Pendidikan Lumajang

Kekurangan Guru Agama, Warga Hindu Lumajang Wadhul ke Anggota DPR RI Purnamasidi

Lumajang (lumajangsatu.com) - Untuk kali keduanya, H. Muhammad Nur Purnamasidi S. Sos anggota DPR RI Frkasi Golkar datang ke Pura Mandara Giri Semeru Agung Lumajang. Kedatangan legislator Golkar itu ditemani oleh Bimas Hindu kementrian Agama RI yang diwakili oleh Putu Suhartama. "Saya juga mengajak pak Bupati hadir disini juga, namun beliyau tidak bisa hadir dan diwakilkan kepada pak Camat Senduro," ujar Nur Purnamasidi kepada umat Hindu Lumajang, (03/04). Menururutnya, sebenarnya ia ingin menyampaikan permintaan warga Hindu kepada pemerintah daerah secara langsung, diantaranya warga Hindu di Senduro menginginkan adanya pencacatan nikah di Kecamatan, sehingga tidak perlu lagi datang ke Lumajang karena dianggap terlalu jauh. "Saya ingin menyampaikan secara langsung kepada pak Bupati tentang warga Hindu Senduro ingin ada pencatatan nikah di Kecamatan dan juga masih minimnya tenaga guru agama Hindu," jelasnya. Bang Poer panggilan akrab Purnamasidi juga berharap pertemuan kedua itu adalah pertemuan yang terakhir melakukan serap aspirasi. Saat dirinya datang untuk ketiga kalinya, bang Poer sudah membawa program untuk umat Hindu di Lumajang. "Serap aspirasinya sudah selesai, saya datang untuk ketiga kalinya tidak dengan tangan kosong namun sudah ada program dari pemeritah yang bisa dinikmati oleh warga Hindu," terangnya. Wira Dharma umat Hindu dari desa Kandangan merasa senang dan bangga bisa dikunjungi oleh anggota DPR RI dan Bimas Hindu. Dirinya dan semua umat Hindu di Lumajang berharap pertemuan tersebut bisa bermanfaat dan bisa menyelesaikan persoalan yang dihadapi oleh umat Hindu di Lumajang. "Semoga bisa terealisasi semua usulan kami, seperti pengajuan bantuan pembangunan tempat ibadah dan kekurangan tenaga pengajar guru agama Hindu, Sedangkan murid-murid kami disini sangat memerlukannya," paparnya. Sementara itu, Putu Suhartama menyatakan bahwa bantuan pembangunan tempat ibadah bisa di tangani oleh Kementrian dengan catatan mengajukan proposal bantuan. Sedangkan untuk guru agama Hindu, merupakan kewenangan pemerintah daerah karena sudah masuk era otonomi. "Kalau bantuan tempat ibadah dan desa binaan itu bisa kami bantu mas, namun untuk kekurangan guru agama Hindu itu kewenangan pemerintah daerah karena sudah otonomi," jelasnya.(Yd/red)

Panitia Daerah Muktamar NU ke-33 di Jombang Terus Matangkan Persiapan

Lumajang (lumajangsatu.com) - Panitia daerah dan panitia Nasional Muktamar NU ke-33 di Jombang 2015 terus melakukan persiapan. Pembagian tugas antara panitia lokal dan nasional terus dimatangkan agar sukses pelaksanaan muktamar NU ke-33 bisa terwujud. "Kita terus melakukan persiapan untuk mensukseskan pelaksananaan Muktamar NU yang akan ditempatkan di Jombang Jawa Timur," ujar Thoriqul Haq MML, Sekretaris panitia daerah Muktamar NU di Jombang, Jum'at (03/04/2015). Untuk persoalan administrasi dan persiapan peserta merupakan tugas dari panitia nasional Muktmar NU. Sedangkan tugas panitia daerah menyiapkan teknis acara, seperti akomodasi, konsumsi hingga pendamping peserta Muktamar. "Kita juga siapkan santri senior untuk menjadi pendamping para peserta, sehingga peserta Muktamar tidak akan kebingungan jika membutuhkan sesuatu," terang politisi PKB asal Lumajang itu. Thoriq meminta do'a dan dukungan kepada semua warga NU agar muktamar NU di Jombang sukses kegiatan dan juga sukses tujuan. "Saya selaku panitia meminta dukungan dan do'a dari semua warga NU, agar Muktamar ke-33 di Jombang sukses kegiatan dan sukses tujuan," pungkasnya.(Yd/red)

