Hikmah Kehidupan
Ketika Kewajaran Menjadi Aneh
Lumajang - Dalam realitas kehidupan sehari-hari sering terlihat hal-hal yang aneh dan tidak wajar, bahkan terbalik, yang sangat menarik adalah kewajaran menjadi aneh dan keanehan menjadi wajar. Di zaman modern ini, cara pandang masyarakat banyak yang berubah, sehingga yang baik dianggap jelek dan yang jelek dianggap baik, yang wajar dianggap aneh dan yang aneh dianggap wajar.
Karena cara berpikir mereka berubah, sebagian besar dari mereka mengukur sesuatu dari sisi kesuksesan duniawi. baik berupa harta, jabatan, popularitas dan status sosial. Yang lebih menarik lagi, ada sebagian masyarakat yang salah dalam memahami ajaran agama Islam.
Agama Islam dipandang sebagai agama yang mengurusi ritual belaka dan tidak campur tangan terhadap kehidupan sosial, politik, bisnis, pendidikan dan budaya. Perubahan cara pandang masyarakat ini membuat hal-hal yang wajar dianggap aneh dan yang aneh dianggap wajar.
Misalnya, pertama, orang yang menikah karena pilihan orang tua dan karena agamanya dianggap aneh, karena yang dianggap wajar adalah menikah karena hasil pilihan sendiri dan karena cinta, dalam pernikahan yang wajar orang tua mengikuti anak, bukan anak yang mengikuti orang tua dalam menentukan pilihan pasangannya.
Kedua, seorang politisi yang jujur dan sungguh-sungguh memperjuangkan kebenaran dan keadilan dianggap aneh karena dinilai lugu dan tidak pandai berpolitik.
Ketiga, orang yang berdagang dengan jujur dan amanah serta dalam segala aktivitas bisnisnya sesuai dengan tuntunan Alquran dan hadis dianggap aneh, karena dianggap tidak pandai strategi bisnis dan manajemen pemasaran.
Keempat, seorang jurnalis yang menyuarakan berita dengan benar terhadap penyimpangan-penyimpangan oknum pejabat dianggap aneh, karena dinilai terlalu berani dan membahayakan karirnya sebagai jurnalis, bahkan dapat berakibat merugikan diri dan keluarganya.
Kewajaran dianggap aneh dan aneh dianggap wajar ini, karena cara berpikir masyarakat berubah, sebagian besar mereka dipengaruhi oleh modernisasi dan sekularisasi, sehingga banyak masyarakat dalam aktivitas kehidupan sehari-hari jauh dari nilai-nilai agama, sekalipun mereka faham terhadap ajaran agama.
Sebagian masyarakat memahami agama Islam sekedar ritual belaka, yaitu shalat, puasa Haji dan lain sebagainya, sedangkan kehidupan sosial seperti berpolitik, berbisnis bermasyarakat dan berkeluarga tidak terikat dengan norma-norma agama, sehingga mereka tidak tunduk dan tidak patuh terhadap norma dan tuntunan agama.
Hal semacam ini sudah dijelaskan oleh Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam, bahwa pada awalnya ajaran Islam dianggap aneh, Islam mengajak mengesaan Allah dan berakhlak mulia saling mencintai satu sama lainnya. Sedangkan masyarakat jahiliyah yakin dan percaya terhadap berhala. dan tradisi mereka saling memusuhi, bahkan saling membunuh satu sama lainnya.
Islam datang dengan membawa ajaran tauhid dan mencintai satu sama lain seperti mencintai dirinya sendiri. Setelah sebagian mereka beriman pada ajaran Islam bahkan masyarakat Arab mayoritas beragama Islam, maka ajaran Islam dianggap wajar dan tindakan-tindakan jahiliyah dianggap aneh.
Setelah masyarakat mulai tidak paham terhadap ajaran Islam atau menjauh dari ajaran Islam. maka kehidupan masyarakat banyak menyimpang dari ketentuan-ketentuan Islam, lalu mereka menganggap aneh terhadap individu atau kelompok yang berpegang teguh pada ajaran Islam.
Dari Abu Hurairah, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Islam datang dalam keadaan yang asing, akan kembali pula dalam keadaan asing. Sungguh beruntungnlah orang yang asing” (HR. Muslim no. 145).
Dengan demikian, cendekiawan muslim harus berjuang dengan sungguh-sungguh memberikan pemahaman kepada masyarakat, bahwa agama Islam adalah agama universal, agama Islam mengatur hubungan manusia dengan Allah yaitu bertauhid yang benar dan beribadah kepada Allah dengan benar, lalu mengatur hubungan antar manusia, bahkan dengan alam semesta, Islam memberikan tuntunan yang sangat sempurna dan mendetail pada umatnya tentang kehidupan pribadi, keluarga, bisnis, sosial dan politik.
Islam menjelaskan dengan mendetail tata cara interaksi antara hubungan suami dan istri. anak dan orang tua, Islam menjelaskan tata cara bisnis yang benar antara produsen dan konsumen, antara pemilik modal dan bekerja. Islam membahas secara terperinci tata cara berbangsa dan bernegara yang benar dan membawa kedamaian dan kesejahteraan.(Red)
Wallahu A'lam Bis Shawab
Penulis : Abdul Wadud Nafis Pengasuh Ponpes Manarul Qur'an Lumajang
Editor : Redaksi