Pendidikan Lumajang

Orang Tukang Selingkuh Bisa Diketahui Lewat Jari Manis, Ini Buktinya!

Lumajang(lumajangsatu.com) - Ada cara mudah untuk menilai seseorang suka selingkuh atau tidak, yaitu cukup dengan melihat jari manis tangannya. Demikian hasil penelitian para ilmuwan di University of Oxford yang diterbitkan dalam Biology Letters.  Dalam studi tersebut, para ilmuwan melakukan penelitian jari tangan terhadap 1.314 orang pria dan wanita. Dari hasil penelitian, orang yang memiliki jari manis lebih panjang dari jari telunjuknya terbukti tidak setia baik berjenis kelamin laki-laki maupun perempuan.  Metode yang digunakan pada penelitian tersebut yaitu rasio 2D:4D, yang mengatakan bahwa panjang jari manis seseorang mengindikasikan tingkat hormon testosteron saat berada di dalam kandungan. Jika panjang jari manis seseorang lebih panjang dibandingkan dengan jari telunjuknya, maka semakin tinggi hormon testosteron.  Testosteron adalah hormon steroid yang diproduksi di testis pada pria dan di ovarium pada wanita Testosteron memiliki dua fungsi utama dalam tubuh manusia, yaitu untuk membentuk sekaligus menjaga organ seks pria dan membentuk karakteristik seksualitas sekunder pada laki-laki seperti suara yang menjadi lebih berat dan pertumbuhan rambut pada daerah tertentu tubuh saat memasuki masa pubertas.  Produksi testosteron diatur oleh hormon yang dilepaskan di otak. Kelenjar hipotalamus dan hipofisis yang terletak di otak menghasilkan sinyal-sinyal hormon yang pada akhirnya menyebabkan produksi testosteron. Hormon-hormon ini melakukan perjalanan melalui aliran darah untuk mengaktifkan organ-organ seks pada pria dan wanita.  Dalam penelitian tersebut didapat data hasil quisioner yang menunjukkan baik pria maupun wanita cenderung melakukan selingkuh masing-masing mencapai 62 persen dan 50 persen. Dan dari persentasi tersebut rata-rata memiliki ukuran jari manis yang lebih panjang dibanding panjang jari telunjuknya Hal ini lantas dikaitkan dengan perilaku selingkuh atau pergaulan bebas. Namun peneliti mengatakan ini bukan sesuatu yang mutlak karena masih banyak faktor lain yang memengaruhi. Namun hasil penelitian juga menunjukkan bahwa pemilik jari manis yang ukuran panjangnya melebihi panjang telunjuk rata-rata memiliki dorongan libido yang lebih tinggi. Mungkin itulah dorongan terbesar mengapa mereka cenderung untuk melakukan selingkuh.  Periksa jari manis dan telunjuk anda, apakah anda termasuk orang setia? (erteerwe/red)

Daftar Nama Islam Yang Dilarang, Tapi Ada yang Paling Sering Dipakai Orang Lumajang