Jaga Kebersamaan, FKWL Lakukan Pertemuan Setiap Bulan

Lumajang (lumajangsatu.com) - Forum Komunikasi Wartawan Lumajang (FKWL) secara rutin melakukan pertemuan sebagai ajang silaturrahim insan jurnalis di Lumajang. Harapannya, insan jurnalis akan semakin solid dalam mengawal kepentingan rakyat dan mengawal jalannya pemerintahan. "Ini adalah agenda rutin pertemuan setiap bulan, dimana kita akan melakukan evaluasi dan juga mencari isu-isu strategis di Lumajang untuk kita soroti," ujar Achmad Arif koordinator FKWL, Rabu (01/04/2015). Dalam pertemuan tersebut juga muncul wacana tentang mengawal proses pemilihan wakil bupati dan sekda Lumajang. Sebab, dua momentum tersebut sangat penting bagi pembangunan dan kemajuan Lumajang. "Kita ada wacana mengawal proses pemilihan sekda dan juga wakil bupati Lumajang yang sebentar lagai akan berganti," paparnya. Setelah selesai melakukan pertemuan, kemudian dilakukan pembagian kartu anggota kepada insan jurnalis yang bergabung di FKWL.(Yd/red)

Duh...!! Guru Jarang Masuk, SD N 1 Ranu Pane Sering Libur Sendiri

Lumajang (lumajangsatu.com) - Kunjungan kerja Komisi D DPRD Lumajang ke SD Negeri 1 Ranu Pane berakhir mengecewakan. Pasalnya, saat tiba di sekolah itu sekitar jam 11.00 wib, kondisi sekolah sudah kosong melompong, tidak ada satupun murid atau guru. "Saat komisi D DPRD melakukan kunjungan hari Senin (30/03) ke SD N 1 Ranu Pene, kita merasa kecewa karena sekolah sudah tutup jam 11 siang," ujar Idris Marzuqi anggota Komisi D DPRD Lumajang, Selasa (31/03/2015). Setelah mendapati sekolah kosong melompong, rombongan dewan kemudian bertemu dengan sejumlah warga Ranu pane. Dari keterangan warga, kondisi tersebut bukan hari itu saja, namun sudah berlangsung sejak lama. "Keterangan warga kondisi itu sudah lama, kalau muridnya ada, namun yang sering tidak ada adalah gurunya," terang ketua Fraksi Demokrat itu. Dari hasil kunjungan itu, ketua Komisi D DPRD kata Idris akan memanggil Dinas Pendidikan. Sebab, diperoleh informasi bahwa guru yang mengajar di SDN 1 Ranu Pane juga mendapatkan tunjangan profesi berupa sertifikasi guru. "Lah kalau sering gak masuk, kan percuma negera membayar mahal mas, pak ketua Komisi berencana segera manggil Diknas," pungkas pria berkaca mata itu. Jika pendidikan di Ranu Pene seperti itu, maka yang akan jadi korban adalah generasi penerus bangsa. Oleh sebab itu, semua elemen baik orang tua siswa dan pemerintah harus turun tangan dengan cepat.(Yd/red)

