Program Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB)

Pelajar di Lumajang Dikenalkan Berbagai Jenis Potensi Bencana

Penulis : lumajangsatu.com -
Pelajar di Lumajang Dikenalkan Berbagai Jenis Potensi Bencana
Sosialisasi Program Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB) di Yayasan Darul Ulum Kecamatan Tempeh

Lumajang - Pemerintah Kabupaten Lumajang melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lumajang dan BPBD Provinsi Jawa Timur menggelar sosialisasi Program Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB) di Yayasan Darul Ulum Kecamatan Tempeh, Selasa (27/2/2024) kemarin.

Kegiatan tersebut merupakan salah satu upaya peningkatan kapasitas dalam rangka penanggulangan bencana di Kabupaten Lumajang. Sebagian daerah di wilayah Kabupaten Lumajang, Jawa Timur berpotensi terjadi bencana, apalagi wilayah yang berdekatan dengan Gunung dan Laut, seperti halnya wilayah Kecamatan Tempeh yang tepat dilalui jalur aliran lahar dan juga berbatasan langsung dengan Samudera Hindia atau Laut lepas yang berpotensi Tsunami.

Guna meningkatkan kewaspadaan masyarakat terhadap bencana, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lumajang menggelar sosialisasi Program Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB) di Yayasan Darul Ulum bersama BPBD Provinsi Jawa Timur selaku Perencana Kegiatan dan Simpatisan Kebencanaan dari unsur lainnya.

"Kita harus akrab dengan bencana, karena di Lumajang ancaman bencananya ada 11 macam serta definisnya," ungkap Kalaksa BPBD Kabupaten Lumajang, Patria Dwi Hastiadi saat memberikan arahan.

Menurut Patria, lembaga pendidikan dianggap penting menjadi pioner keselamatan saat terjadi bencana untuk membangun mitigasi dalam upaya penguatan masyarakat dalam menghadapi bencana.

Sementara itu, Kepala UPT Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur di Kabupaten Lumajang, Oktora Arifianto mengungkapkan, bahwa pihaknya menyambut antusias program yang sudah tercantum dalam Permendikbud Nomor 33 Tahun 2019. Menurutnya, SPAB sangat dibutuhkan apalagi kondisi wilayah di Kecamatan Tempeh sangat berpotensi terjadi bencana alam, utamanya Tsunami.

"Pentingnya satuan pendidikan aman bencana di Yayasan Darul Ulum ini sangat bermanfaat sekali, mengingat kondisi wilayah disini mempunyai beberapa ancaman bencana seperti dampak cuaca ekstrim, Tsunami dan lain-lain. Diharapkan di Yayasan ini dapat menjadi percontohan bagi Yayasan yang lain" ungkapnya.

Di sisi lain, Kepala Bidang Pencegahan BPBD Kabupaten Lumajang, Wawan Hadi Siswoyo, menerangkan Pemerintah melalui BPBD Lumajang sudah memasang sejumlah alat peringatan dini gempa dan tsunami berupa WRS, serta sejumlah EWS di beberapa titik, sehingga ketika terjadi gempa yang berpotensi tsunami dari pantauan alat WRS, maka pihaknya akan meminta desa untuk membunyikan EWS.

Upaya tersebut dilakukan untuk memberikan peringatan kepada masyarakat potensi bencana yang mengancam wilayah. Dirinya berharap adanya SPAB bisa memaksimalkan fungsi dari WRS dan EWS sehingga korban yang ditimbulkan bencana dapat diminimalisir.

"Dengan memiliki alat WRS dan dipasangnya EWS di sejumlah desa yang rawan bencana tsunami, maka saat terjadi gempa di atas 6 Magnitudo yang berpotensi tsunami akan dapat dipantau," jelasnya.(Kom/red)

Editor : Redaksi

Lumajang Maju dan Makmur

Bak Lautan Manusia di Lapangan Jokarto Lumajang Sholawat Doa Bersama Cak dan Ning

Lumajang - Dalam rangka membangun kedamaian dan persatuan di wilayah Lumajang, relawan paslon 01 (Cak Thoriq – Ning Fika) bersama Gus Hafidzul Ahkam dari Probolinggo dan jamaah Riyadhul Jannah Lumajang mengadakan acara Sholawat & Do’a Bersama. Acara ini berlangsung di Lapangan Desa Jokarto Kecamatan Tempeh Kabupaten Lumajang Kamis, (21/11/2024) malam.

Opini

Euthanasia dan Perawatan Paliatif, Dilema Etik Antara Hak Hidup dan Hak Untuk Mengakhiri Penderitaan

Lumajang - Saat ini dunia ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang pesat dan sudah sangat maju khusus pada bidang kesehatan. Dengan adanya kemajuan tersebut segala hal akan menjadi lebih mudah untuk dilakukan, seperti dalam hal mendiagnosis penyakit dan menentukan kemungkinan waktu kematian seseorang dengan tingkat akurasi tinggi dan hal tersebut dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan logis. Bahkan para dokter kini pun juga dapat memberikan bantuan dalam mengakhiri kehidupan pasien  dengan kondisi medis yang memiliki tingkat kesembuhan relatif rendah atau dalam kondisi penyakit terminal. Proses ini dikenal dengan istilah Euthanasia (Fahrezi & Michael, 2024).