Lumajang(lumajangsatu.com) - Nama merupakan doa yang bisa mempengaruhi gambaran bagi sifat, gaya hidup dan pemikiran. Nama seperti Rozana, Suzana atau yang menggunakan nama ‘zana’, bunyinya memang enak didengar dan disebutkan tapi maknanya ‘berzina’ atau pun nama ‘wati’ yang berarti ‘bersetubuh’. Jadi hindarilah memberi nama anak dengan nama-nama tersebut. Dalam Islam juga terdapat beberapa nama yang sebaiknya dihindari untuk diberikan kepada putera-puteri anda kerana maknanya yang tidak baik, buruk dan bisa mendatangkan masalah di kemudian hari. Kita tentu pernah mendengar ungkapan, "Apalah arti sebuah nama?" Bagi orang muslim nama sangatlah penting bagi diri seseorang karena nama adalah doa yang bisa mempengaruhi jalan hidup seseorang.  Berikut nama-nama yang sering digunakan yang ternyata merupakan nama-nama yang digunakan di kalangan kaum Jin: 1. Zaqwan/Zaquan – anak jin 2. Qistina/Kistina – penghulu jin 3. Balqis – ketua jin 4. Najwa – bisikan 5. Haikal/Haiqal – tengkorak 6. Badrisha/Badlisha/Herisha Bagi mereka yang mempunyai nama-nama seperti di atas hendaknya diganti, namun jika tidak memungkinkan karena sudah tercatat di ijazah maupun akta kelahiran dan berkas-berkas administrasi lain tidak perlu untuk ganti nama tetapi cukup dengan mengganti nama panggilan. Sebagai contoh, kalau nama Nur Najwa. Kalau selama ini nama panggilannya adalah Najwa, nama panggilannya cukup diganti menjadi Nur. Namun nama adalah doa, bisa terkabul maupun tidak. Sesungguhnya segala macam penyakit atau kejadian-kejadian buruk yang menimpa, semuanya datang dari Allah SWT. Bukan semata-mata akibat dari nama seseorang, semuanya ketentuan-Nya. Hanya sebagai peringatan bagi para orang tua agar ketika memberi nama pada putra-putrinya hendaknya menghndari penggunaan nama-nama yang bermakna buruk. Ibn Umar berkata: “Anak perempuan Umar dinamakan dengan nama ‘Asiah (wanita yang derhaka), lalu dinamakan oleh Rasulullah SAW dengan Jamilah (cantik).”  (riwayat Tirmidzi dan Ibn Majah). Disunatkan mengubah nama yang buruk atau yang tidak baik kerana Nabi SAW telah melakukannya kepada para sahabat baginda, di mana Rasulullah SAW pernah menukar nama seorang yang bernama Abdul Hajar (hamba batu) kepada Abdullah. Ada yang bernama ‘Asi (yang durhaka) lalu ditukar menjadi Muti’ (yang taat). Aishah r.a berkata: “Rasulullah telah menukar nama-nama yang buruk.” (riwayat Tirmidzi).” Berikut adalah beberapa nama yang harus dihindari ketika menamai bayi anda : A Abiqah Hamba yang lari dari tuannya Afinah Yang bodoh Amah Hamba suruhan perempuan Asiah Wanita yang derhaka Asyar Paling jahat Asyirah Yang tidak bersyukur atas nikmat Aznie Aku berzina B Baghiah Yang zalim, jahat Bahimah Binatang Bakiah Yang menangis, merengek Balidah Yang bodoh, bebal Batilah Yang batil, tidak benar D Dahisyah Goncang, stress Dahriyah Yang mempercayai alam wujud dengan sendirinya Dami’ah Yang mengalir air matanya Daniyah Yang lemah dan hina F Faji’ah Kecelakaan Fajirah Yang jahat, yang berdosa Fasidah Yang rosak, yang binasa Fasiqah Yang jahat, si fasik Fasyilah Gagal, kalah G Ghafilah Yang lalai, yang leka Ghaibah Hilang Ghailah Kecelakaan, bencana Ghamitah Yang tidak mensyukuri nikmat Ghasibah Perampas, perompak Ghawiah Yang sesat, yang mengikut hawa nafsu H Haqidah Yang dengki Hasidah Yang hasad Hazinah Yang sedih J Jafiah Yang tidak suka berkawan Jariah Hamba suruhan perempuan K Kafirah Yang kafir, yang ingkar Kaibah Yang sedih Kamidah Yang hiba, yang sangat berduka Kazibah Pendusta, pembohong Khabithah Yang jahat, yang keji Khali’ah Yang tidak segan silu, mengikut hawa nafsu Khamrah Arak Khasirah Yang rugi Khati’ah Yang bersalah, yang berdosa L Lahab Bara api Lahifah Yang sedih, menyesal dan dizalimi La’imah Yang tercela Lainah Yang terkutuk M Majinah Yang bergurau senda tanpa perasaan malu Maridah Yang menderhaka Musibah Celaka, bencana, kemalangan N Nariah Api Nasyizah Yang menderhaka dan melawan suami Q Qabihah Yang buruk, hodoh Qasitah Yang melampaui batasan dan menyeleweng dari kebenaran Qatilah Pembunuh R Rajimah Yang direjam, yang dilaknat Razani Kepala zakar lelaki Razi’ah Kecelakaan, musibah Razilah Yang keji dan hina S Safih Insan Manusia bodoh Safilah Yang rendah dan hina Sahiah Yang pelupa Sharrul / Sharru Jahat Sakirah Pemabuk Syafihah Yang bodoh Syani’ah Yang buruk Syaqiyah Yang menderita Syaridah Yang diusir Syariqah Pencuri Syarisah Yang buruk akhlak Syarrul Bariyyah Sejahat-jahat manusia T Tafihah Karut Talifah Yang rosak, yang binasa Talihah Yang tidak baik  Tarikah Anak dara tua W Wahiah Yang lemah, yang jatuh, yang buruk Wahimah Yang lemah Wahinah Penakut Wailah Bencana, keburukan Wajilah Penakut  Waqihah Yang kurang sopan dan malu Wasikhah Yang kotor Wasyiah Yang mengumpat, yang mengadu dombakan orang Wati/Waty Nama Hindu/tiada makna Wathy / Wathi Bersetubuh Y Yabisah Yang kering, yang sedikit kebaikannya Yaisah Yang berputus asa Z Zalijah Kebinasaan Zalilah Yang hina Zalimah Yang zalim Zaniyah Penzina, pelacur Zufafah Racun pembunuh Untuk para orang tua namailah anak-anak anda dengan nama yang baik. Jangan hanya memberi nama dengan nama yang enak didengar namun buruk maknanya. Karena di suatu hari nanti ketika seseorang meninggal dunia dan ruhnya diangkat maka para malaikat akan menyebutkan namanya. Setiap melewati sekelompok Malaikat di langit, mereka bertanya, ‘Ruh siapakah yang menyebarkan bau harum ini?’ Para Malaikat yang membawanya menjawab, “Ini adalah ruh fulan bin fulan’, seraya mereka menyebutkan nama-nama panggilannya yang terbaik yang biasa dipanggilkan kepadanya ketika di dunia. (erteerwe/red)

