Difabel Lumajang

Dibalik Keterbasan Fisik, Cak Hadi Terus Berkarya Demi Lumajang

Penulis : lumajangsatu.com -
Dibalik Keterbasan Fisik, Cak Hadi Terus Berkarya Demi Lumajang
Cak Hadi saat melakukan pementasan di acara KPU Lumajang.

Lumajang (lumajangsatu.com) - Keterbatasan fisik dan materi bukan merupakan alasan atau penghalang seseorang agar bisa sukses, melainkan timbulnya rasa malas dan hilangnya semangat yang menyebabkan kegagalan itu.

Susilo Hadi Wasito Lahir di Lumajang ,13 september 1984, Anak dari ibu Sunarni, seseorang yang terlahir dengan berkebutuhan khusus (difable) celebral palsy dengan daya gerak tubuh yang sangat terbatas bertempat tinggal di Jogotrunan, Kecamatan Lumajang, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur 67316

Mungkin terbesit dalam benak apa yang bisa dilakukan oleh orang yang terlahir dengan keterbatasan seperti itu, tapi lain halnya dengan S Hadi Wasito sedari masa kecilnya dia gigih berusaha berlatihan berjalan hingga berumur 8 tahun baru bisa berjalan meski kadang keseimbangannya kurang stabil.

BACA JUGA :  Tya Soegito Ingin Kenalkan Pariwisata Lumajang ke Dunia

Pendidikannya diawali di SDLB Veteran Lumajang dan lulus di tahun 1998, karena semangat ingin menuntut ilmu di sekolah umum sangat tinggi layaknya anak-anak lain yang terlahir normal, dia n mencoba dan diterima di SLTPN 3 Lumajang dan kemudian melanjutkan ke SMUN 1 Lumajang lulus pada tahun 2004.

Semangat dan jiwa kemandiriannya terpupuk saat mengikuti organisasi ketika masa sekolah, baik di Pramuka, PMR, OSIS, Remush bahkan Pecinta Alam meski kerap tak mendapat ijin dari orang tua karena mengkhawatirkan kondisinya. Namun karena didasari keinginan yang tinggi itu dia kadang sering mengikuti kegiatan alam dengan sembunyi-sembunyi karena takut tak mendapat ijin dari orang tuanya.

Cak_Hadi_Wasito_LumajangCak_Hadi_Wasito_Lumajang

Hadi merupakan orang yang sangat nekat, orang yang tidak mudah putus asa, orang yang selalu mencari pengalaman hidup, karena menurutnya inspirator terbaik adalah pengalamanmu sendiri, maka jangan takut gagal untuk memulai langkah.

Ketika tamat SMA dia nekat merantau ke Bandung sendirian dan lebih ekstrimnya lagi, dia hanya pamit kepada orang tua hanya lewat secarik kertas yang diletakan di atas kasur sesaat selepas pulang dari camping, karena tidak ingin merepotkan orang tua adalah alasan kuat untuk dia merantau. Pengakuan dia saat di temui Tim Lumajangsatu.com

BACA JUGA :  Wiwid Deki Selvian "JOS" Ingin Promosikan Lumajang Lewat Film Indie

Allah memang selalu memberi jalan bagi hambanya yang tak pernah mengenal rasa lelah, putus asa dan mengeluh. Di bandung dia diterima bekerja sebagai tim sekretaris pimpinan Pondok Pesantren Darut Tauhid Bandung asuhan KH. Abdullah Gymnastiar atau yang lebih dikenal dengan Dai  kondang  Manajemen Qalbu Aa Gym.

Setelah itu putra bungsu dari tiga bersaudara , bekerja disalah satu TV lokal di Bandung yakni MQTV sebagai tim marketing, desainer, tim TV program kreatif hingga sempat memproduseri sebuah program TV bertajuk Jalan Hidayah. Tahun 2008 dia berkarya di Production House Jakarta dan salah satu karyanya adalah grafis serial film Kun Fayakun yang diproduseri langsung oleh Ustadz Yusuf Mansur dan desain media (Management) untuk Opick (penyanyi religi) .

BACA JUGA : Terbukti Rusak Hutan Lindung, Ketua LMDH Diganjar 8 Tahun Penjara

Merasa belum puas dengan apa yang selama ini dia capai dan yang dinginkan, akhirnya di akhir tahun 2010 dia memilih kembali ke Lumajang dan ingin mengembangkan karyanya di Lumajang.

