Yogyakarta Kepala Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BBP2TP) Kementerian Pertanian Dr Agung Hendriadi M Eng mengakui target pemerintah untuk swasembada pangan,untuk kedelai, daging, jagung dan beras akan sulit tercapai pada tahun 2014. Pasalnya, produktivitas pangan nasional belum mampu mencukupi kebutuhan konsumen yang semakin meningkat. “Produktivitas pangan kita dalam 10 tahun terakhir masih tetap tidak meningkat secara signifikan,” kata Agung, Selasa (21/5). Untuk komoditas pangan dari sektor pertanian diakui Agung salah satu penyebabnya 52 persen infrastruktur irigasi yang sudah dibangun di era orde Baru dalam kondisi rusak parah, bahkan penyerapan tenaga kerja bidang pertanian menurun drastic hingga separuhnya. “Tahun 1976 penyerapan tenaga kerja bidang pertanian capai 64,16 dan kini hanya mampu menyerap 33 persen tenaga kerja,” kata alumnus Fakultas Teknologi Pertanian UGM ini. Dia menerangkan produkktivitas kedelai nasional juga saat ini capai 1,3 juta ton per tahun sementara kebutuhannya mencapai sekitar 2,6 juta ton. Sedangkan untuk Gula, produksinya mencapai 2,17 ton sedangkan kebutuhannnya mencapai 2,9 juta ton. Begitu pun untuk komoditas jagung, selain faktor minimnya kepemilikan lahan, teknologi pengolahan pasca panen masih menjadi kendala terbesar. Saat musim panen, bulan Mei, Juni, dan Juli produktivitas jagung nasional mencapai surplus namun kelebihan stok tersebut tidak mampu mencukupi kebutuhan selama 9 bulan setelahnya. “Tidak bisa disimpan dengan baik sehingga tidak bisa mencukupi kebutuhan,” ujarnya. Sedangkan untuk daging, produktivitas dan produksi daging sapi nasional hanya mampu naik 100 ton dalam tempo 10 tahun. Produktivitas daging nasional mencapai 350 ton per tahun pada tahun 2000 namun hanya naik menjadi 450 ton di tahun 2010. “Sekarang ini produksi daging lokal capai 536 ribu ton sedangkan kebutuhannya capai 580 ribu ton sehingga kekurangann masih perlu impor,” imbuhnya. Adapun populasi sapi dan kerbau nasional untuk saat ini mencapai 14,8 juta. Dari jumlah tersebut, sekitar 50,68% populasinya berada di Pulau Jawa sedangkan sisanya di sumatra (18%), Bali dan Nusa Tenggara (14%). “Sisanya di Kalimantan dan Sulawesi,” katanya Dekan Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) UGM, Dr Ir Lilik Sutirso, M Eng mengatakan persoalan sektor pertanian nasional saat ini ditenggarai tinggintya pertumbuhan permintaan impor komoditas pertanian dan lemahnya investasi swasta di sektor pertanian. Ditambah kondisi infrastruktur yang kurang memadai dan kurangnya efisiensi biaya supply-chain pangan. Menurutnya persoalan tersebut harus segera ditangani pemerintah agar dampak yang ditimbulkan tidak berpengaruh terhadap kemampuan negara dalam menyediakan pangan nasional.