Sengketa Lahan SMP N 1 Sukodono, PMII Usulkan Pemkab Buat Jalan Baru Dari Selatan

Lumajang (lumajangsatu.com) - Pasca divonis kalah oleh Pengadilan Negeri (PN) Lumajang atas sengketa lahan SMP Negeri 1 Sukodono banyak masukan pada Pemkab dari masyarakat. Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Cabang Lumajang meminta Pemkab untuk mengajukan banding. "Kita minta Pemkab mengajukan upaya hukum banding, jika perlu hingga ketingkat kasasi jika pada tingkat banding Pemkab tetap kalah," ujar Muhammad Hariyadi ketua PMII Lumajang kepada lumajangsatu.com, Sabtu (10/04/2015). Disamping meminta Pemkab ajukan banding, PMII juga mengusulkan alternatif lain untuk persoalan lahan SMP N 1 Sukodono. PMII menyarankan agar lahan yang digugat seluas 3.130 meter persegi dikebalikan saja kepada pihak ahli waris. Setelah dikembalikan, Pemkab mengangarkan pembangunan jalan dari arah selatan untuk pintu masuk SMP N 1 Sukodono. Dari pada membayar ganti rugi 6,5 miliar lebih, lebih baik menganggarkan 1,5 miliar untuk pembuatan jembatan dan pintu gerbang baru untuk SMP N 1 Sukodono. "Tanahnya dikembalikan saja, terus Pemkab anggarkan dana untuk buat jalan dari selatan, dari pada harus ganti rugi 6,5 miliar lebih, karena akan membebani APBD Lumajang, jelasnya. Sementara itu, Taufiq Hidayat Kabag Hukum Pemkab masih menunggu rekom dari tim sembilan. Jika direkomendasikan banding maka Pemkab akan segera mengajukan banding. "Kita tunggu rekom dari tim sembilan dan kita juga ucapkan terima kasih atas masukan dari masyarakat dan kita pasti akan sampaikan ke pak Bupati," terangnya.(Yd/red)

