Upacara Tawur Agung Labuh Gentuh dan Panca Wali Kr

Menjaga Tradisi dan Kerukunan Antar Umat Beragama di Lumajang

Penulis : lumajangsatu.com -
Menjaga Tradisi dan Kerukunan Antar Umat Beragama di Lumajang
Upacara Tawur Agung Labuh Gentuh, Panca Wali Krama, dan Pengusaban, di Pura Mandara Giri Semeru Agung

Lumajang - Pj. Bupati Lumajang, Indah Wahyuni menghadiri Upacara Tawur Agung Labuh Gentuh, Panca Wali Krama, dan Pengusaban, di Pura Mandara Giri Semeru Agung Kabupaten Lumajang, Kamis (18/7/2024). Indah Wahyuni mengungkapkan harapannya terhadap komitmen kuat pemerintah dan tokoh masyarakat dalam menjaga kerukunan dan kebersamaan di Kecamatan Senduro.

"Kerukunan dan kedamaian antar umat beragama adalah kunci untuk menciptakan masyarakat yang harmonis dan inklusif," ujarnya.

Perempuan yang akrab disapa Yuyun itu juga menekankan peran penting Pura Mandara Giri Semeru Agung sebagai pusat ritual masyarakat Hindu, yang tidak hanya merupakan pura tertua di Asia Tenggara tetapi juga menjadi simbol kebersamaan dalam kehidupan beragama di Lumajang.

Sebagai bagian dari rangkaian acara yang dimulai sejak 8 Mei dan akan berakhir pada 4 Agustus 2024, Pura Mandara Giri Semeru Agung tidak hanya berfungsi sebagai pusat peribadatan, tetapi juga mewakili nilai-nilai toleransi, harmoni, dan kebersamaan yang dijunjung tinggi oleh masyarakat Lumajang.

Upacara tersebut menegaskan komitmen pemerintah dan masyarakat dalam menjaga tradisi dan nilai-nilai lokal, serta mempromosikan perdamaian lintas agama di Kabupaten Lumajang.

Dalam kesempatan itu, Pj. Gubernur Jawa Timur Adhy Karyono yang hadir meresmikan penggunaan PLTS di area Pura Mandara Giri Semeru Agung. Bantuan tersebut disalurkan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur sebagai bagian dari upaya mereka untuk mendukung keberlanjutan dan kemandirian energi di daerah.

"Pemerintah Provinsi Jawa Timur telah mengalokasikan dana untuk pemasangan PJUTS (Penerangan Jalan Umum Tenaga Surya, red) di 39 titik di sekitar Pura Mandara Giri Semeru Agung. Selain itu, telah dipasang juga 16 paket SHS (Solar Home System, red), di mana setiap paket memiliki kapasitas panel surya sebesar 100 watt dan baterai berkapasitas 780 watt," jelasnya.

Yuyun mengapresiasi langkah tersebut dan menegaskan bahwa inisiatif yang dilakukan Pemprov Jatim tidak hanya membantu mengurangi ketergantungan pada sumber energi konvensional, tetapi juga mendukung keberlanjutan lingkungan dan memperkuat harmoni sosial di Lumajang.

"Pura Mandara Giri Semeru Agung dan Pondok Pesantren Kyai Syarifuddin adalah dua tempat peribadatan yang sangat penting bagi masyarakat Lumajang. Dengan adanya bantuan energi terbarukan ini, kami berharap dapat memberikan contoh bagaimana kita bisa hidup selaras dengan alam sambil tetap memenuhi kebutuhan energi kita," tutur Yuyun.

Yuyun menambahkan bahwa keberadaan PLTS di tempat-tempat peribadatan juga merupakan simbol dari komitmen pemerintah dalam menjaga kerukunan antar umat beragama.

"Ini adalah langkah nyata dalam menunjukkan bahwa kita peduli dengan semua komunitas, tanpa memandang latar belakang agama. Keberlanjutan energi dan kerukunan sosial berjalan seiring dalam upaya kita menciptakan masyarakat yang harmonis dan inklusif," tambahnya.(Kom/red)

Editor : Redaksi

Lumajang Maju dan Makmur

Bak Lautan Manusia di Lapangan Jokarto Lumajang Sholawat Doa Bersama Cak dan Ning

Lumajang - Dalam rangka membangun kedamaian dan persatuan di wilayah Lumajang, relawan paslon 01 (Cak Thoriq – Ning Fika) bersama Gus Hafidzul Ahkam dari Probolinggo dan jamaah Riyadhul Jannah Lumajang mengadakan acara Sholawat & Do’a Bersama. Acara ini berlangsung di Lapangan Desa Jokarto Kecamatan Tempeh Kabupaten Lumajang Kamis, (21/11/2024) malam.

Dibuat Dari Bambu Muda

Jadi Warisan Budaya Tak Benda Indonesia, Krecek Bung Kuliner Asli Lumajang Bertekstur Daging Empuk

Lumajang - Kabupaten Lumajang, Jawa Timur kembali menorehkan kebanggaan di kancah nasional. Salah satu kuliner tradisional khasnya, Krecek Rebung, resmi ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia oleh Menteri Kebudayaan Republik Indonesia pada 16 November 2024. Pengakuan ini menjadi bukti keunikan dan kekayaan budaya lokal Lumajang yang terus dilestarikan.

Hikmah Kehidupan

Urgensi Tasawuf Dalam Menghadapi Krisis Spiritual di Era Modern

Lumajang - Di tengah gemerlapnya dunia yang serba digital dan material, manusia semakin terjerat dalam pusaran kehidupan yang cepat dan penuh tekanan. Keberhasilan diukur dengan angka, kebahagiaan dinilai dengan kepemilikan, dan kedamaian seolah menjadi barang langka yang hanya bisa diraih oleh segelintir orang. Namun, meskipun segala kemajuan teknologi dan inovasi telah memberikan kenyamanan fisik, banyak yang merasakan kekosongan jiwa yang mendalam, kehilangan arah, dan semakin jauh dari makna hidup yang sejati. Krisis spiritual ini bukan hanya sekedar fenomena individu, tetapi sebuah bencana sosial yang mengancam dasar-dasar kemanusiaan kita.