Hikmah Kehidupan

Ramadan bulan kuliner?

Penulis : lumajangsatu.com -
Ramadan bulan kuliner?
KH. DR. Abdul Wadud Nafis, Pengasuh Ponpes Manarul Qur'an Kutorenon-Lumajang

Lumajang - Puasa Ramadan diwajibkan kepada orang-orang yang beriman, agar orang-orang beriman merasakan penderitaan haus dan lapar yang mana dengan pengalaman rasa lapar ini akan terdorong untuk bersyukur kepada Allah subhanahu wa ta'ala atas nikmat kecukupan pangan dan terdorong mencintai orang-orang yang fakir dan miskin, rasa cinta ini diekspresikan dengan membantu fakir miskin untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, terutama di hari lebaran.

Di dunia islam terlihat suasana umat Islam melaksanakan ibadah puasa di bulan Ramadan, mulai dari anak-anak sampai dewasa dalam rangka melaksanakan perintah Allah melaksanakan ibadah puasa. Tujuan mereka melaksanakan ibadah puasa beraneka ragam, ada yang betul-betul untuk mendapatkan kedudukan yang tertinggi di sisi Allah, yaitu kedudukan orang yang iman dan orang bertakwa kepada Allah subhanahu wa ta'ala.

Tapi ada yang orang yang sekedar melaksanakan kewajiban ibadah puasa bahkan, bahkan ada orang yang berpuasa sekedar mengikuti trend orang-orang yang ada di sekitarnya. Orang-orang di sekitarnya berpuasa maka ikut berpuasa, tidak ada dalam hatinya untuk betul-betul mentaati perintah Allah dan mengikuti sunnah nabi Muhammad SAW.

Orang-orang yang berpuasa di bulan Ramadan banyak yang tidak menghayati esensi daripada puasa Ramadan, yaitu merasakan pahitnya kelaparan dan nikmatnya kecukupan pangan, maka banyak orang-orang yang berpuasa Ramadan sekedar mengganti waktu makan, yaitu dari makan waktu siang diganti dengan makan di malam hari. Yang lebih menarik mereka yang berkecukupan membuat bermacam-macam menu makanan dan minuman untuk dimakan waktu berbuka puasa dan sahur, maka tidak heran banyak menu-menu yang dimasak oleh umat Islam di bulan Ramadan yang tidak dimasak di bulan-bulan yang lain, mulai dari macam-macam menu minuman sampai macam-macam menu makanan.

Pemandangannya bisa dilihat di di warung, restoran, supermarket, dan toko-toko makanan, bahkan di pinggir jalan banyak orang yang menjual menu-menu makanan yang beraneka ragam, yang disediakan untuk orang-orang yang berpuasa di bulan Ramadan. Pemandangan semacam ini seakan-akan tbulan Ramadan itu adalah bulan kuliner dan wisata kuliner.

Tradisi memanjakan selera makan dan minum membuat esensi dan tujuan puasa berubah dari meresapi penderitaan laparnya orang-orang miskin dan melahirkan kepekaan sosial berubah menjadi menikmati hidangan yang beraneka ragam, di mana waktu makannya diganti dari siang hari menjadi malam hari.

Maka tidak heran puasa yang dilakukan kelompok ini tidak mempengaruhi terhadap perilaku yang berpuasa, puasa yang dilakukannya tidak mengantarkan orang-orang yang berpuasa menjadi orang-orang yang beriman dan bertakwa kepada Allah. Dengan udah yang di atas timbul pertanyaan, Apakah bulan Ramadan sebagai momen mencetak orang muslim menjadi beriman dan bertakwa atau sekedar bulan kuliner?. Wallahualam a'lam bish shawab.(Red)

Penulis : KH. DR. Abdul Wadud Nafis, Pengasuh Ponpes Manarul Qur'an Kutorenon-Lumajang

Editor : Redaksi

Lumajang Maju dan Makmur

Bak Lautan Manusia di Lapangan Jokarto Lumajang Sholawat Doa Bersama Cak dan Ning

Lumajang - Dalam rangka membangun kedamaian dan persatuan di wilayah Lumajang, relawan paslon 01 (Cak Thoriq – Ning Fika) bersama Gus Hafidzul Ahkam dari Probolinggo dan jamaah Riyadhul Jannah Lumajang mengadakan acara Sholawat & Do’a Bersama. Acara ini berlangsung di Lapangan Desa Jokarto Kecamatan Tempeh Kabupaten Lumajang Kamis, (21/11/2024) malam.

Dibuat Dari Bambu Muda

Jadi Warisan Budaya Tak Benda Indonesia, Krecek Bung Kuliner Asli Lumajang Bertekstur Daging Empuk

Lumajang - Kabupaten Lumajang, Jawa Timur kembali menorehkan kebanggaan di kancah nasional. Salah satu kuliner tradisional khasnya, Krecek Rebung, resmi ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia oleh Menteri Kebudayaan Republik Indonesia pada 16 November 2024. Pengakuan ini menjadi bukti keunikan dan kekayaan budaya lokal Lumajang yang terus dilestarikan.

Hikmah Kehidupan

Urgensi Tasawuf Dalam Menghadapi Krisis Spiritual di Era Modern

Lumajang - Di tengah gemerlapnya dunia yang serba digital dan material, manusia semakin terjerat dalam pusaran kehidupan yang cepat dan penuh tekanan. Keberhasilan diukur dengan angka, kebahagiaan dinilai dengan kepemilikan, dan kedamaian seolah menjadi barang langka yang hanya bisa diraih oleh segelintir orang. Namun, meskipun segala kemajuan teknologi dan inovasi telah memberikan kenyamanan fisik, banyak yang merasakan kekosongan jiwa yang mendalam, kehilangan arah, dan semakin jauh dari makna hidup yang sejati. Krisis spiritual ini bukan hanya sekedar fenomena individu, tetapi sebuah bencana sosial yang mengancam dasar-dasar kemanusiaan kita.