Ada Wacana Pengosongan Posisi Wabup Lumajang, Komisi A Segera ke Mendagri

Lumajang(lumajangsatu.com) - Santernya wacana mengosongkan kursi Wabup usai ditinggal As'at Malik menjadi Bupati Lumajang terus berhembus kencang dari dalam birokrasi. Komisi A DPRD Lumajang akan segera melakukan konsultasi ke Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) mengenai belum terbitnya Peraturan Pemerintah usai disahkan UU No. 8 Tahun 2015.   "Kita akan segera konsultasi ke Kemendagri soal posisi Wabup bersama pimpinan DPRD dan Fraksi," ujar Ketua Komisi A DPRD Lumajang, Nur Hidayati.   Menurut dia, kekosongan kursi Wabup bisa menganggu roda pemerintaha dan bisa melanggar Undang-Undang. Karena di UU No.8 Tahun 2015 diamanatkan untuk posisi Wabup yang kosong harus diisi dari partai pengusung.   "Untuk itu kita akan ke Jakarta untuk mengetahui sampai kapan pengisian posisi Wabup sesuai amanat Undang-Undang," jelas perempuan cantik dari Fraksi Nasdem itu.   Komisi A mengkaji sesuai dengan Undang-Undang dan peraturan pemerintah sebelumnya, 2 minggu Bupati Dilantik harus mengajukan Cawabupnya. "Itu diaturan sebelumnya," paparnya.   Komisi A DPRD Lumajang akan mengawal dalam pengisian kursi Wabup yang kini menghangatkan konstelasi politik di Partai Pengusung dan Non. Pasalnya, Demokrat dikabarkan mengusulkan Indah Amperawati Masdar, PAN yakni H. Thoriq dan dari Golkar ada 2 nama yang terus melambung yakni Sujatmiko dan Suigsan.   Dari hasil kajian komisi A DPRD, Amanah UU 23 tahun 2014 pasal 406, dinyatakan peraturan terkait pemerintah daerah dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dan tidak ada pengaturan khusus artinya tidak ada kekosongan hukum.(ls/red)

Kekurangan Guru Agama, Warga Hindu Lumajang Wadhul ke Anggota DPR RI Purnamasidi

Lumajang (lumajangsatu.com) - Untuk kali keduanya, H. Muhammad Nur Purnamasidi S. Sos anggota DPR RI Frkasi Golkar datang ke Pura Mandara Giri Semeru Agung Lumajang. Kedatangan legislator Golkar itu ditemani oleh Bimas Hindu kementrian Agama RI yang diwakili oleh Putu Suhartama. "Saya juga mengajak pak Bupati hadir disini juga, namun beliyau tidak bisa hadir dan diwakilkan kepada pak Camat Senduro," ujar Nur Purnamasidi kepada umat Hindu Lumajang, (03/04). Menururutnya, sebenarnya ia ingin menyampaikan permintaan warga Hindu kepada pemerintah daerah secara langsung, diantaranya warga Hindu di Senduro menginginkan adanya pencacatan nikah di Kecamatan, sehingga tidak perlu lagi datang ke Lumajang karena dianggap terlalu jauh. "Saya ingin menyampaikan secara langsung kepada pak Bupati tentang warga Hindu Senduro ingin ada pencatatan nikah di Kecamatan dan juga masih minimnya tenaga guru agama Hindu," jelasnya. Bang Poer panggilan akrab Purnamasidi juga berharap pertemuan kedua itu adalah pertemuan yang terakhir melakukan serap aspirasi. Saat dirinya datang untuk ketiga kalinya, bang Poer sudah membawa program untuk umat Hindu di Lumajang. "Serap aspirasinya sudah selesai, saya datang untuk ketiga kalinya tidak dengan tangan kosong namun sudah ada program dari pemeritah yang bisa dinikmati oleh warga Hindu," terangnya. Wira Dharma umat Hindu dari desa Kandangan merasa senang dan bangga bisa dikunjungi oleh anggota DPR RI dan Bimas Hindu. Dirinya dan semua umat Hindu di Lumajang berharap pertemuan tersebut bisa bermanfaat dan bisa menyelesaikan persoalan yang dihadapi oleh umat Hindu di Lumajang. "Semoga bisa terealisasi semua usulan kami, seperti pengajuan bantuan pembangunan tempat ibadah dan kekurangan tenaga pengajar guru agama Hindu, Sedangkan murid-murid kami disini sangat memerlukannya," paparnya. Sementara itu, Putu Suhartama menyatakan bahwa bantuan pembangunan tempat ibadah bisa di tangani oleh Kementrian dengan catatan mengajukan proposal bantuan. Sedangkan untuk guru agama Hindu, merupakan kewenangan pemerintah daerah karena sudah masuk era otonomi. "Kalau bantuan tempat ibadah dan desa binaan itu bisa kami bantu mas, namun untuk kekurangan guru agama Hindu itu kewenangan pemerintah daerah karena sudah otonomi," jelasnya.(Yd/red)