Namun Allah berkehendak lain di akhir tahun 2012 beliau diuji dengan sakit syaraf, hingga hampir setahun hanya bisa berbaring di tempat tidur. Awalnya sempat down namun dengan tekad yang kuat ingin memanfaatkan waktu yang tersisa untuk bisa bermanfaat bagi orang lain sekecil apapun itu.

BACA JUGA : Vera Karina dari Model Terjun ke Dunia Film ingin Go Nasional

“jangan menunggu sempurna untuk melakukan sesuatu,mulailah bergerak dan berbuat dari apa yang kita mampu, selebihnya percayakan kepada Allah yang akan memberikan jalan dan menyempurnakannya,” ucapan motivasi dia meski terucap terbata-bata.

Sudah kurang lebih lima tahun ini dia diuji dengan sakit syaraf , yang belum ketemu detail jenis penyakit dan solusinya. Keadaan yang dia rasakan sekarang hanya sakit dari jari, perut dan seluruh tubuh terasa bagai terlilit benang dan syaraf terasa tertarik-tarik.

BACA JUGA : Warga Difabel Lumajang Meriahkan Karnaval Desa Tukum

Kini aktifitasnya lebih banyak di kursi roda, meski demikian tak menyurutkan semangatnya untuk tetap berkarya. Berbagai kegiatan, motivasi dan bergaul dengan beberapa rekan-rekan komunitas di Lumajang selalu dia lakukan meski dengan keadaan seperti itu.

Keterbatasannya tak menghalangi kreatifitas,rupanya darah seni mengalir dari Ayahnya Alm. Moeljono, seorang dalang, seniman dan juga ASN di dinas Pariwisata yang wafat 2006 silam, seperti pada tahun 2016 hadi sebagai inisiator  dan Pemain Film "SAHABAT" bersama Lumajang Film Community, pemain Film "Celah Yang Tersisa" produksi Pohongcinema 2017 , dia merupakan pengurus Forum Lingkar Pena (FLP) Lumajang, pegiat seni dan sastra di Graha Sastra Lumajang (GATRA),  Pegiat sosial di Persatuan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI) Lumajang, Dengan gerak terbatasnya dia juga sering diundang untuk memotivasi di sekolah-sekolah, pengajian, pramuka dan lain-lain. Bahkan dia menjadi (topik) liputan inspiratif di beberapa TV swasta nasional diantaranya SCTV,Trans TV, RCTI, MNC TV, Net TV.

Karya sastranya bisa kita nikmati di Buku Antologi Puisi GATRA, Buku Antologi HITAM GATRA, dan kisah inspirasi di Buku Semangkuk Inspirasi penerbit  Embrio

Belajar dari kehidupan S Hadi Wasito dengan keterbatasannya ,dia tetap semangat dalam menjalani hidup, dengan penuh kemanfaatan bagi banyak orang. Karena hidup ini memang hanya sementara maka pergunakanlah sebaik mungkin.

"Menulis bukan sekedar luapan curhatan namun jadikan percikan pencerahan,menulislah dari kisah inspiratifmu sendiri,sekecil apapun kelak akan menjadi prasasti hidupmu dan mengispirasi generasi berikutnya" Pesan dia. (ind/red)

Editor : Redaksi

Opini

Euthanasia dan Perawatan Paliatif, Dilema Etik Antara Hak Hidup dan Hak Untuk Mengakhiri Penderitaan

Lumajang - Saat ini dunia ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang pesat dan sudah sangat maju khusus pada bidang kesehatan. Dengan adanya kemajuan tersebut segala hal akan menjadi lebih mudah untuk dilakukan, seperti dalam hal mendiagnosis penyakit dan menentukan kemungkinan waktu kematian seseorang dengan tingkat akurasi tinggi dan hal tersebut dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan logis. Bahkan para dokter kini pun juga dapat memberikan bantuan dalam mengakhiri kehidupan pasienĀ  dengan kondisi medis yang memiliki tingkat kesembuhan relatif rendah atau dalam kondisi penyakit terminal. Proses ini dikenal dengan istilah Euthanasia (Fahrezi & Michael, 2024).

Dibuat Dari Bambu Muda

Jadi Warisan Budaya Tak Benda Indonesia, Krecek Bung Kuliner Asli Lumajang Bertekstur Daging Empuk

Lumajang - Kabupaten Lumajang, Jawa Timur kembali menorehkan kebanggaan di kancah nasional. Salah satu kuliner tradisional khasnya, Krecek Rebung, resmi ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia oleh Menteri Kebudayaan Republik Indonesia pada 16 November 2024. Pengakuan ini menjadi bukti keunikan dan kekayaan budaya lokal Lumajang yang terus dilestarikan.