Antara Buntaran, Dokter, Birokrasi, Sehat dan Yakusa!

Penulis : lumajangsatu.com -
Antara Buntaran, Dokter, Birokrasi, Sehat dan Yakusa!
Lumajang kembali mencatatkan sejarah pernah memiliki Sekretaris Daerah seorang dokter. Dialah Dokter Buntaran Supriyanto yang dikenal sosok pejabat yang memiliki sensitifitas dalam pelayanan ke masyarakat. Bahkan, dia tidak pernah sungkan untuk dikritik pedas soal pekerjaannya sebagai dokter dan menjabat di pemerintahan di Lumajang.

Seorang kawan jurnalis mengenal sosok Buntaran adalah dikenal memiliki komitmen dalam Reformasi Birokrasi disaat menjabat sebagai Assisten Sekda Tata Praja. Buntaran sangat memegang teguh Standar Opersional Kerja Bagi PNS dan menjalankan roda pemerintahan yang baik serta bersih.

Dokter dalam dunia kesehatan sangat diperlukan dalam menangani masalah tubuh seperti penyakit atau gangguan bakteri, kuman, virus dan sejenisnya. Saat itu, Bupati Achmad Fauzi mempercayakan Buntaran untuk mengobati segala bentuk penyakit Pegawai Negeri Sipil.

Buntaran yang sedikit bicara mampu menata birokrasi dengan baik sesuai kemampuan dengan arahan kepala pemerintaan saat itu. Sejumlah program kerja berhasil dikerjakan, agar PNS kompak untuk mendukung kebijakan sang Bupati. Bukti Reformasi Birokrasi yang dilakukan Buntaran sangat luar biasa dengan Keyakinan Usaha Sampainya.

Pergantian kekuasaan, Buntaran oleh Bupati Sjharazad Masdar dikembalikan ke Dinas Kesehatan untuk kembali menggunakan ilmunya. Karena ada anggapan, Reformasi birokrasi tidak pantas dilakukan orang yang ngerti penyakit tubuh. Dia tetap melangkah pasti dengan tanpa merasa dimutasi. "Semua ada Hikmahnya, Allah sudah mengatur perjalanan manusia," ungkap Buntaran pada wartawan saat ditemui di Kantor Dinkes medio 2008.

Buntaran bekerja dengan penuh keyakinan usaha sampai, apalagi ngurus kesehatan sudah linier dengan kemampuannya sebagai dokter. Buntaran bukannya tenggelam di Dinkes, dia sering diundang oleh pemerintahan provinsi, kabupaten dan kota di penjuru Indonesia menjadi pemateri soal Gerbang Mas dan Gerakan Jambanisasi di masyarakat.

Buntaran bukan sosok Pejabat Komando Dalam Kamar, (Kodamar). Dia pernah mendengarkan siaran radio mengenai laporan masyarakat adanya, Bidan Desa yang menarik biaya dijam dinas. Pada saat itu, Bupati Masdar mengratiskan bagi masyarakat yang berobat di Puskesmas Desa, Kecamatan dan Kabupaten gratis. Laksana disambar petir, Buntaran langsung memanggil si Bidan di Kecamatan Rowokangkung untuk dikasih wejangan. Bukan itu saja, dia langsung mengumpulkan kepala Puskesmas untuk mengawasi Bidan/ Perawat nakal yang menindas masyarakat.

Dokter Buntaran tidak suka menyuruh anak buahnya, kalau belum dilakukan. Meski usia tak muda lagi, dia melakukan Gowes Sepeda pancal dari Lumajang-Surabaya hingga Jakarta bersama anak buahnya sebagai kampanye kepedulian pentingnya kesehatan. Buntaran, awalnya ingin menghabiskan masa pensiun di Dinkes. Namun, pepatah ini yang layak direnung, Siapa yang menanam kebaikan, pasti akan mendapat kebaikan.

Lagi-lagi, Pak Dokter dipercaya sebagai Sekretaris Daerah mengantikan Abdul Fatah Ismail. "Aku iki wes ate pensiun, tapi diperintah Bupati, ya harus dilakukan. Ini sebuah amanah, fardun ain sebagai birokrat sebagai sumpah PNS," ungkap Buntaran kepada salah satu wartawan media online.

Buntaran bukan sebagai Manajer, tetapi Direktur sekaligus Juru Masak. Tapi, Kondisi Pemerintahan saat itu serba sulit, karena beragam masalah menimpa para pejabat yang dimintai keterangan soal Pasir, serta kasus korupsi lainya. Bahkan, Buntaran juga harus menghadapi persoalan politik, disaat Bupati Sjahrazad Masdar sakit keras. Buntaran lagi-lagi memakai pendekatan kultural, agar pemerintahan tetap berjalan dengan baik. Komunikasi interpersonal dilakukan antaran Eksekutif dan Legislatif soal kelancaran APBD untuk kepentingan rakyat. Akibat intennya komunikasi sebagai jembatan dua lembaga pemerinatah di Lumajang. Buntaran keserimpet soal posisi Wakil Bupati Lumajang disaat ditinggalkan As'at Malik menjadi orang nomor satu. 

Keserimpet seorang birokrat dalam politik tidak bisa dihindarkan, karena Buntaran dinilai mampu menjalin komunikasi yang baik di level pejabat tinggi di Lumajang. Buntaran tetap tenang menjalankan tugasnya sebagai Sekda untuk melayani masyarakat dan menyelesaikan masalah dimasyarakat. Jelang akhir jabatannya, Buntaran dipercaya sebagai Ketua Panitia Seleksi Calon Sekda, baru melangkah sudah langsung dikritik. Langkah bijaknya dan menerima kritikan yang tidak masuk akal, baik dari dalam dan luar birokasi. "Aku ini mek dadi panitia seleksi, soal siapa Calon Sekda yang dipilih, itu kewenangan penuh pak Bupati, tapi gak apa-apa, sekarang iklimnya demokrasi," jelas Pak Bun, sapaan akrabnya.

Menjabat sebagai Sekda, Buntaran mengingatkan pentingnya sehat bukan menggunakan slogan tetapi laku. Salah satunya, dengan kegiatan gowes para pejabat ke kawasan potensi Lumajang. "Sehat sebuah kekayaan, lebih baik menjaga tubuh dari pada mengobati," pesan Buntaran pentingnya kesehatan. Kegiatan Gowes menjadi populer di Lumajang, banyak PNS yang memilih naik sepeda ketimbang naik motor yang bikin boros isi dompet. Sehat itu murah, Sakit itu Mahal. Ayo jaga Kesehatan hingga Tua. Pesan terakhir Sang Dokter dan juga Sekda Lumajang. Terimah kasih pak Bun, anda telah mengajari pentingnya sehat dalam bekerja di Birokrasi. (ls/red)

Editor : Redaksi

Jaga Kebersihan Lingkungan Bersama

Pemerintah Ajak Warga Lumajang Bisa Kelola Sampah Mandiri

Lumajang - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lumajang meluncurkan program "Sampah Mandiri" sebagai upaya untuk membangun kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan. Program ini bertujuan agar masyarakat lebih bijak dalam membuang sampah dan memahami dampak positif dari lingkungan yang bersih dan sehat. DLH juga mengajak masyarakat melakukan pengelolaan sampah mandiri untuk menjaga kebersihan lingkungan masing-masing.