KH Wahab Chasbullah, Pendiri NU yang Lebih Banyak Berbuat Dibanding Berbicara

Lumajang (lumajangsatu.com) - Di kalangan warga Nahdliyyin (NU) dikenal adanya tiga (3) kiai serangkai: KH Hasyim Asy'ari, KH Abdul Wahab Chasbullah, dan KH Bisri Syansuri. Ketiganya penggagas, pendiri, dan rais am pertama PBNU. Ketiganya pula memegang jabatan rais am hingga meninggal dunia. Bahkan, Kiai Hasyim diberi gelar Rais Akbar.  KH Hasyim Asy'ari (Pondok Tebuireng) adalah rais am pertama, posisinya digantikan KH Abdul Wahab Chasbullah (Pondok Tambakberas Jombang) dan yang ketiga adalah KH Bisri Syansuri, pendiri dan pimpinan Pondok Denanyar, Jombang.  KH Abdul wahab Chasbullah--yang akrab dipanggil Kiai Wahab--bisa dikatakan merupakan implementator dan administrator dari gagasan dan garis perjuangan NU yang digagas KH Hasyim Asy'ari. Antara kedua kiai ini dwitunggal yang sulit dikotomikan dalam perspektif pemikiran keagamaan dan tindakan keorganisasian. Kiai Wahab yang gigih dan konsisten memperjuangkan kepentingan mahzab keagamaan kaum Islam Tradisional di Indonesia tak mungkin dilepaskan dari Kiai Hasyim. Misalnya, dalam pendirian NU di Surabaya pada 31 Januari 1926, Kiai Wahab adalah administrator tangguh yang menggalang dan mengorganisasi para kiai Islam Tradisional berpaham Ahlussunnah Wal Jamaah di Pulau Jawa dan Madura, menghadapi serbuan pemikiran mahzab Moderisme Islam dan puritan yang mulai berkembang di kawasan Timur Tengah di akhir abad 19.  Sebagai ketua Komite Hijaz, dia membawa pesan ulama-ulama Islam Tradisional di Nusantara tentang diizinkan dan diberikannya perlindungan praktek keagamaan bermahzab di Tanah Suci Makkah dan Madinah bagi umat Islam oleh otoritas kekuasaan Bani Ibnu Saud yang belum lama berkuasa di Arab Saudi. Komite Hijaz yang dipimpin Kiai Wahab dan Syaikh Ghanaim berhasil mengegolkan misinya dengan paripurna. Sebagai ulama yang lebih banyak berbuat, bertindak dibanding berbicara, Kiai Wahab sekalipun berpikiran modern, tapi tak pernah meninggalkan nilai-nilai dan akar Tradisionalisme Islam di Nusantara dari 4 mahzab (Syafi'i, Maliki, Hambali, dan Hanafi) yang diikuti dan diyakini sebagian besar umat Islam Nusantara.  Menurut Greg Fealy (2003), Kiai Wahab adalah penggerak utama pembentukan jam'iyyah NU. Sejak sebelum kelahiran NU di Surabaya pada 31 Januari 1926, Kiai Wahab pada 1924 juga mengusulkan perlunya dibentuk semacam perhimpunan ulama untuk memberikan respon yang lebih terkoordinasi, terorganisasi, dan berkelanjutan atas serangan-serangan kalangan Modernis.  Gagasan tersebut belum memperoleh restu dari Kiai Hasyim, mengingat pendiri Pondok Tebuireng Jombang itu tak menginginkan terjadinya pembelahan yang lebih mendalam antarumat Islam Indonesia. Menyadari bahwa tanpa restu dan legitimasi Kiai Hasyim, kecil kemungkinan pembentukan organisasi wadah ulama Islam Tradisional bakal meraih sukses, Kiai Wahab sadar dan sabar bahwa gagasannya tak mungkin bisa diwujudkan dalam tempo cepat.  Menyadari bahwa serangan dan kritikan dari kalangan modernis makin kencang dari waktu ke waktu, gagasan Kiai Wahab untuk pembentukan organisasi yang mewadahi dan mengonsolidasikan kekuatan kaum ulama Islam Tradisional Indonesia memperoleh reasoning dan legitimasinya. Kiai Hasyim memberikan restu dan legitimasi moral dan Kiai Wahab diposisikan sebagai Katib Syuriah PBNU yang pertama.  Dalam buku KH Wahab Chasbullah, Biografi Singkat 1888-1971, yang ditulis Muhammad Rifai (2010), antara lain disebutkan bahwa meskipun hanya bertindak sebagai Katib Syuriah, nafas pergerakan NU hampir tak bisa terlepas dari peran serta Kiai Wahab. Menurut Idham Khalid, Kiai Wahab berkeinginan menjadikan NU sebagai sebuah pesantren, yakni tempat beribadh, menuntut ilmu, bergotong royong, dan mengabdikan dirinya kepada masyarakat dengan menyumbangkan karya- karyanya yang bermanfaat.  "Kiai Wahab merupakan wujud NU dalam praktek. Suatu kombinasi integral antara ketakwaan, keilmuan, akhlak, dedikasi, dan karya baik besar maupun kecil. Organisasi ini lahir dari aspirasi pesantren, di antara kiai, dan di antara santri- santrinya yang terpencil jauh dari jangkauan penguasa dan pemimpin politik. Karena itu, kelahirannya tak menggetarkan kaum pergerakan serta politisi," tulis Muhammad Rifai.  