Panitia Daerah Muktamar NU ke-33 di Jombang Terus Matangkan Persiapan

Lumajang (lumajangsatu.com) - Panitia daerah dan panitia Nasional Muktamar NU ke-33 di Jombang 2015 terus melakukan persiapan. Pembagian tugas antara panitia lokal dan nasional terus dimatangkan agar sukses pelaksanaan muktamar NU ke-33 bisa terwujud. "Kita terus melakukan persiapan untuk mensukseskan pelaksananaan Muktamar NU yang akan ditempatkan di Jombang Jawa Timur," ujar Thoriqul Haq MML, Sekretaris panitia daerah Muktamar NU di Jombang, Jum'at (03/04/2015). Untuk persoalan administrasi dan persiapan peserta merupakan tugas dari panitia nasional Muktmar NU. Sedangkan tugas panitia daerah menyiapkan teknis acara, seperti akomodasi, konsumsi hingga pendamping peserta Muktamar. "Kita juga siapkan santri senior untuk menjadi pendamping para peserta, sehingga peserta Muktamar tidak akan kebingungan jika membutuhkan sesuatu," terang politisi PKB asal Lumajang itu. Thoriq meminta do'a dan dukungan kepada semua warga NU agar muktamar NU di Jombang sukses kegiatan dan juga sukses tujuan. "Saya selaku panitia meminta dukungan dan do'a dari semua warga NU, agar Muktamar ke-33 di Jombang sukses kegiatan dan sukses tujuan," pungkasnya.(Yd/red)

Jaga Kebersamaan, FKWL Lakukan Pertemuan Setiap Bulan

Lumajang (lumajangsatu.com) - Forum Komunikasi Wartawan Lumajang (FKWL) secara rutin melakukan pertemuan sebagai ajang silaturrahim insan jurnalis di Lumajang. Harapannya, insan jurnalis akan semakin solid dalam mengawal kepentingan rakyat dan mengawal jalannya pemerintahan. "Ini adalah agenda rutin pertemuan setiap bulan, dimana kita akan melakukan evaluasi dan juga mencari isu-isu strategis di Lumajang untuk kita soroti," ujar Achmad Arif koordinator FKWL, Rabu (01/04/2015). Dalam pertemuan tersebut juga muncul wacana tentang mengawal proses pemilihan wakil bupati dan sekda Lumajang. Sebab, dua momentum tersebut sangat penting bagi pembangunan dan kemajuan Lumajang. "Kita ada wacana mengawal proses pemilihan sekda dan juga wakil bupati Lumajang yang sebentar lagai akan berganti," paparnya. Setelah selesai melakukan pertemuan, kemudian dilakukan pembagian kartu anggota kepada insan jurnalis yang bergabung di FKWL.(Yd/red)

