa kelengkapan surat-surat. warga tersebut bernama ibu tutik, beliau mengatakan bahwa motor ini peninggalan almarhum suaminya, ia tidak tahu menahu perihal kelengkapan sepeda motor tersebut. Anaknya yang bernama Lia, Histeris mengetahui jika sepeda motornya akan diamankan.

" ibu, kenapa dibiarkan motor kita diabawa? motor itu kan aku gunakan untuk bersekolah. Bagaimana aku akan menuju sekolah yang berjarak jauh dari rumah? bagaimana bu?"  Ujar Lia

Lia yang masih duduk di bangku kelas 3 SD ini diberikan pengertian langsung oleh Kapolres Lumajang." kalau sepeda motor ini bukan motor curian, membuat BPKB kami gratiskan" beliau terus berusaha menenangkan anak tersebut. karena tangisan Lia, warga sekitar yang merasa terganggu jam istirahatnya ikut merangsek memenuhi rumah kediaman ibu Tutik.

Setelah dibujuk orang tua dengan pemahaman yang diberikan oleh Kapolres, Lia berhenti menangis dan pasrah saat motornya dibawa petugas. Warga yang berkerumun merasa takjub dengan apa yang dilakukan oleh Kapolres, dan banyak dari mereka yang ternyata juga menjadi fans AKBP  Arsal Sahban.

Saya dan tim Cobra melanjutkan perjalanan. dipimpin Kapolres, kami kembali melewatu jalan terjal berbatu, namun kali ini dengan keadaan jembatan yang hanya bisa dilalui motor, kami tidak bisa melanjutkan perjalanan. Saat hendak berbalik, warga sekitar justru memaksa kami melanjutkan perjalanan.

" biar adil pak, tuntakan sampai pedalaman" ucap salah satu warga.

Karena hal tersebut, kami menuruni jalan agar dapat melanjutkan perjalanan ke rumah-rumah yang berada di pelosok lebih jauh dari sebelumnya. Tim Cobra kembali melakukan penyisiran didaerah tersebut.
Setelah giat selesai dilaksanakan, kami kembali menuju balai desa. Tercatat 11 buah sepeda motor bodong yang telah diamankan oleh Tim Cobra.
Pengalaman ini amat menarik bagi saya. selain karena ini adalah momen pertama bagi saya ngetrail bersama tim cobra, ternyata rasanya juga tidak ada nuansa romantis seperti yang kerap diperbincangkan. Apalagi dengan kondisi saya yang tengah didera dismenorea sembari menapaki jalan berbatu yang terjal, takkan mudah terlupakan oleh saya. "rasanya sungguh Amazing". Sayang sekali saya tidak bisa mengendarainya sendiri karena motor trail yang tinggi membuat nyali ciut menaikinya sendiri, cukuplah saya dengan motor matic kesayangan saya. Itulah setitis air mata, seulas senyum untuk Tim Cobra saat melakukan operasi door to door di desa Sumberpetung Ranuyoso.

Nah, dari hal tersebut, masih meragukan kemampuan wanita dalam menghadapi rintangan? tentu tidak, saya sudah membuktikannya. " Understand that getting help isn't a sign of weakness but a sign of strength."- Michelle Obama. so, bagaimana denganmu, Ladies?.

Editor : Redaksi

Opini

Euthanasia dan Perawatan Paliatif, Dilema Etik Antara Hak Hidup dan Hak Untuk Mengakhiri Penderitaan

Lumajang - Saat ini dunia ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang pesat dan sudah sangat maju khusus pada bidang kesehatan. Dengan adanya kemajuan tersebut segala hal akan menjadi lebih mudah untuk dilakukan, seperti dalam hal mendiagnosis penyakit dan menentukan kemungkinan waktu kematian seseorang dengan tingkat akurasi tinggi dan hal tersebut dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan logis. Bahkan para dokter kini pun juga dapat memberikan bantuan dalam mengakhiri kehidupan pasien  dengan kondisi medis yang memiliki tingkat kesembuhan relatif rendah atau dalam kondisi penyakit terminal. Proses ini dikenal dengan istilah Euthanasia (Fahrezi & Michael, 2024).

Dibuat Dari Bambu Muda

Jadi Warisan Budaya Tak Benda Indonesia, Krecek Bung Kuliner Asli Lumajang Bertekstur Daging Empuk

Lumajang - Kabupaten Lumajang, Jawa Timur kembali menorehkan kebanggaan di kancah nasional. Salah satu kuliner tradisional khasnya, Krecek Rebung, resmi ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia oleh Menteri Kebudayaan Republik Indonesia pada 16 November 2024. Pengakuan ini menjadi bukti keunikan dan kekayaan budaya lokal Lumajang yang terus dilestarikan.

Hikmah Kehidupan

Urgensi Tasawuf Dalam Menghadapi Krisis Spiritual di Era Modern

Lumajang - Di tengah gemerlapnya dunia yang serba digital dan material, manusia semakin terjerat dalam pusaran kehidupan yang cepat dan penuh tekanan. Keberhasilan diukur dengan angka, kebahagiaan dinilai dengan kepemilikan, dan kedamaian seolah menjadi barang langka yang hanya bisa diraih oleh segelintir orang. Namun, meskipun segala kemajuan teknologi dan inovasi telah memberikan kenyamanan fisik, banyak yang merasakan kekosongan jiwa yang mendalam, kehilangan arah, dan semakin jauh dari makna hidup yang sejati. Krisis spiritual ini bukan hanya sekedar fenomena individu, tetapi sebuah bencana sosial yang mengancam dasar-dasar kemanusiaan kita.