Bagaimana peran dan kiprah politik Kiai Wahab perjalanan politik NU (Partai NU)? Dalam buku "Ijtihad Politik Ulama, Sejarah NU 1952-1967" yang ditulis Greg Fealy (2003), jelas-jelas disebutkan bahwa tokoh yang sangat penting dalam kampanye penarikan NU dari Partai Masyumi adalah Abdul Wahab Chasbullah. Sebagai pejuang yang gigih membela kepentingan umat Islam Tradisional di Indonesia dan membentengi otoritas ulama, Kiai Wahab memandang peminggiran NU dalam Masyumi sebagai pengulangan serangan kaum Modernis yang pernah terjadi pada 1920-an dan awal 1930-an.  "Pada masa itu, Wahab sebagai kiai muda, telah sebagai arsitek yang merancang tanggapan-tanggapan ulama terhadap ancaman modernisme. Kini, sebagai rais am, Kiai Wahab bertekad mengerahkan umat Islam Tradisional untuk mempertahankan kepentingan mereka. Tekad Wahab diperkuat ketersinggungan pribadinya atas langkah-langkah yang diambil Masyumi. Sebagai Ketua Majelis Syuro, dia menolak keras anggaran dasar baru yang mengurangi peranan politiknya, suatu langkah yang menurutnya bertujuan membatasi campur tangan yang kerap dilakukannya terhadap pengambilan keputusan dewan pengurus (DPP Masyumi)," tulis Greag Fealy.  Langkah dan keputusan Kiai Wahab yang menilai NU lebih baik mufaraqah dari Masyumi pada awal 1950-an didasarkan pada pengetahuan dan pemahaman yang kuat atas potret sosiologis, politik, kultural, dan psikologis warga NU. Sebagai ulama yang berakar urat dari bawah, bersifat populis, dan seringkali bersentuhan kalangan akar rumput, Kiai Wahab mampu memotret secara pas dan presisi kegelisahan umat Islam Tradisional atas polemik dan tarik-menarik antarunsur di Masyumi, terutama antara kalangan Islam Tradisional dengan Islam Modernis.  "Sebagai politisi ulama, Kiai Wahab percaya bahwa dengan basis dukungan massanya NU mampu menjadi kekuatan politik besar. Jika hal itu tak dapat dicapai melalui Masyumi, maka NU harus menciptakan partainya sendiri. Kiai Wahab mulai tak suka kepada Natsir (Ketua Umum DPP Masyumi) setelah tokoh ini, di depan umum, mendebat pandangannya tentang hukum Islam. Meskipun Kiai Wahab adalah seorang yang ahli dalam berdebat, dia merasa tersinggung karena seseorang yang lebih muda dengan pendidikan utama sekuler berani menentang tafsiran- tafsirannya," kata Greg Fealy dalam bukunya.  Keyakinan Kiai Wahab atas potensi politik dari waktu ke waktu makin kokoh dan mengental. Insting dan intuisi politiknya menyatakan bahwa NU sebenarnya memiliki potensi kekuatan politik luar biasa. Kiai Wahab mulai tak sabar dengan sikap ekstra hati-hati yang ditunjukkan rekan-rekannya menyikapi sikap dan langkah politik ke depan NU: Apakah tetap bergabung ke Masyumi atau mufaraqah dengan mendirikan partai baru.  Pada muktamar NU tahun 1950, Kiai Wahab menegaskan perlunya NU melakukan penarikan diri dari Masyumi. Dengan kelugasan dan penuh semangat, Kiai Wahab menyampaikan pandangan kepada utusan muktamar: Banyak pemimpin-pemimpin NU di daerah-daerah dan juga di pusat yang tak yakin akan kekuatan NU, mereka lebih meyakini kekuatan golongan lain. Orang-orang ini terpengaruh bisikan orang lain yang menghembuskan propaganda agar orang NU tidak yakin akan kekuatan yang dimilikinya. Kekuatan NU ibarat senjata adalah meriam, betul-betul meriam. Tapi digoncangkan hati mereka oleh propagandanya... gelugu alias batang kelapa sebagai meriam tiruan...! Pemimpin NU yang tolol itu tidak sadar akan siasat lawan dalam menjatuhkan NU melalui cara membuat pemimpin NU ragu-ragu akan kekuatan sendiri. Di bawah kendali utuh, keberanian luar biasa, dan legitimasi sosial keagamaan dan sosial politik yang kukuh dari Kiai Wahab, pada 31 Juli 1952, NU menyatakan keluar dan berpisah dengan Masyumi dan menjadikan NU sebagai parpol mandiri. Hal itu sejalan dengan keputusan muktamar Palembang.  Awal menjadi parpol, stok SDM berkualitas di ranah politik oleh NU sangat minim. Pola politik outsourching telah diterapkan Kiai Wahab dalam konteks pengisian jabatan-jabatan politik-pemerintahan sekiranya Partai NU memperoleh suara signifikan pada Pemilu 1955.  Dalam konteks ini, Kiai Wahab sebagaimana ditulis Greg Fealy, mengatakan, "Jika saya membeli sebuah mobil baru, penjualnya tak bertanya: 'Pak, bapak bisa menyetir?' Pertanyaan semacam itu tak perlu, karena jika saya tidak bisa menyetir saya dapat memasang iklan di koran 'Dicari Sopir'. Tidak bisa diragukan, akan segera ada antrean calon (sopir) di depan pintu (rumah) saya.". (beritajatim.com/red)