Duh...!! Guru Jarang Masuk, SD N 1 Ranu Pane Sering Libur Sendiri

Lumajang (lumajangsatu.com) - Kunjungan kerja Komisi D DPRD Lumajang ke SD Negeri 1 Ranu Pane berakhir mengecewakan. Pasalnya, saat tiba di sekolah itu sekitar jam 11.00 wib, kondisi sekolah sudah kosong melompong, tidak ada satupun murid atau guru. "Saat komisi D DPRD melakukan kunjungan hari Senin (30/03) ke SD N 1 Ranu Pene, kita merasa kecewa karena sekolah sudah tutup jam 11 siang," ujar Idris Marzuqi anggota Komisi D DPRD Lumajang, Selasa (31/03/2015). Setelah mendapati sekolah kosong melompong, rombongan dewan kemudian bertemu dengan sejumlah warga Ranu pane. Dari keterangan warga, kondisi tersebut bukan hari itu saja, namun sudah berlangsung sejak lama. "Keterangan warga kondisi itu sudah lama, kalau muridnya ada, namun yang sering tidak ada adalah gurunya," terang ketua Fraksi Demokrat itu. Dari hasil kunjungan itu, ketua Komisi D DPRD kata Idris akan memanggil Dinas Pendidikan. Sebab, diperoleh informasi bahwa guru yang mengajar di SDN 1 Ranu Pane juga mendapatkan tunjangan profesi berupa sertifikasi guru. "Lah kalau sering gak masuk, kan percuma negera membayar mahal mas, pak ketua Komisi berencana segera manggil Diknas," pungkas pria berkaca mata itu. Jika pendidikan di Ranu Pene seperti itu, maka yang akan jadi korban adalah generasi penerus bangsa. Oleh sebab itu, semua elemen baik orang tua siswa dan pemerintah harus turun tangan dengan cepat.(Yd/red)