Sosok KH. Hasyim Asyari, Ulama Pendiri NU Jauh Dari Fanatisme Sempit Islam

Lumajang(lumajangsatu.com) - Gawe besar itu bakal dihelat pada 1-5 Agustus 2015 mendatang. Lokasinya di empat (4) pondok pesantren (Ponpes) besar di Kabupaten Jombang, Jatim. Muktamar Nahdlatul Ulama (NU) ke-33 namanya. Keempat pondok yang memiliki jalinan kesejarahan dan kultural sangat kuat dengan kelahiran ormas Islam NU: Pondok Tebuireng, Pondok Darul Ulum Rejoso, Pondok Denanyar, dan Pondok Tambakberas. 

Subbahanallah, Nabi Muhammad SAW Disebut-sebut di Kitab Veda

Lumajang(lumajangsatu.com) - Seorang professor bahasa dari Alahabad University, India, dalam salah satu buku berjudul Kalky Autar (Petunjuk Yang Maha Agung), memuat sebuah pernyataan yang sangat mengagetkan kalangan intelektual Hindu. Sang professor secara terbuka dan dengan alasan-alasan ilmiah, mengajak para penganut Hindu untuk segera memeluk agama Islam dan sekaligus mengimani risalah yang dibawa oleh Rasulullah saw, karena menurutnnya, sebenarnya Muhammad Rasulullah saw adalah sosok yang dinanti-nantikan sebagai sosok pembaharu spiritual. Prof. Waid Barkash (penulis buku) yang masih berstatus pendeta besar kaum Brahmana mengatakan bahwa ia telah menyerahkan hasil kajiannya kepada delapan pendeta besar kaum Hindu dan mereka semuanya menyetujui kesimpulan dan ajakan yang telah dinyatakan di dalam buku. semua kriteria yang disebutkan dalam buku suci kaum Hindu (Wedha) tentang ciri-ciri Kalky Autar sama persis dengan ciri-ciri yang dimiliki oleh Rasulullah Saw. Dalam ajaran Hindu disebutkan mengenai ciri KALKY AUTAR diantaranya, bahwa dia akan dilahirkan di jazirah, bapaknya bernama VISHNUBHAGAT dan ibunya bernama SUMANEB. Dalam bahasa sansekerta kata VISHNUBHAGAT adalah paduan dua kata yaitu VISHNU artinya ALLAH sedangkan BHAGAT artinya hamba yang dalam bahasa Arab disebut ABDUN. Dengan demikian kata VISHNUBHAGAT artinya "ABDULLAH". Demikian juga kata SUMANEB yang dalam bahasa sansekerta artinya AMANA atau AMAAN yang terjemahan bahasa Arabnya "AMINAH". Sementara semua orang tahu bahwa nama bapak Rasulullah Saw adalah ABDULLAH dan nama ibunya AMINAH. Dalam kitab Wedha juga disebutkan bahwa Tuhan akan mengirim utusan-Nya kedalam sebuah goa untuk mengajarkan KALKY AUTAR (Petunjuk Yang Maha Agung). Cerita yang disebut dalam kitab Wedha ini mengingatkan akan kejadian di Gua Hira saat Rasulullah didatangi malaikat Jibril untuk mengajarkan kepadanya wahyu tentang Islam. Bukti lain yang dikemukakan oleh Prof Barkash bahwa kitab Wedha juga menceritakan bahwa Tuhan akan memberikan Kalky Autar seekor kuda yang larinya sangat cepat yang membawa kalky Autar mengelilingi tujuh lapis langit. Ini merupakan isyarat langsung kejadian Isra Miraj, dimana Rasullah mengendarai Buroq. (inilah.com)

Jurus Menembus Batas, Politik Tingkat Tinggi Orang Nomor Satu Lumajang

Lumajang, Setelah melakukan segala daya dan upaya yang maksimal (ikhtiar) guna mencapai sesuatu yang diinginkan atau cita-cita, maka langkah terakhir adalah berdo'a agar cita-cita dan niat baik tersebut bisa terealisasi. Meski do'a ditaruh dibagian akhir setelah melakukan ikhtiar, namun dampaknya sangat dahsyat, karena bisa merubah segala apapun. Do'a bisa membuat hal yang tidak mungkin menjadi mungkin, hal yang sulit menjadi mudah. Sehingga, jika telah melakukan segela daya dan upaya, maka do'a akan menjadi jurus pamungkas agar yang diinginkan mencapai kesempurnaan. Sebuah pepatah arab menyebutkan, bekerja tanpa do'a maka akan menjadi sombong dan do'a tanpa usaha maka seperti orang gila. Oleh sebab itu, keseimbangan antara usaha dan do'a sangat perlu, sehingga manusia tidak akan sombong atas keberhasilan yang dicapainya. Hal itu yang telah dilakukan oleh eksekutif dan legislatif Lumajang untuk menciptakan Lumajang sejahtera dan bermartabat dengan segera memilih nahkoda baru pasca meninggalnya almarhum Sjahrazad Masdar. DPRD awal Februari 2015 melalui rapat istimewa telah mengusulkan As'at Malik menjadi Bupati Lumajang. Dari pengusulan itu, maksimal satu bulan Lumajang sudah harus memiliki Bupati yang baru. Namun, ikhtiar yang dilakukan eksekutif dan legsilatif itu nampaknya tidak cukup untuk segera mengelurkan SK pengangkatan As'at Malik menjadi Bupati Lumajang. Seteleah lewat satu bulan, kabar pelantikan juga belum terdengar kapan akan dilakukan. Simpang siur kabar akhirnya muncul di kalangan masyarakat, mulai dari belum selesainya siapa yang akan menjdi N 2 (wakil bupati) hingga spekulasi yang lainnya. Bahkan, minggu kedua bulan Maret 2015 Gubernur Sukarwo yang akan melantik Bupati Lumajang malah melakukan ibadah umroh. Tentu saja, muncul anggapan lagi di masyarakat bahwa pelantikan Bupati akan digelar bulan April dari yang seharusnya awal Maret 2015. Segala daya dan upaya telah dilakukan oleh eksekutif dan legislatif mulai dengan menggunakan kekuasaan, harta hingga ilmu. Langkah yang terakhir nampanya perlu dilakukan oleh eksekutif dan legisltif serta warga Lumajang dengan berdo'a agar SK dari mendagri segera turun dan Bupati Lumajang As'at Malik segera dilantik. Warga kiranya perlu berdo'a baik sendirian atau berjama'ah dengan menggelar do'a bersama, meminta kepada yang kuasa agar siapa saja baik perorangan atau kelompok yang sengaja menghalangi agar SK dan pelantikan Bupati tidak segera turun, lekas dibukakan hatinya. Jika tetap tidak sadar juga, maka kita bisa bedo'a agar yang kuasa bisa membuka hati mereka yang menghalang-halangi Lumajang memiliki Buptai baru bisa dibukaan hatinya dengan cara lain. "Semoga Lumajang segera memiliki Bupati yang definitif dan kelompok atau orang yang berniat menghalang-halangi kemajuan Lumajang segera di bukakan hatinya dengan cara yang baik, amiiiiiiin".(Red)