KH Wahab Chasbullah, Pendiri NU yang Lebih Banyak Berbuat Dibanding Berbicara

Lumajang (lumajangsatu.com) - Di kalangan warga Nahdliyyin (NU) dikenal adanya tiga (3) kiai serangkai: KH Hasyim Asy'ari, KH Abdul Wahab Chasbullah, dan KH Bisri Syansuri. Ketiganya penggagas, pendiri, dan rais am pertama PBNU. Ketiganya pula memegang jabatan rais am hingga meninggal dunia. Bahkan, Kiai Hasyim diberi gelar Rais Akbar.  KH Hasyim Asy'ari (Pondok Tebuireng) adalah rais am pertama, posisinya digantikan KH Abdul Wahab Chasbullah (Pondok Tambakberas Jombang) dan yang ketiga adalah KH Bisri Syansuri, pendiri dan pimpinan Pondok Denanyar, Jombang.  KH Abdul wahab Chasbullah--yang akrab dipanggil Kiai Wahab--bisa dikatakan merupakan implementator dan administrator dari gagasan dan garis perjuangan NU yang digagas KH Hasyim Asy'ari. Antara kedua kiai ini dwitunggal yang sulit dikotomikan dalam perspektif pemikiran keagamaan dan tindakan keorganisasian. Kiai Wahab yang gigih dan konsisten memperjuangkan kepentingan mahzab keagamaan kaum Islam Tradisional di Indonesia tak mungkin dilepaskan dari Kiai Hasyim. Misalnya, dalam pendirian NU di Surabaya pada 31 Januari 1926, Kiai Wahab adalah administrator tangguh yang menggalang dan mengorganisasi para kiai Islam Tradisional berpaham Ahlussunnah Wal Jamaah di Pulau Jawa dan Madura, menghadapi serbuan pemikiran mahzab Moderisme Islam dan puritan yang mulai berkembang di kawasan Timur Tengah di akhir abad 19.  Sebagai ketua Komite Hijaz, dia membawa pesan ulama-ulama Islam Tradisional di Nusantara tentang diizinkan dan diberikannya perlindungan praktek keagamaan bermahzab di Tanah Suci Makkah dan Madinah bagi umat Islam oleh otoritas kekuasaan Bani Ibnu Saud yang belum lama berkuasa di Arab Saudi. Komite Hijaz yang dipimpin Kiai Wahab dan Syaikh Ghanaim berhasil mengegolkan misinya dengan paripurna. Sebagai ulama yang lebih banyak berbuat, bertindak dibanding berbicara, Kiai Wahab sekalipun berpikiran modern, tapi tak pernah meninggalkan nilai-nilai dan akar Tradisionalisme Islam di Nusantara dari 4 mahzab (Syafi'i, Maliki, Hambali, dan Hanafi) yang diikuti dan diyakini sebagian besar umat Islam Nusantara.  Menurut Greg Fealy (2003), Kiai Wahab adalah penggerak utama pembentukan jam'iyyah NU. Sejak sebelum kelahiran NU di Surabaya pada 31 Januari 1926, Kiai Wahab pada 1924 juga mengusulkan perlunya dibentuk semacam perhimpunan ulama untuk memberikan respon yang lebih terkoordinasi, terorganisasi, dan berkelanjutan atas serangan-serangan kalangan Modernis.  Gagasan tersebut belum memperoleh restu dari Kiai Hasyim, mengingat pendiri Pondok Tebuireng Jombang itu tak menginginkan terjadinya pembelahan yang lebih mendalam antarumat Islam Indonesia. Menyadari bahwa tanpa restu dan legitimasi Kiai Hasyim, kecil kemungkinan pembentukan organisasi wadah ulama Islam Tradisional bakal meraih sukses, Kiai Wahab sadar dan sabar bahwa gagasannya tak mungkin bisa diwujudkan dalam tempo cepat.  Menyadari bahwa serangan dan kritikan dari kalangan modernis makin kencang dari waktu ke waktu, gagasan Kiai Wahab untuk pembentukan organisasi yang mewadahi dan mengonsolidasikan kekuatan kaum ulama Islam Tradisional Indonesia memperoleh reasoning dan legitimasinya. Kiai Hasyim memberikan restu dan legitimasi moral dan Kiai Wahab diposisikan sebagai Katib Syuriah PBNU yang pertama.  Dalam buku KH Wahab Chasbullah, Biografi Singkat 1888-1971, yang ditulis Muhammad Rifai (2010), antara lain disebutkan bahwa meskipun hanya bertindak sebagai Katib Syuriah, nafas pergerakan NU hampir tak bisa terlepas dari peran serta Kiai Wahab. Menurut Idham Khalid, Kiai Wahab berkeinginan menjadikan NU sebagai sebuah pesantren, yakni tempat beribadh, menuntut ilmu, bergotong royong, dan mengabdikan dirinya kepada masyarakat dengan menyumbangkan karya- karyanya yang bermanfaat.  "Kiai Wahab merupakan wujud NU dalam praktek. Suatu kombinasi integral antara ketakwaan, keilmuan, akhlak, dedikasi, dan karya baik besar maupun kecil. Organisasi ini lahir dari aspirasi pesantren, di antara kiai, dan di antara santri- santrinya yang terpencil jauh dari jangkauan penguasa dan pemimpin politik. Karena itu, kelahirannya tak menggetarkan kaum pergerakan serta politisi," tulis Muhammad Rifai.  Bagaimana peran dan kiprah politik Kiai Wahab perjalanan politik NU (Partai NU)? Dalam buku "Ijtihad Politik Ulama, Sejarah NU 1952-1967" yang ditulis Greg Fealy (2003), jelas-jelas disebutkan bahwa tokoh yang sangat penting dalam kampanye penarikan NU dari Partai Masyumi adalah Abdul Wahab Chasbullah. Sebagai pejuang yang gigih membela kepentingan umat Islam Tradisional di Indonesia dan membentengi otoritas ulama, Kiai Wahab memandang peminggiran NU dalam Masyumi sebagai pengulangan serangan kaum Modernis yang pernah terjadi pada 1920-an dan awal 1930-an.  "Pada masa itu, Wahab sebagai kiai muda, telah sebagai arsitek yang merancang tanggapan-tanggapan ulama terhadap ancaman modernisme. Kini, sebagai rais am, Kiai Wahab bertekad mengerahkan umat Islam Tradisional untuk mempertahankan kepentingan mereka. Tekad Wahab diperkuat ketersinggungan pribadinya atas langkah-langkah yang diambil Masyumi. Sebagai Ketua Majelis Syuro, dia menolak keras anggaran dasar baru yang mengurangi peranan politiknya, suatu langkah yang menurutnya bertujuan membatasi campur tangan yang kerap dilakukannya terhadap pengambilan keputusan dewan pengurus (DPP Masyumi)," tulis Greag Fealy.  Langkah dan keputusan Kiai Wahab yang menilai NU lebih baik mufaraqah dari Masyumi pada awal 1950-an didasarkan pada pengetahuan dan pemahaman yang kuat atas potret sosiologis, politik, kultural, dan psikologis warga NU. Sebagai ulama yang berakar urat dari bawah, bersifat populis, dan seringkali bersentuhan kalangan akar rumput, Kiai Wahab mampu memotret secara pas dan presisi kegelisahan umat Islam Tradisional atas polemik dan tarik-menarik antarunsur di Masyumi, terutama antara kalangan Islam Tradisional dengan Islam Modernis.  "Sebagai politisi ulama, Kiai Wahab percaya bahwa dengan basis dukungan massanya NU mampu menjadi kekuatan politik besar. Jika hal itu tak dapat dicapai melalui Masyumi, maka NU harus menciptakan partainya sendiri. Kiai Wahab mulai tak suka kepada Natsir (Ketua Umum DPP Masyumi) setelah tokoh ini, di depan umum, mendebat pandangannya tentang hukum Islam. Meskipun Kiai Wahab adalah seorang yang ahli dalam berdebat, dia merasa tersinggung karena seseorang yang lebih muda dengan pendidikan utama sekuler berani menentang tafsiran- tafsirannya," kata Greg Fealy dalam bukunya.  Keyakinan Kiai Wahab atas potensi politik dari waktu ke waktu makin kokoh dan mengental. Insting dan intuisi politiknya menyatakan bahwa NU sebenarnya memiliki potensi kekuatan politik luar biasa. Kiai Wahab mulai tak sabar dengan sikap ekstra hati-hati yang ditunjukkan rekan-rekannya menyikapi sikap dan langkah politik ke depan NU: Apakah tetap bergabung ke Masyumi atau mufaraqah dengan mendirikan partai baru.  Pada muktamar NU tahun 1950, Kiai Wahab menegaskan perlunya NU melakukan penarikan diri dari Masyumi. Dengan kelugasan dan penuh semangat, Kiai Wahab menyampaikan pandangan kepada utusan muktamar: Banyak pemimpin-pemimpin NU di daerah-daerah dan juga di pusat yang tak yakin akan kekuatan NU, mereka lebih meyakini kekuatan golongan lain. Orang-orang ini terpengaruh bisikan orang lain yang menghembuskan propaganda agar orang NU tidak yakin akan kekuatan yang dimilikinya. Kekuatan NU ibarat senjata adalah meriam, betul-betul meriam. Tapi digoncangkan hati mereka oleh propagandanya... gelugu alias batang kelapa sebagai meriam tiruan...! Pemimpin NU yang tolol itu tidak sadar akan siasat lawan dalam menjatuhkan NU melalui cara membuat pemimpin NU ragu-ragu akan kekuatan sendiri. Di bawah kendali utuh, keberanian luar biasa, dan legitimasi sosial keagamaan dan sosial politik yang kukuh dari Kiai Wahab, pada 31 Juli 1952, NU menyatakan keluar dan berpisah dengan Masyumi dan menjadikan NU sebagai parpol mandiri. Hal itu sejalan dengan keputusan muktamar Palembang.  Awal menjadi parpol, stok SDM berkualitas di ranah politik oleh NU sangat minim. Pola politik outsourching telah diterapkan Kiai Wahab dalam konteks pengisian jabatan-jabatan politik-pemerintahan sekiranya Partai NU memperoleh suara signifikan pada Pemilu 1955.  Dalam konteks ini, Kiai Wahab sebagaimana ditulis Greg Fealy, mengatakan, "Jika saya membeli sebuah mobil baru, penjualnya tak bertanya: 'Pak, bapak bisa menyetir?' Pertanyaan semacam itu tak perlu, karena jika saya tidak bisa menyetir saya dapat memasang iklan di koran 'Dicari Sopir'. Tidak bisa diragukan, akan segera ada antrean calon (sopir) di depan pintu (rumah) saya.". (beritajatim.com/red)

Sosok KH. Hasyim Asyari, Ulama Pendiri NU Jauh Dari Fanatisme Sempit Islam

Lumajang(lumajangsatu.com) - Gawe besar itu bakal dihelat pada 1-5 Agustus 2015 mendatang. Lokasinya di empat (4) pondok pesantren (Ponpes) besar di Kabupaten Jombang, Jatim. Muktamar Nahdlatul Ulama (NU) ke-33 namanya. Keempat pondok yang memiliki jalinan kesejarahan dan kultural sangat kuat dengan kelahiran ormas Islam NU: Pondok Tebuireng, Pondok Darul Ulum Rejoso, Pondok Denanyar, dan Pondok Tambakberas.