Inilah Ilmu Kehidupan

Lumajang (lumajangsatu.com) - BELAJAR tentang kehidupan tidak akan pernah menemukan titik, selalu saja ada sesuatu yang baru dan belum diketahui sebelumnya. Mungkin karena itulah mencari ilmu diperintahkan tanpa batasan lama dan usia. Walau pendidikan formal memiliki tingkatan akhir, pendidikan kehidupan tidak mengenal akhir. Meskipun demikian di setiap kurun ada saja orang yang menginginkan ringkasan atau kesimpulan dari semua ilmu. Di zaman nabi Isa, beberapa muridnya ada yang memohon kepada Nabi Isa: "Ajarkan kepada kami ilmu yang paling agung." Di zaman Nabi Muhammad,: "Apakah sesungguhnya esensi Islam itu." Di masa sahabat dan tabiin ada juga yang bertanya dengan kalimat yang hampir serupa. Barangkali pada zaman ini ada di antara kita yang memiliki pertanyaan yang sama, yakni untuk mendapatkan kesimpulan ilmu kehidupan dengan cepat, akan sangat perlu membaca dan merenungkan hikmah perjalanan pencarian ilmu seorang alim dan shaleh yang bernama Hatim al-Asham (Hatim Si Tuli). Kisah ini sangat populer di dalam kitab-kitab yang berbicara tentang akhlak dan tashawuf, salah satunya dalam kitab Risalah Ayyuha al-Walad yang ditulis oleh Imam al-Ghazali. Hatim adalah seorang ulama yang pernah berguru kepada Syekh Syaqiq al-Balkhi selama 30 tahun. Di penghujung akhir masa berburu kepada Syekh Syaqiq, sang guru bertanya kepadanya: "Wahai Hatim, engkau telah bersamaku selama 30 tahun. Apa yang kau dapatkan selama ini?" Hatim menjawab: "Wahai Guru, ada delapan (8) faidah ilmu yang saya dapatkan dan saya menganggapnya itu sudah cukup bagiku untuk menghantarkan aku kepada keselamatan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat nanti." Syekh Syaqiq kaget mendengarnya karena masa studi selama 30 tahun itu hanya menghasilkan delapan hal. Padahal adalah lumrah pada masa itu untuk memiliki bertumpuk-tumpuk kitab yang pernah dikaji selama 30 tahun itu. Sang guru dengan penuh penasaran bertanya: "Apa saja delapan hal itu, tolong sebutkan." Hatim menjawab dan memerinci satu persatu kedelapan hal itu. Pertama, kata Hatim, "Saya melihat dan mengetahui bahwa setiap orang pasti memiliki sesuatu yang dicintai dan yang dirindukan. Sebagian yang dicintainya hanya akan bersamanya sampai dia mati atau menghantarkannya sampai di lobang kubur. Semuanya akhirnya kembali dan meninggalkannya sendirian di dalam kubur dan tidak ada satupun yang mengikutinya masuk ke kubur. Maka aku berfikir bahwa sesuatu yang paling baik untuk dicintai adalah sesuatu yang akan mengikutinya masuk ke alam kubur dan menghiburnya serta menyenangkannya. Sesuatu itu adalah amal shaleh. Karena itulah maka aku memilihnya agar ia menjadi cahaya bagiku di alam kubur yang gelap dan menjadi teman yang menyenangkan bagiku." Kedua: "Saya melihat banyak manusia mengikuti hawa nafsunya dan begitu menggebu untuk mendapatkan keinginan-keinginan dirinya. Maka saya renungkan firman Allah: "Barang siapa yang takut kepada Tuhannya, dan mencegah dirinya dari mengikuti hawa nafsunya, maka surga adalah tumpat kembalinya. (an-Naziat ayat 40) Al-Quran pasti benar, maka aku ikuti." Ketiga: "Saya melihat setiap orang berusaha keras mencari harta dunia dan kemudian menggenggamnya erat-erat. Maka aku renungkan firman Allah: "Apa yang ada pada dirimu pasti akan musnah, sementara semua yang ada di sisi Allah pasti akan kekal. (An-Nahl ayat 96). Maka aku kemudian berusaha untuk mendapat ridla Allah, dan kemudian aku distribusikan kepada fakir miskin agar menjadi investasi dan deposito saya di sisi Allah." Keempat: "Saya melihat, sebagian manusia menyangka bahwa keagungan dan kemuliaan itu adalah terletak pada banyaknya pengikut dan pendukung, akhirnya mereka tertipu karenanya; sebagian yang lain menganggapnya ada pada banyaknya harta dan banyaknya anak sehingga mereka menyombongkan diri karenanya; sebagian yang lain menganggap keagungan itu adalah apabila mereka melakukan korupsi dan manipulasi, pembunuhan dan penganiayaan pada manusia yang lain; sebagian yang lain menganggap bahwa keagungan dan kemuliaan itu adalah apabila ia bisa menghambur-hamburkan uang dan harta bendanya. Maka saya merenungkan firman Allah: "Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian menurut Allah adalah yang paling bertaqwa di antara kalian. (Al-Hujurat ayat 13)" Maka saya pilih taqwa, dan beranggapan bahwa prasangka mereka semua adalah salah." Kelima: "Saya melihat, sebagian manusia saling menghina satu dengan lainnya dan berghibah satu dengan yang lainnya. Dan saya melihat bahwa semua itu sumbernya adalah iri dengki karena harta, pangkat dan ilmu. Maka saya renungkan firman Allah: "Kamilah yang membagi kehidupan mereka di dunia ini. (Az-Zakhraf ayat 32). Maka saya terima pembagian Allah pada saya, dan saya tidak iri kepada orang lain." Keenam: "Saya melihat manusia bermusuhan satu dengan yang lainnya karena suatu tujuan dan sebab. Maka saya merenungkan firman Allah: "Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, maka jadikanlah ia sebagai musuh. (Al-Fathir ayat 6) Maka saya tidak akan bermusuhan kecuali dengan syaitan." Ketujuh: "Saya lihat banyak manusia begitu ngoyo, berusa keras untuk mendapatkan makanan dan penghidupan, sampai tidak peduli lagi dengan haram dan syubhat, tidak peduli lagi dengan harga dirinya. Maka saya renungkan firman Allah: "Tidak satupun binatang melata di muka bumi ini kecuali rizkinya sudah dijamin oleh Allah. (Hud ayat 6) Maka saya tinggalkan ketamakan dan saya beribadah kepada Allah dengan tenang." Kedelapan:" Saya melihat setiap orang berpegang kepada makhluk, seperti uang, harta, jabatan, kekuasaan, berhala dan makhluk yang lain. Maka saya merenungkan firman Allah: "Barangsiapa yang tawakkal kepada Allah, maka Dia akan mencukupinya, Allahlah yang menyelesaian permasalahannya, setiap sesuatu telah dibuatkan ketentuannya olehNya. (At-Talaq ayat 3). Maka saya bertawakkal kepada Allah." Mendengar penjelasan sang murid, Syekh Syaqiq berkata: "Ya Hatim, Allah telah memberikan taufiq kepadamu. Menurutku, Taurat, Injil, Zabur dan Quran semuanya adalah berputar kepada delapan faidah yang kau sebutkan. Barang siapa yang melakukannya maka ia berarti telah melaksanakan kitab suci yang empat itu." Indahnya untaian delapan kesimpulan berdalil kuat al-Quran itu. Manusia yang mampu melaksanakannya adalah manusia berhati bening yang layak menjadi guru bangsa, rujukan etika dan "kitab kehidupan" bagi yang lainnya. Kegelisahan hidup dan penderitaan batin serta kegalauan pikiran dan kesumpekan rasa adalah karena kita menghapus Allah dari kehidupan kita. (inilah.com/red)

Trauma Kembali Dipalak, Aldimas Siswa SMA N Jatiroto Takut Masuk Sekolah

Lumajang (lumajangsatu.com) - Aldimas Ainun Sahrul Ulumuddin siswa kelas 12 IPS SMA Negeri Jatiroto Trauma untuk masuk sekolah. Diduga, Aldmias sering mengalami kekerasan yang dilakukan oleh sejumlah temannya dengan cara dipukul dan dimintai sejumlah uang. Anak saya kalau ditanya sekolah dia tidak mau lagi mas, trauma dan hanya menjawab dengan menggelengkan kepala, ujar Budiwantoro ayah Aldimas kepada lumajangsatu.com, Selasa (17/03/2015). Setelah ditemukan usai menghilang selma 2 minggu lebih, kondisi Aldimas masih kurang sehat dan tak banyak bicara. Aldimas terkadang juga tidak mau makan, sehingga kondisi fisiknya masih lemas. Kalau kondisi fisiknya mulai membaik meski masih lemas mas, tapi kalau kondisi mentalnya kita belum tahu, paparnya. Aksi pemalakan yang dilakukan oleh teman-teman Aldmias dikuatkan oleh keterangan sejumlah teman Aldimas. Disamping itu, ibu Aldimas Sri Astutik memperkuat bahwa anaknya sering dimintai uang oleh teman sekolahnya. Meskipun, Eko Widodo kepala sekolah SMA Negeri Jatiroto  membantah bahwa ada sekelompok siswa yang sering melakukan tindakan pemalakan. Namun, pada kenyataannya sudah ada satu korban yang trauma untuk kembali sekolah karena takut dipalak oleh siswa lain.(Yd/red)